BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap keanekaragaman makrozoobenthos yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Keanekaragaman makrozoobenthos pada perairan Kuala Tanjung terdiri dari tiga filum, lima kelas, 11 ordo, dan 34 famili
b. Genus Anadara memiliki kepadatan populasi tertinggi yaitu 85,19 indm
2
yang ditemukan pada stasiun pariwisata dan genus Aequipecten, Polinices, Donax dan
Pholas memiliki kepadatan populasi terendah yaitu 0,62 indm
2
yang ditemukan pada stasiun mangrove.
c. Indeks keanekaragaman H’ pada stasiun mangrove tergolong sedang 2,76 dan tiga stasiun yang lain tergolong rendah 1,37-2,06.
d. Penyebaran genus pada stasiun I dan III cenderung tidak merata, sedangkan pada stasiun II dan IV cenderung merata.
e. Keanekaragaman makrozoobenthos berkorelasi kuat dengan intensitas cahaya matahari, penetrasi cahaya, dan kadar organik substrat.
4.2 Saran
Perlu dipertahankan kondisi mangrove karena berpotensi sebagai habitat bagi makrozoobenthos yang hidup di daerah tersebut, dan perlu diperbaiki kondisi perairan
di daerah muara demi kelestarian makrozoobenthos yang hidup didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adianto. 1993. Ekologi Perairan. Edisi Kedua. Jakarta: Alumni Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Agus, M. 2008. Analisis Carryng Capacity Tambak pada Sentra Budidaya Kepiting
Bakau Scylla sp di Kabupaten Pemalang – Jawa Tengah. Program Pascasarjana. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Barnes, K. S. K K. H. Mann. 1994. Fundamental of Aquatic Ecology. London: Blackwell Scientific Publications.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan: USU Press.
Brower, J. E., H. Z. Jerrold Car. I. N. Von Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Third Edition. USA. New York: Wm. C. Brown
Publisher. Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting M. J. Sitepu. 2006. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan Ketiga. Edisi Revisi. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: UI Press. Darojah, Y. 2005. Keanekaragaman Jenis Makrozoobenthos di Ekosistem Perairan
Rawa Pening Kabupaten Semarang. Skripsi. Semarang: UNS. Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. Cetakan pertama. Jakarta: Sarana
Graha. Edmondson, W. T. 1963. Fresh Water Biologi. Second Edition. New York: Jhon
Wiley Sons, Inc. Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan
Pantai. Jurnal Litbang Pertanian. 231. Hariyanto, S. B. Irawan T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya:
Airlangga University Press. http:bappedabatubara.com. Diakses Januari 2011.
Hutagalung, H. P., D. Setiapermana S. H. Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut,
Sedimen dan Biota. Buku 2 PuslitbangOseanologi LIPI. Jakarta.
Hutapea, T. R. 2006. Pengaruh Pembuangan Limbah Cair Berbagai Aktivitas Manusia Terhadap Keanekaragaman Makrozoobenthos di Aliran Sungai
Denai Kecamatan Medan Amplas. Skripsi. Medan: FMIPA USU. James, A. L. Evison. 1979. Biologi Indications of Water Quality. Chrichester, New
York. John Willey Sons, inc. Junardi E. R. P. Wardoyo. 2008. Struktur Komunitas dan Karakteristik Substrat
Cacing Laut Polychaeta di Perairan Pantai Mangrove Peniti, Kalimantan Barat. Biodiversitas. 93.
Koesbiono. 1979. Dasar-dasar Ekologi Umum. Bagian IV Ekologi Perairan. Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Lingkungan. Bogor: IPB.
Krebs, C. J. 1985. Ecology. Third Edition. New York: Happer Publisher. Lock, M.A. Williams, D. D. 1981. Perspectives in Running Water Ecology. New
York: Pergamon Press. Manullang, R. 2011. Keanekaragaman Makrozoobenthos di Sungai Sibiru-biru
Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Medan: FMIPA USU.
Marsaulina, L. 1994. Keberadaan dan Keanekaragaman Makrozoobenthos di Sungai Semayam Kecamatan Sunggal. Medan: Lembaga Penelitian USU.
