Midgley 1995 dalam Suharto 2005:5 model pembangunan sosial menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok marginal, yakni peningkatan taraf
hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui :
1. Menumbuhkembangkan potensi diri produktivitas masyarakat yang lemah secara
ekonomi sebagai suatu aset tenaga kerja. 2.
Menyediakan dan memberikan pelayanan sosial, khususnya pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, perumahan serta pelayanan yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan produktivitas dan partisipasi social dalam kehidupan masyarakatnya.
1.5.5.2. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Craig and Mayo dalam Adimihardja dan Hikmat; 2003, bahwa partisipasi
mensyaratkan adanya proses pemberdayaan terlebih dahulu. Dengan kata lain, mustahil kita
berbicara partisipasi masyarakat tanpa diawali dengan diskusi pemberdayaan. Inilah yang dilakukan melalui P2KP yaitu memberdayakan masyarakat terlebih dahulu melalui pembentukan
relawan dan pendampingan yang terus menerus sampai pada akhirnya masyarakat bisa mandiri. Ada banyak konsep partisipasi. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara
sadar kedalam interaksi sosial tertentu. Seseorang bisa berparitisipasi bila menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,
perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama Agar mampu berpartisipasi seseorang perlu berproses dan proses itu ada dalam dirinya dan
dengan orang lain. Kemampuan setiap orang jelas akan berbeda-beda dalam berpartisipasi. Dengan upaya yang sungguh-sungguh dan terencana, partisipasi seseorang dan pada akhirnya
muncul partisipasi kelompok akan bisa ditumbuhkan dengan dorongan dari dalam dirinya atau dengan dorongan orang lain yang selalu berinteraksi dengan orang tersebut atau dengan kelompok
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Latar belakang pemikiran partisipasi adalah program atau kegiatan pembangunan masyarakat yang datang dari atas atau dari luar sering gagal dan tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat lokal. Proses perencanaan dan pengambil keputusan dalam program pembangunan kerapkali dilakukan dari atas ke bawah. Rencanan program pemberdayaan masyarakat biasanya
dibuat ditingkat pusat dan dilaksanakan oleh instansi terkait oleh instansi propinsi dan kabupaten, dan biasanya defenisi pemberdayaan sendiri sangat beragam.
Masyarakat sering kali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberikan masukan. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya anggapan untuk mencapai efisiensi dalam
pembangunan, masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini, masyarakat ditempatkan pada
posisi yang membutuhkan bantuan dari luar. Sebenarnya jika masyarakat dilibatkan secara penuh, mereka juga mempunyai potensi tersendiri, seperti yang dikemukakan oleh Adimihardja dan Hikmat
2003:23-24 bahwa masyarakat sebenarnya memiliki banyak potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari sumber daya sosial dan budaya. Masyarakat memiliki kekuatan bila digali dan
disalurkan akan menjadi energi besar untuk pengentasan kemiskinan. Cara menggali dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada pada masyarakat inilah yan menjadi inti dari
pemberdayaan masyarakat. Didalam pemberdayaan masyarakat yang penting adalah bagaimana menjadikan masyarakat pada posisi pelaku pembangunan yang aktif dan bukan penerima pasif.
Konsep gerakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat, dengan startegi pokok memberi kekuatan power kepada masyarakat.
Edi Suharto, 2005 : 60 menyatakan sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri,
Universitas Sumatera Utara
mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Dalam proses pemberdayaan masyarakat penting dalam melibatkan masyarakat lokal. Strategi dasar yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah adalah mengembangkan
partisipasi yang lebih luas dari masyarakat. Untuk memberikan semangat kepada masyarakat agar terlibat aktif dalam kegiatan, baik dalam penetapan kebijakan, perumusan kebutuhan, maupun
dalam pemecahan masalah mereka sendiri. Merupakan salah satu cara untuk menuju keberdayaan masyarakat. Menurut Cohen dan Uphoff dalam Prijono dan Pranarka 1996: 61 menyatakan
partisipasi mendukung masyarakat untuk mulai sadar akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan-jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka.
Partisipasi membantu mesyarakat miskin untuk melihat realitas ekonomi yang mengelilingi mereka.
Jika masyarakat dari awal sudah dilibatkan dalam suatu program pemberdayaan, maka akan berdampak positif bagi masyarakat dan juga kepada lembaga yang memberikan bantuan.
Adanya proses musyawarah dalam menentukan bagaimana proses perencanaan dan pelaksanaan program, dengan demikian masyarakat turut berpartisipasi dan dapat menyuarakan aspirasi
mereka. Ini merupakan proses dari pemberdayaan masyarakat.
I.5.6.
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP.
P2KP adalah suatu program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku
pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun “gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan
berkelanjutan”, yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. Buku Pedoman Umum P2KP-3, Edisi Oktober 2005.
Hakikat dari pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di perkotaan P2KP, ini
Universitas Sumatera Utara
adalah untuk mengentaskan kemiskinan, dan mewujudkan proses perubahan masyarakat yang lebih efektif melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan
peguatan dengan mendukung kemandirian masyarakat. Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke
masyarakat kelurahan sasaran, P2KP cukup mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisasi dalam penanggulangan kemiskinan. Artinya,
Program penanggulangan kemiskinan berpotensial sebagai “gerakan masyarakat”, yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat.
Perubahan prilakusikap dan cara pandang masyarakat merupakan fondasi kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang mandiri melalui pemberdayaan para pelakunya agar
mampu bertindak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
1.5.6.1. Visi, Misi, Nilai dan Prinsip P2KP