baik. Sebaliknya apabila konsumsi O
2
berkisar antara 10-20 mgl O
2
akan menunjukkkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi. Selanjutnya
Wardhana 1995, hlm: 93 peristiwa penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah
yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.
g. Salinitas
Nilai salinitas yang didapat pada keempat stasiun penelitian berkisar antara 7 – 32
00
. Salinitas tertinggi diperoleh pada stasiun I sebesar 32
00
sedangkan salinitas terendah pada stasiun III sebesar 7
00
. Tinggi rendahnya nilai salinitas pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang berada di kawasan tersebut yang
menghasilkan limbah sehingga berdampak pada peningkatan kadar garam air.
Menurut Nontji 1993, hlm: 59 di perairan pantai karena terjadi pengenceran, misalnya karena pengaruh aliran sungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di
daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas biasanya meningkat tinggi. Selanjutnya menurut Barus 2004, hlm: 73 secara alami kandungan garam terlarut
dalam air meningkat apabila populasi fitoplankton menurun. Hal ini dapat terjadi karena melalui aktivitas respirasi dari hewan dan bakteri air akan meningkatkan
proses mineralisasi yang menyebabkan kadar garam air meningkat. Garam-garam tersebut meningkat kadarnya dalam air karena tidak lagi dikonsumsi fitoplankton yang
mengalami penurunan jumlah populasi tersebut.
h. Kadar Organik Substrat
Nilai kadar organik substrat yang didapatkan pada keempat stasiun penelitian berkisar antara 0,642-6,42 dengan nilai tertinggi didapatkan pada stasiun II yaitu
6,42 yang merupakan daerah kontrol mangrove dan terendah pada stasiun III
muara yaitu 0,642. Tingginya kadar organik substrat pada stasiun II disebabkan karena pada daerah mangrove, komponen senyawa organik berasal dari serasah yang
dihasilkan mangrove yang lama kelamaan akan tertimbun menjadi butiran-butiran lumpur dalam substrat dan dikomposisi oleh detritus. Menurut Sarpodenti
Sesakumar, 1997 dalam Gunarto, 2004 sebagian besar makrofauna di mangrove memakan berbagai tipe detritus organik. Komponen detritus organik tersebut terdapat
dalam berbagai tipe, yaitu material tanaman atau hewan yang didekomposisi, dan senyawa organik yang terlarut dalam bentuk bebas atau terikat dengan partikel pasir
dan lumpur. Secara keseluruhan nilai kadar organik yang didapatkan pada ketiga stasiun penelitian tergolong sangat rendah, hal ini karena sedikitnya senyawa organik
yang masuk kedalam badan perairan. Menurut Djaenuddin et al., 1994 dalam Hutapea 2006, hlm: 37, kriteria tinggi rendahnya kandungan organik substrat
berdasarkan persentase adalah sebagai berikut: 1
= sangat rendah 1 - 2
= rendah 2,01 - 3
= sedang 3,01 - 5
= tinggi 5,01
= sangat tinggi. Substrat dasar suatu perairan merupakan faktor yang penting bagi kehidupan
hewan makrozoobenthos yaitu sebagai habitat hewan tersebut. Masing-masing spesies mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap substrat dan kadar bahan
organik substrat Barnes Mann, 1994, hlm: 13. Adanya perbedaan yang tinggi karena kondisi lingkungan yang tenang yang memungkinkan pengendapan sedimen
lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan-bahan organik dasar perairan, sedangkan sedimen yang kasar memiliki kandungan bahan organik yang lebih rendah karena
partikel yang lebih halus tidak dapat mengendap. Menurut Seki 1982, hlm: 56 komponen organik utama yang terdapat di dalam air adalah asam amino, protein,
karbohidrat, dan lemak. Sedangkan komponen lain seperti asam organik, hidrokarbon, vitamin dan hormone juga ditemukan di perairan.Tetapi hanya 10 dari material
organik tersebut yang mengendap sebagai substrat ke dasar perairan.
i. Kejenuhan Oksigen