Marzuki, J., J. Nurdin Neti. M. 2006. Kepadatan Populasi Dan Pertumbuhan Kerang Darah Anadara antiquata L. Bivalvia: Arcidae di Teluk Sungai
Pisang Kota Padang. Sumatera Barat. Makara sains. 10 2. Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: Universitas Indonesia Press. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT
Gramedia. Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Pennak, R. 1978. The Fresh Water Invertebrates of The United States Protozoa to
Molusca. Colorado: University of Colorado, Boulder. Pelawi, S. K. 2010. Keanekaragaman Makrozoobenthos di Danau Lut Tawar Naggroe
Aceh Darussalam. Skripsi. Medan: FMIPA USU. Romimohtarto, K S. Juwana. 2009. Biologi Laut Ilmu Pendekatan Tentang Biota
Laut. Jakarta: Djambatan.
Sastrawijaya, A. T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. Seki, H. 1982. Organic Materials in Aquatic Ecosystem. Florida: CRC Press, Inc .
Soemarwoto. I. 1990. Biologi Umum 2. Jakarta: Gramedia. Sugiyono. 2005. Analisis Statistik-Korelasi Sederhana. http:www.Naturaserve. Org.
Diakses Januari 2011. Suwondo, E. Febrita F. Sumantri. 2005. Struktur Komunitas Gastropoda pada Hutan
Mangrove di Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat. Jurnal Biogenesis. 21.
Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi. Padang: Universitas Andalas. Tarumingkeng, R. C. 1994. Dinamika Populasi, Kajian Ekologi Kuantitatif.
Jakarta:Universitas Kristen Krida Wacana. Thohir, A. 1991. Butir-Butir Tata Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wardhana, W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit
Andi. Wargadinata, E. L. 1995. Makrozoobenthos Sebagai Indikator Ekologi di Sungai
Percut. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Ilmu Pengetahuan Sumber Daya Alam Lingkungan USU.
Zahidin, M. 2008. Kajian Kualitas Air di Muara Sungai Pekalongan Ditinjau dari Indeks Keanekaragaman Makrozoobenthos dan Indeks Saprobitas Plankton.
Tesis. Semarang: UNDIP.
Lampiran A. Peta Lokasi Penelitian
Keterangan: Stasiun 1: Daerah Mangrove
Stasiun 2: Daerah Pariwisata Stasiun 3: Daerah Muara Sungai
Stasiun 4 :Daerah Pembuangan Limbah Pabrik Multi Mas Nabati
Lampiran B. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen DO
1 ml H
2
SO
4
ditambahkan 5 tetes amilum ditetesi Na
2
S
2
O
3
0,0125 N 1 ml MnSO
4
Sampel Air
1 ml KOH – KI dikocok
didiamkan Sampel Dengan
Endapan PutihCoklat
didiamkan dikocok
Larutan Sampel Berwarna Coklat
diambil sebanyak 100 ml
Sampel Berwarna Kuning Pucat
Sampel Berwarna Biru
dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N
Sampel Bening Dihitung volume Na
2
S
2
O
3
yang terpakai = nilai DO akhir
Hasil Suin, 2002, hlm: 60
Lampiran C. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur BOD
5
Suin, 2002, hlm: 60
Keterangan :
• Penghitungan nilai DO awal dan DO akhir sama dengan
penghitungan Nilai DO •
Nilai BOD = Nilai awal – Nilai DO akhir
dihitung nilai DO akhir diinkubasi selama 5 hari
pada temperatur 20°C dihitung nilai DO awal
Sampel Air
Sampel Air Sampel Air
DO Akhir DO Awal
Lampiran D. Bagan Kerja Pengukuran Kadar Organik Substrat
Dikeringkan dalam oven 45 ˚ C
Dihaluskandigerus dengan lumpang Dikeringkan dalam oven 45
˚ C selama 1 jam Ditimbang sebanyak 5 gram
Dibakar di dalam tungku pembakar pada suhu 600
