Kejenuhan Oksigen Nilai Analisis Korelasi Pearson Metode Komputerisasi SPSS Ver. 16.00

i. Kejenuhan Oksigen

Nilai kejenuhan oksigen yang diperoleh dari empat stasiun penelitian berkisar 60,19 - 78,88. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 78,88 dan terendah pada stasiun IV sebesar 60,19. Tingginya kejenuhan oksigen pada stasiun I berkaitan dengan tingginya nilai DO pada stasiun tersebut, dimana suhu pada stasiun tersebut sebesar 27 °C. Hal ini menunjukkan defisit oksigen pada stasiun tersebut sedikit. Rendahnya kejenuhan oksigen pada stasiun III karena pengaruh pencampuran air sungai dengan air laut, dan diakibatkan karena minimnya aerasi sehingga kontak air dan udara semakin kecil. Hal ini akan mengakibatkan konsumsi oksigen pada makrozoobenthos meningkat dan defisit oksigen juga meningkat. Menurut Hutagalung et al., 1997 sumber utama oksigen dalam air laut berasal dari udara melalui proses difusi dan dari hasil fotosintesis fitoplankton pada siang hari, faktor-faktor yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam air laut adalah kenaikan suhu air, respirasi khususnya malam hari, dan adanya lapisan minyak di atas permukaan air laut dan masuknya limbah organik yang mudah terurai.

3.3 Nilai Analisis Korelasi Pearson Metode Komputerisasi SPSS Ver. 16.00

Nilai uji analisis korelasi keanekaragaman makrozoobenthos dengan faktor fisik kimia perairan yang didapatkan pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini: Tabel 3.7 Nilai Analisis Korelasi Keanekaragaman Makrozoobenthos dengan Faktor Fisik Kimia Perairan Temperatur °C DO mgl BOD 5 mgl Salinitas ‰ I. Cahaya candela Penetrasi cahaya m pH K.Oksigen K.Organik Substrat H’ +0,545 +0,198 +0,410 -0,017 -0,961 -0,768 +0,007 -0,129 +0,769 Keterangan: Nilai + = Arah Korelasi Searah Nilai - = Arah Korelasi Berlawanan Berdasarkan Tabel 3.7 hasil Uji Korelasi Pearson, dapat dilihat bahwa tingkat hubungan yang sangat kuat dengan indeks keanekaragaman H’ adalah intensitas cahaya. Tingkat hubungan yang kuat adalah Penetrasi cahaya dan Kadar organik substrat. Tingkat hubungan yang sedang terdiri dari suhu, BOD 5 , sedangkan tingkat hubungan yang sangat rendah adalah DO Dissolved Oksigen, Salinitas, pH, dan Kejenuhan Oksigen. Intensitas cahaya memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan berkorelasi berlawanan dengan indeks keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana intensitas cahaya akan memberi pengaruh terhadap keberadaan makrozoobenthos. Seperti aktivitas dalam mencari makan bagi makrozoobenthos yang diurnal. Ini menunjukkan bahwa intensitas cahaya tidak mempengaruhi terhadap keanekaragaman makrozoobenthos, karena makrozoobenthos yang bersifat diam dan pergerakannya yang lambat tidak terlalu dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Menurut Barus 2004 faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya matahari tersebut akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan yang signifikan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kandungan organik substrat memiliki tingkat hubungan yang kuat dan berkorelasi searah dengan indeks keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana keberadaan senyawa organik akan mempengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman makrozoobenthos. Semakin tinggi kandungan organik substrat, maka indeks keanekaragaman H’ makroozoobenthos juga tinggi. Menurut Koesbiono 1979, hlm: 27 kadar organik adalah satu hal yang sangat berpengaruh pada kehidupan makrozoobenthos, dimana kadar organik ini adalah sebagai nutrisi bagi makrozoobenthos tersebut. Tingginya kadar organik pada suatu perairan umumnya akan mengakibatkan meningkatnya jumlah populasi makrozoobenthos dan sebagai organisme dasar, makrozoobenthos menyukai substrat yang kaya akan bahan organik. Maka pada perairan yang kaya bahan organik, umumnya terjadi peningkatan populasi makrozoobenthos. Penetrasi cahaya memiliki tingkat hubungan yang kuat dan berkorelasi berlawanan dengan Indeks Keanekaragaman H’ makrozoobenthos, dimana penetrasi cahaya akan memberi pengaruh terhadap keberadaan makrozoobenthos. Cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau zat terlarut tinggi. Berkurangnya cahaya matahari disebabkan karena banyaknya faktor, antara lain adanya bahan yang tidak larut seperti debu, tanah liat maupun mikroorganisme air yang mengakibatkan air menjadi keruh, yang dapat mempengaruhi keberadaan organisme air Sastrawijaya, 1991, hlm: 56. BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan