e. Kredit Pendidikan Kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan
atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar. f. Kredit Profesi
Kredit yang diberikan kepada kalangan para profesional seperti dosen, dokter, dan pengacara.
g. Kredit Perumahan Kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan
sektor-sektor usaha lainnya.
2.6. UMKM
Definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM. UMKM sendiri adalah singkatan dari Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah. Usaha mikro didefinisikan sebagai usaha produktif millik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak
langsung, dari usaha mikro atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU. Sedangkan usaha menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usaha kecil, atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha menengah sebagaimana dimaksud dalam UU.
Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak
termasuk tanah dan bangunan, tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan Tambunan, 2009. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai aset paling
banyak Rp 50 juta atau dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp 300 juta. Usaha kecil adalah unit usaha yang memiliki nilai aset lebih dari Rp 50 juta
sampai dengan paling banyak Rp 500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 500 juta hingga paling banyak Rp 2,5 milyar. Sedangkan usaha
menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta hingga paling banyak Rp 10 milyar atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas
Rp 2,5 milyar sampai paling tinggi Rp 50 milyar.
2.7. Penelitian Terdahulu
Hatta 2009 dalam penelitiannya terdahulu yang berjudul Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Faktor-faktor Tabungan Danamon Lebih yang
Dipentingkan Nasabah. Berdasarkan penelitian, pada tahap pengenalan kebutuhan, tujuan menabung adalah untuk mengantisipasi keperluan mendadak.
Pada tahap pencarian informasi, diperoleh melalui informasi dari pihak bank dan fokus perhatian dalam memilih tabungan adalah fasilitas yang didapat. Pada tahap
evaluasi, pertimbangan utama adalah fasilitas yang didapat. Pada tahap pengambilan keputusan, nasabah memutuskan memilih Danamon Lebih adalan
karena fasilitas tabungan yang menarik. Fasilitas tabungan yang lebih disukai adalah bebas biaya administrasi. Pada tahap pasca pembelian, sebagian besar
nasabah menyatakan suka dan puas. Nasabah bersedia untuk mempromosikan tabungan Danamon Lebih kepada orang lain.
Penelitian ini menghasilkan empat faktor. Pada faktor pertama, atribut yang paling berpengaruh adalah cepat tanggap terhadap keluhan. Pada faktor
kedua adalah fasilitas produk tabungan seperti bebas biaya administrasi dan cash back. Pada faktor ketiga adalah bunga yang diperoleh. Pada faktor keempat adalah
promosi yang dilakukan. Afmagama 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam Pembelian Jasa Studi Kasus Fit for Two Fitness Center Bogor. Berdasarkan penelitian pada tahap
proses pengambilan keputusan pembelian, semua konsumen Fit for Two Fitness Center melakukan seluruh tahapan yaitu pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Namun tiap konsumen mempunyai proses yang berbeda-beda dalam tiap tahap
tersebut. Hasil dari analisis faktor untuk faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan konsumen didapatkan empat faktor yang terbentuk yaitu internal, eksternal, motivasi, dan sikap. Sedangkan hasil analisis faktor untuk atribut jasa
perusahaan didapatkan lima faktor yang terbentuk yaitu faktor fisik, kemampuan staf, komunikasi, keunggulan, dan keinginan dan kerapihan staf. Berdasarkan
analisis chi-square, terdapat hubungan antara variabel jenis kelamin dengan tangible, variabel usia dengan reliability, variabel pendidikan dengan psikologi,
variabel pekerjaan dengan tangible, serta variabel pendapatan dengan reliability. Tsuraya 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor
Keputusan Pembelian Program Kursus Bahasa Inggris Pada English First Bogor. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara pengenalan kebutuhan pencarian
informasi, dan keputusan pembelian, dengan perilaku pasca pembelian lebih lemah dibandingkan dengan hubungan antara evaluasi alternatif dengan perilaku
pasca pembelian. Setelah data diolah dengan analisis faktor, didapat hasil bahwa terbentuk delapan faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam
pembelian program kursus bahasa inggris di EF. Kedelapan faktor tersebut adalah tujuan, persepsi, pertimbangan keputusan, skills, lingkungan eksternal,
pertimbangan pesan, manfaat dan kelompok acuan. Nugraha 2009 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Tingkat
Kepuasan Debitur Terhadap Pelayanan Kredit UMKM Swamitra Bank Bukopin Cabang Bogor. Responden pengguna Kredit UMKM Swamitra didominasi oleh
debitur berjenis kelamin laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa ternyata laki-laki lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita. Dilihat dari segi usia
presentase tertinggi berusia 26-35 tahun yang menunjukkan usia produktif. Dilihat dari segi pekerjaan, presentase tertinggi berprofesi sebagai pengusaha.
Berdasarkan analisis tingkat kepentingan, ada tiga atribut yang dianggap sangat penting yaitu kemudahan melakukan prosedur pinjaman dan tidak berbelit-belit,
ketepatan waktu dalam merealisasikan pinjaman swamitra kepada debitur, serta karyawan tidak pilih-pilih dalam melayani debitur.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Kondisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM saat ini masih belum begitu berkembang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya modal dan
kurangnya akses ke sumber-sumber permodalan baik lembaga perbankan maupun lembaga non perbankan. Kebutuhan akan modal ini dilihat sebagai peluang oleh
lembaga keuangan untuk menawarkan berbagai produk kredit yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
Keadaan ini menimbulkan persaingan diantara lembaga keuangan dalam sektor produk kredit. Perusahaan harus menyusun berbagai kebijakan pemasaran
yang bisa meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat UMKM. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing tersebut adalah dengan
memahami perilaku konsumen, khususnya proses pengambilan keputusan produk. Hal ini diperlukan untuk menyusun strategi pemasaran yang tepat untuk
memasarkan produknya. Apabila proses tersebut sudah diketahui, maka mereka dapat menarik kesimpulan faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi keputusan
seorang konsumen dalam memilih suatu produk ataupun jasa yang ditawarkan kepadanya.
Pada penelitian ini diketahui bagaimana proses pengambilan keputusan konsumen dalam memilih produk KUR Bank Bjb. Setelah itu diidentifikasi