˚ C selama 3 jam
Barus, 2004, hlm: 139-140
Substrat dasar pada titik pengamatan
100 gram substrat dasar
Berat konstan tanah
5 gram tanah
Abu
Hasil
Dihomogenkan
Lampiran E. Nilai Oksigen Terlarut Maksimum mgl Pada Berbagai Besaran Temperatur Air
T
o
C 0,0
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
0,9 14, 16 14, 12 14, 08 14, 04 14, 00 13, 97 13, 93 13, 89
13,85 13,81
1 13, 77 13, 74 13, 70 13, 66 13, 63 13, 59 13, 55 13, 51 13, 48 13, 44
2 13, 40 13, 37 13, 33 13, 30 13, 26 13, 22 13, 19 13, 15 13, 12 13, 08
3 13, 05 13, 01 12, 98 12, 94 12, 91 12, 87 12, 84 12, 81 12, 77 12, 74
4 12,70 12, 67 12, 64 12, 60 12, 57 12, 54 12, 51 12, 47 12, 44 12, 09
5 12, 37 12, 34 12, 31 12, 28 12, 25 12, 22 12, 18 12, 15 12, 12 12, 09
6 12, 06 12, 03 12, 00 11, 97 11, 94 11, 91 11, 88 11, 85 11, 82 11, 79
7 11,76 11, 73 11, 70 11, 67 11, 64 11, 61 11, 58 11, 55 11, 52 11, 50
8 11, 47 11, 44 11, 41 11, 38 11, 36 11, 33 11, 30 11, 27 11, 25 11, 22
9 11, 19 11, 16 11, 14 11, 11 11, 08 11, 06 11, 03 11, 00 10, 98
10,95 10
10, 92 10, 90 10, 87 10, 85 10, 82 10, 80 10, 77 10, 75 10, 72 10, 70 11
10, 67 10, 65 10, 62 10, 60 10, 57 10, 55 10, 53 10, 50 18, 48 10, 45 12
10, 43 10, 40 10, 38 10, 36 10, 34 10, 31 10, 29 10, 27 10, 24 10, 21 13
10, 20 10, 17 10, 15 10, 13 10, 11 10, 09 10, 06 10, 04 10, 02 10, 00 14
9, 98 9, 95
9, 93 9, 91
9, 89 9, 87
9, 85 9, 83
9, 81 9, 78
15 9, 76
9, 74 9, 72
9, 70 9, 68
9, 66 9, 64
9, 62 9, 60
9, 58 16
9, 56 9, 54
9, 52 9, 50
9, 48 9, 46
9, 45 9, 43
9, 41 9, 39
17 9, 37
9, 35 9, 33
9, 31 9, 30
9, 28 9, 26
9, 24 9, 22
9, 20 18
9, 18 9, 17
9, 15 9, 13
9, 12 9, 10
9, 08 9, 06
9, 04 9, 03
19 9, 01
8, 99 8, 98
8, 96 8, 94
8, 93 8, 91
8, 89 8, 88
8, 86 20
8, 84 8, 83
8, 81 8, 79
8, 78 8, 76
8, 75 8, 73
8, 71 8, 70
21 8, 68
8, 67 8, 65
8, 64 8, 62
8, 61 8, 59
8, 58 8, 56
8, 55 22
8, 53 8, 52
8, 50 8, 49
8, 47 8, 46
8, 44 8, 43
8, 41 8, 40
23 8, 38
8, 37 8, 36
8, 34 8, 33
8, 32 8, 30
8, 29 8, 27
8, 26 24
8, 25 8, 23
8, 22 8, 21
8, 19 8, 18
8, 17 8, 15
8, 14 8, 13
25 8, 11
8, 10 8, 09
8, 07 8, 06
8, 05 8, 04
8, 02 8, 01
8, 00 26
7, 99 7, 97
7, 96 7, 95
7, 94 7, 92
7, 91 7, 90
7, 89 7, 88
27 7, 86
7, 85 7, 84
7, 83 7, 82
7, 81 7, 79
7, 78 7,77
7, 76 28
7, 75 7, 74
7,72 7, 71
7, 70 7, 69
7, 68 7, 67
7, 66 7, 65
29 7, 64
7, 62 7, 61
7, 60 7, 59
7, 58 7, 57
7, 56 7, 55
7, 54 30
7, 53 7, 52
7, 51 7, 50
7, 48 7, 47
7, 46 7, 45
7, 44 7, 43
Barus, 2004, hlm: 149
Lampiran F. Foto Makrozoobenthos yang Didapatkan
Gambar 1. Nereis Gambar 2. Palaemonetes
Gambar 3. Scylla Gambar 4. Malleus
Gambar 5. Septifer Gambar 6. Donax
Gambar 7. Mactra Gambar 8. Spisula
Gambar 9. Pholas Gambar 10. Hiatula
Gambar 11. Tellina Gambar 12. Chamelea
Gambar 13. Aequipecten Gambar 14. Argopecten
Gambar 15. Lyropecten Gambar 16. Anadara
Gambar 17. Sepia Gambar 18. Macroschisma
Gambar 19. Neritina Gambar 20. Septaria
Gambar 21. Ellobium Gambar 22. Telescopium
Gambar 23. Cymatium Gambar 24. Natica
Gambar 25. Neverita Gambar 26. Polinices
Gambar 27. Cerithidea Gambar 28. Melanoides
Gambar 29. Turitella
Gambar 30. Engina
Gambar 31. Nassaria
Gambar 32. Siphonalia Gambar 33. Murex
Gambar 34. Nassarius
Lampiran G. Jumlah dan Jenis Makrozoobenthos yang didapatkan pada setiap stasiun penelitian.
