Pajak Hiburan Objek Pajak Hiburan

1.5.5.3 Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah objek atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu pajak hiburan dapat pula diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan daerah. Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Untuk dapat diterapkan maka suatu daerah itu kabupaten atau kota pemerintah daerah setempat harus mengeluarkan peraturan daerah tentang pajak hiburan yang manjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pungutan pajak hiburan didaerah kabupaten dan daerah yang bersangkutan. Marihot Siahaan, 2005:297 Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permainan ketangkasan, dan atau keramaian denagn norma dan bentuk apapun, yang ditonton atau dapat dinikmati setiap orang dengan dipungut bayaran tidak termasuk pungutan fasilitas untuk berolah raga Prakosa, 2003:119.

1.5.5.4 Objek Pajak Hiburan

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No. 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan, Objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat dan kegiatan keagamaan. Prakosa, 2003:120 Adapun objek pajak hiburan antara lain sebagai berikut pertunjukan film, pertunjukan kesenian, pertunjukan pegelaran, penyelenggaraan diskotik, musik hidup, karaoke, klab malam, ruang musik, music room , klub exsekutif axsecutif club dan sejenisnya, permainan billiar dan sejenisnya, permainan ketangkasan, termasuk mesin Universitas Sumatera Utara keping dan sejenisnya, panti pijat dan mandi uap, pertandingan olah raga, penyelenggaraan tempat-tempat wisata, taman rekreasi, seluncur ice skate, kolam pemancingan, pasar malam, sirklus, komedi putar yang digerakkan dengan peralaatan elektronik, kereta pesiar dan sejenisnya, dan pertunjukan dan keramaian dan sejenisnya Marihot Siahaan, 2003 : 300. Penyelenggaraan hiburan yang dikenakan pajak adalah penyelenggaraan hiburan yang memungut bayaran. Setiap penyelenggaraan hiburan harus mendapat izin tertulis dari bupatiwalikota. Pengajuaan izin harus diajukan secara tertulis sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh kepala daerah. Izin-izin tersebut tidak dapat dipindah tangankan, kecuali atas seizin kepala daerah. Hal ini terkait dengan kewajiban perpajakan, yaitu penyelenggaraan hiburan tersebut merupakan wajib pajak yang harus memenuhi kewajiban perpajakan di bidang pajak hiburan Marihot Siahaan, 2005:301.

1.5.5.5 Subjek Pajak Hiburan