Kebijakan Perpajakan Pengutipan dan Pengenaan Tarif Pajak Hiburan

Dilihat dari pendidikan maka informan yang memiliki pendidikan terakhir Sarjana S-1 6 orang dan SMU sebanyak 2 orang.

4.1.2 Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan utama yang hendak dijawab dalam bab ini adalah bagaimana sebenarnya peranan dinas pendapatan dalam meningkatkan penerimaan pajak hiburan sebagai pendapatan asli Kota Medan sebagaimana yang diatur di dalam Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.188.342790SK1991 Tentang Pelaksanaan PERDA. Berikut ini akan disajikan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan yang ada hubungannya dengan peningkatan penerimaan pajak hiburan sebagai pendapatan asli daerah Kota Medan.

4.1.2.1 Kebijakan Perpajakan Pengutipan dan Pengenaan Tarif Pajak Hiburan

Pengenakan pengutipan pajak hiburan yang dikenakan terhadap jenis-jenis pajak hiburan yang ada di Kota Medan telah ditetapkan dalam Peratutan Daerah No. 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pajak hiburan merupakan salah satu penerimaan sumber PAD Kota Medan yang dimana PAD tersebut digunakan untuk membiayai jalannya roda pemerintahan, oleh karena itu diperlukan sebuah kebijakan yang baik untuk mendukung peningkatan penerimaan pajak Universitas Sumatera Utara hiburan sebagai landasan sehingga masyarakat khususnya wajib pajak menyadari arti pentingnya pajak. Untuk lebih mengetahui kebijakan apa yang menjadi dasar pengutipan pajak hiburan, maka penulis melakukan wawancara dengan para informan yang ada di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang dianggap kompeten mengetahui tentang kebijakan pengutipan pajak hiburan. Maka, pertama sekali peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sub Dinas Penagihan Bapak Simbolon mengenai mengenai latar belakang lahirnya pajak hiburan di Kota Medan, beliau menjelaskan ; ‘‘ bahwa pajak daerah khususnya pajak hiburan adalah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah, dan mengingat bahwa sudah banyak tempat-tempat hiburan di Kota Medan yang mendukung untuk dikenakan pajak guna meningkatkan PAD Kota Medan maka pemerintah Kota Medan melakukan pengutipan pajak yang di atur dalam Perda Kota Medan, selain itu UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa suatu darah Otonom berhak untuk menggali potensi daerah guna meningkatkan PAD darah Otonom tersebut dan salah satunya adalah dengan adanya pengenakan pajak hiburan’’. Selain itu peneliti juga mengajukan pertanyaan mengenai kebijakan apa yang menjadi dasar pengutipan pajak hiburan Kota Medan, beliau menjelaskan: ‘‘Pajak Hiburan merupakan salah satu penyumbang PAD dari sisi penerimaan pajak hiburan, dimana dalam pemungutan pajak hiburan dikenakan tarif untuk masing-masing jenis pajak hiburan. Penetapan tarif pajak sudah ditetapkan dalam Perda No. 12 Tahun 2003 tantang Pajak Daerah Kota Medan, dimana Perda inilah yang sekaligus menjadi dasar pengutipan pajak hiburan dan jenis pajak yang lainya di Kota Medan dan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,’’. Kita ketahui bahwa tarif yang dikenakan untuk setiap jenis pajak hiburan mempunyai persentase yang berbeda-beda. Adapun yang menjadi pertimbangannya adalah Universitas Sumatera Utara sebagaimana yang diungkapkan oleh Kepala Seksi Penagihan dan Perhitungan Ibu Wina A. Tarigan : “Pertimbangan mengapa adanya perbedaan pengenaan tarif untuk masing-masing jenis pajak hiburan adalah kerena melihat banyaknya jenis pajak hiburan yang ada di Kota Medan, dimana tiap-tiap jenis pajak hiburan memiliki potensi dan memberi kontribusi yang berbeda-beda sehingga ditetapkan tarif yang berbeda untuk tiap jenis pajak hiburan, dan masing-masing tarifnya sudah ditetapkan dalam Perda No. 12 Tahun 2002 tentang Pajak Daerah Kota Medan’’. Masih dalam masalah tarif pajak hiburan, perlu juga dilihat apakah tarif yang dikenakan terhadap subjek pajak hiburan yaitu masyarakat pada umumnya dan pengusaha pada khususnya sudah sesuai dengan kemampuan dan juga dilihat dari prinsip keadilan. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sub Dinas Penagihan Bapak Simbolon menjelaskan : “…tarif yang dikenakan dirasakan masyarakat cukup berat, tapi belum ada yang menyampaikan rasa keberatannya terhadap besarnya tarif hanya saja para pengusaha menyampaikannya secara lisan saja”. Namun, berbeda dengan penjelasan yang diberikan oleh Kepala Seksi Penagihan dan Perhitungan Ibu Wina A. Tarigan yaitu : ‘‘Pengenaan tarif terhadap masing-masing jenis pajak hiburan sudah sesuai, karena pengklasifikasian pajak sudah berdasarkan data dan fakta yang ada dilapangan”. Dalam hal ini peneliti juga langsung menanyakan kepada subjek pajak hiburan yaitu salah seorang pengusaha hiburan jenis Billiard di kota Medan Bapak Sinuhaji , dimana beliau mengungkapkan : “Tarif pajak hiburan yang dikenakan khususnya billiard saya rasa cukup berat, dimana masih banyak biaya-biaya yang harus kami keluarkan ditambah lagi gaji karyawan setiap bulannnya’’. Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui apakah ada kebijakan yang dibuat oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan itu sendiri dalam meningkatkan penerimaan pajak hiburan maka peniliti juga melakukan wawancara kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, beliau menjelaskan : ‘‘..kalau untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan, kami sendiri selaku Dinas Pengelolah pajak daerah Kota Medan tidak mempunyai atau tidak membuat kebijakan sendiri secara khusus karena kebijakan tentang pajak itu sendiri telah diatur didalam Perda No.13 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan, namun untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan kami telah membuat beberapa usaha guna meningkatkan penerimaan pajak khususnya penerimaan pajak hiburan’’.

4.1.2.2 Kebijakan Perpajakan Daerah Dalam Pengelolaan Pajak Hiburan