NO TAKSA
STASIUN I Rata-
rata 1 2
3 4
5 6 7
8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 I
Bivalvia
A Arcidae
1 Anadara
4 -
20 7 23 6 1 28 21 3
5 -
1 2
7 1
5 4
7.67
B Fissurellidae
2 Macroschima -
- -
1 2
- -
- 1
- -
- -
- -
- -
- 0.22
C Mactridae
3 Mactra
- -
5 7
1 1 1
5 -
- 3
- 5
4 -
- -
- 1.78
D Mytilidae
4 Septifer
1 -
- -
- -
- -
1 1
- -
- -
- -
- -
0.17
E Pectinidae
5 Argopecten
- -
- -
- -
- 1
- -
- 2
- -
- -
- -
0.17 6
Lyropecten -
- -
- -
- -
1 -
- -
- -
- -
- -
- 0.06
F Tellinidae
7 Tellina
- -
4 5
1 -
3 -
- -
1 3
2 -
- 3
1 -
1.28 II
Crustaceae
G Scylladae
8 Scylla
- 1
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.06 III
Gastropoda
H Buccinidae
9 Engina
3 -
- -
- -
- -
1 -
- -
- -
- -
- -
0.22 10
Nassaria 1
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- 0.06
11 Siphonalia
3 -
- -
- -
- -
- -
1 -
- -
- -
- -
0.22
I Naticidae
12 Natica
2 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.11 13
Neverita 2
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.11
J Neritidae
14 Septaria
- -
- 4
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.22
NO TAKSA
STASIUN II Rata-
rata 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
I Bivalvia
A Arcidae
1 Anadara
- 1 3
- -
1 7 9
4 3
9 1
- -
- -
- -
2.11
B Donacidae
2 Donax
1 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.06
C Fissurellidae
3 Macroschima 2
- 1
- -
1 1 -
- -
1 1
- -
- -
- -
0.39
D Mactridae
4 Mactra
2 -
- 3
- 1 1
- -
- -
- -
- -
- -
1 0.44
5 Spisula
- -
2 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.11
E Malleidae
6 Malleus
- -
- -
- 2
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.11
F Mytilidae
7 Septifer
7 -
1 -
- -
- -
1 -
1 2
- -
- -
- -
0.67
G Pectinidae
8 Aequipecten
- -
- -
- -
- -
- 1
- -
- -
- -
- -
0.06 9
Lyropecten -
- 1 1
- -
- 2
- -
- -
- -
- -
- -
0.22
I Pholadidae
10 Pholas
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- 1
0.06
J Solecurtidae
11 Hiatula
1 -
- -
- 1
- -
- -
- 1
- -
- -
- -
0.17
K Veneridae
12 Chamelea
1 -
- -
- -
- -
1 -
- -
- -
- -
- -
0.11 II
Cephalopoda
L Sepiidae
13 Sepia
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
1 -
0.06 III
Crustaceae
M Palaemonide
14 Palaemonetes -
- -
- -
- -
- -
2 -
- -
- -
- -
- 0.11
N Scylladae
15 Scylla
- -
- -
3 -
- -
- -
- -
- -
- 5
- -
0.44 IV
Gastropoda
O Buccinidae
16 Engina
1 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
1 -
0.11 17
Nassaria 1
- -
- -
- -
- -
- -
1 -
- -
1 -
- 0.17
18 Siphonalia
1 -
2 1 -
- 1 13 9
1 9
- 1
2 -
- -
- 2.22
P Cerithiidae
19 Telescopium
- 1
- -
- 2
- -
1 2
- -
3 -
- -
- -
0.50
Q Cymatiidae
20 Cymatium
- -
- -
2 -
- -
- -
- -
1 -
- -
- -
0.17
R Melampidae
21 Ellobium
- 2
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.11
S Muricidae
22 Murex
- -
- -
- -
- -
- -
- 2
- -
