Nilai intensitas cahaya yang didapat pada keempat stasiun penelitian berkisar antara 7500 - 46900 Candela. Intensitas cahaya tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar
46900 Candela, sedangkan intensitas cahaya terendah diperoleh pada stasiun II yaitu 7500 Candela. Hal ini disebabkan karena pengukuran dilakukan pada siang hari yang
sangat cerah. Intensitas cahaya terendah terdapat pada stasiun II yaitu 7500 Candela. Rendahnya nilai intensitas cahaya ini karena banyaknya vegetasi mangrove sehingga
cahaya yang akan masuk menjadi terhalang oleh banyaknya vegetasi mangrove tersebut.
Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat- sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian
lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik
secara kualitatif maupun kuantitatif Barus, 2004, hlm: 43.
d. pH Derajat Keasaman
Nilai pH yang didapat pada keempat stasiun penelitian berkisar antara 7,3 -8,9. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun IV pembuangan limbah pabrik sebesar 8,9 dan
terendah pada stasiun III muara sebesar 7,3. Tingginya nilai pH pada stasiun IV yang merupakan daerah pembuangan limbah pabrik dipengaruhi oleh limbah yang
masuk ke badan perairan, hal ini berhubungan dengan nilai kejenuhan oksigen terendah pada stasiun ini sebesar 60,19 artinya terjadi defisit oksigen yang tinggi
sehingga mengakibatkan berkembangnya jenis mikroorganisme tertentu yang mengakibatkan suasana basa pada perairan ini. Menurut Barus 2004, nilai pH yang
ideal bagi kehidupan organisme air pada umumya berkisar antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.
e. Oksigen Terlarut DO = Dissolved Oxygen
Nilai DO yang didapat pada keempat stasiun penelitian berkisar antara 5,5 – 6,5 mgl. DO tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 6,5 mgl. Sedangkan DO
terendah diperoleh pada stasiun IV sebesar 5,5 mgl. Tingginya DO pada stasiun II berkaitan dengan suhu pada stasiun tersebut yaitu 29 °C, dan pada lokasi tersebut
tidak terdapat aktivitas kontrol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrawijaya 1991, hlm: 99 suhu mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen, jika
suhu naik maka oksigen di dalam air akan menurun. Secara keseluruhan nilai kandungan oksigen terlarut di lokasi penelitian masih dapat ditoleransi oleh
makrozoobenthos. Kehidupan organisme perairan dapat bertahan jika oksigen terlarut sebanyak 5 mgl dan tergantung juga terhadap daya tahan organisme.
f. BOD
5
Biologycal Oxygen Demand
Nilai BOD
5
yang didapat pada keempat stasiun penelitian berkisar antara 1,1 – 2,2 mgl. BOD
5
tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 2,2 mgl dan terendah diperoleh pada stasiun IV sebesar 1,1 mgl. Adanya perbedaan nilai BOD
5
disetiap stasiun penelitian disebabkan oleh perbedaan jumlah bahan organik yang berbeda-beda pada
masing-masing stasiun tersebut yang berhubungan dengan defisit oksigen. Karena oksigen tersebut dipakai oleh mikroorganisme dalam proses penguraian bahan
organik. Tingginya nilai BOD
5
pada stasiun II mangrove disebabkan oleh adanya serasah-serasah yang membusuk yang mengendap dalam perairan, Sedangkan pada
stasiun IV pembuangan limbah pabrik, nilai BOD
5
rendah disebabkan karena senyawa organik pada stasiun ini mudah untuk diuraikan oleh mikroorganisme karena
suhu pada stasiun IV adalah 32 ⁰C artinya suhu optimum dalam proses penguraian secara biokimia. Menurut Barus 2004, hlm: 86 apabila konsentrasi bahan organik
berkurang maka perlahan-lahan populasi bakteri akan menurun, sementara nilai BOD semakin kecil.
Menurut Brower et al., 1990, hlm: 52 nilai konsentrasi BOD menunjukkan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik, dimana apabila konsumsi O
2
selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mgl O
2
maka perairan tersebut tergolong
baik. Sebaliknya apabila konsumsi O
2
berkisar antara 10-20 mgl O
2
akan menunjukkkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi. Selanjutnya
Wardhana 1995, hlm: 93 peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah
yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
g. Salinitas