- -
1 -
0.17
T Naticidae
23 Natica
1 1 -
- -
- -
1 1
- 1
- -
- -
- -
- 0.28
24 Neverita
- -
- -
- -
- -
- 1
- -
- -
- -
- -
0.06
U Nassaridae
25 Nassarius
- 1
- -
- -
- -
- -
- -
- -
8 -
- -
0.50 26
Neritina -
4 -
1 -
- -
- -
2 -
1 -
- -
- 1
- 0.50
27 Septaria
- -
- 1
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.06
V Potamididae
28 Cerithidea
1 1 -
- 3
- -
- -
- 1
2 -
- -
1 -
- 0.50
W Turritellidae
29 Turitella
1 1 -
- -
- -
1 -
2 -
- 5
- -
- -
0.56
No TAKSA
STASIUN III Rata-
rata 1
2 3
4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 I
Cephalopoda
A Sepia
1 Sepia
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- 1
0.06 II
Bivalvia B
Arcidae
2 Anadara
2 -
- -
4 2
1 -
2 -
- -
1 1
1 2
- 1
0.94
C Mactridae
3 Mactra
1 -
- 1 2
- 2
- 1
- -
- 1
1 -
- -
- 0.50
D Tellinidae
4 Tellina
- 1
- -
- -
- 1
- -
- -
- -
- -
- -
0.11
E Veneridae
5 Chamelea
- -
- -
- -
- -
1 -
- -
- -
- -
- -
0.06 III
Gastropoda
F Buccinidae
6 Siphonalia
- -
- -
- -
- -
- -
- -
1 -
- -
- -
0.06
G Cerithiidae
7 Telescopium
- -
- -
- 1
- -
- -
- 2
- -
- -
- -
0.17
H Cymatiidae
8 Cymatium
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- 1
- 1
0.11
I Melampidae
9 Ellobium
- -
- -
- -
- 1
- -
- -
- -
- -
- -
0.06
J Naticidae
10 Natica
- -
- -
- 1
- -
- -
1 -
- -
- -
- -
0.11 11
Polinices 1
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- 0.06
K Neritidae
12 Neritina
2 -
- -
- 2
- -
- 1
1 -
1 -
- -
- 1
0.44
L Potamididae
13 Cerithidea
- -
- -
- -
- -
- -
- 3
- -
4 -
- -
0.39
M Thiaridae
14 Melanoides
8 16 14 1 1 14 2 2 7
6 12
9 -
1 -
- 17 13
6.83
N Turritellidae
15 Turitella
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
1 -
0.06 IV
Polychaeta
O Mereididae
16 Mereis
11 10 8
3 1 -
2 -
3 2
- 2
- -
- -
- -
2.33
NO TAKSA
STASIUN IV Rata-
rata 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
I Bivalvia
A Arcidae
1 Anadara
- 3
1 1 -
6 -
1 1 1
5 1
1 3
4 2
3 1
1.89
B Mactridae
2 Mactra
- -
1 3 7 -
3 -
2 3
3 -
3 1
2 1
2 4
1.94 II
Crustaceae
C Palaemonidae
3 Palaemonetes
3 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.17
D Scylladae
4 Scylla
1 -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.06 III
Gastropoda
E Buccinidae
5 Engina
- -
6 -
1 1 -
2 -
- -
- -
- 1
1 1
- 0.72
6 Siphonalia
- -
1 4 -
- -
3 1 -
- 3
- -
4 -
1 -
0.94
F Cymatiidae
7 Cymatium
- 5
- 1
- -
- -
1 -
- -
- -
- -
- -
0.39
G Muricidae
8 Murex
- 1
- -
- -
- 1
- -
- -
- -
- -
1 -
0.17
H Naticidae
9 Natica
- 11 3 1
- 4
- 2 1
1 -
1 -
- -
4 2
1 1.72
I Nassaridae
10 Nassarius
- -
3 1 -
- -
2 -
- -
2 -
3 1
1 -
1 0.78
J Neritidae
11 Neritina
- 1
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
0.06
K Potamididae
12 Cerithidea
- 4
- -
- -
- 1
- -
- -
- -
1 2
- -
0.44
Lampiran H. Contoh Perhitungan
a. Kepadatan Makrozoobenthos Anadara pada stasiun 1