3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang relevan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara yang dibantu dengan instrumen penelitian yaitu
kuesioner yang diberikan kepada responden, pengamatan langsung, serta studi kepustakaan. Materi wawancara dan kuesioner meliputi pertanyaan-
pertanyaan yang berkenaan dengan keadaan perusahaan yang berkaitan dengan sistem penilaian kompetensi perusahaan.
Studi kepustakaan diperoleh dan dikumpulkan dengan cara membaca, mempelajari dan mengutip pendapat dari berbagai sumber
buku, skripsi, laporan atau dokumen perusahaan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Kuesioner dibuat setelah
didapatkan kerangka dari konsep yang diukur. Kuesioner yang akan disebarkan yaitu daftar pertanyaan yang telah tertulis berupa pertanyaan
tertutup.
3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1. Uji Validitas
Kuesioner dibuat untuk mengetahui pendapat dan fakta yang dirasakan responden mengenai penilaian kompetensi di
perusahaan. Sebelum kuesioner disebarkan, terlebih dahulu dilakukan suatu uji validitas. Validitas adalah pernyataan sampai
sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur. Langkah-langkah dalam
mengukur validitas kuesioner yaitu mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur, melakukan uji coba
pengukur tersebut pada sejumlah responden, mempersiapkan tabel tabulasi jawaban, menghitung nilai korelasi antara data masing-
masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment Umar, 2003.
Rumu orelasi product moment yaitu:
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
s k
....................
2
....................
2
Keterangan : r
hitung
= nilai koefisien Pearson n
= jumlah responden X
i
= skor pertanyaan responden ke - i Y
i
= skor total responden ke - i Bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat
signifikansi α = 0,05 maka pernyataan pada kuesioner mempunyai
validitas konstruk atau terdapat konsistensi internal dalam pertanyaan tersebut dan layak digunakan. Hasil uji validitas
dihitung dengan bantuan Microsoft Excel 2007.
3.6.2. Uji Realibilitas
Jika alat ukur telah dinyatakan valid, selanjutnya reliabilitas alat ukut tersebut diuji. Reliabilitas adalah suatu nilai yang
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama Umar, 2003. Teknik pengukuran reliabilitas
yang digunakan adalah teknik Alpha Cronbach, dengan rumus ba
r u se
gi be ik t:
1
∑ σ
摩
σ
........................................3 Keterangan :
r
11
= reliabilitas instrumen k
= banyak butir pertanyaan Σσ
b 2
= ragam pertanyaan ke - i σ
t 2
= ragam total ke - i A
pun rum s perhitungan
∑
∑
da u
ragam, yaitu:
.................................................4 Keterangan
: n
= jumlah responden X
i
= nilai skor yang dipilih total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan
Menurut Umar 2003, teknik ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi merupakan
dari beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk skala 1- 3, 1-5 atau 1-7 dan seterusnya.
Menurut Santoso 2006, setelah didapat korelasi hitung, lalu bandingkan dengan korelasi pada tabel r dengan taraf
signifikansi 5 persen. Jika r yang dihitung positif dan lebih besar dari tabel. Maka kuesioner tersebut reliabel dan sebaliknya jika r
yang dihitung lebih kecil dari r tabel, maka kuesioner tersebut tidak reliabel. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa angka
α
cronbach
minimal adalah 0,7 untuk menyatakan bahwa pernyataan dapat dikatakan reliabel.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan untuk dijadikan
sebagai alat ukur penelitian. Hasil uji reliabilitas dihitung dengan bantuan software SPSS 15.0 for windows.
Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1 yang dapat diinterpretasikan
sebagai berikut:
Tabel 1. Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach Alpha Tingkat
Reliabilitas
0,00 – 0.20 Kurang Reliabel
0,20 – 0,40 Agak Reliabel
0,40 – 0,60 Cukup Reliabel
0,60 – 0,80 Reliabel
0,80 – 1,00 Sangat Reliabel
3.6.3. Skala Likert
Menurut Kinnear dikutip Umar 2003, skala Likert
berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Skala Likert digunakan untuk mengubah data kualitatif
dalam kuesioner menjadi data kuantitatif. Skala Likert yang digunakan untuk menilai jawaban setiap responden menggunakan
skala Likert 5 tingkat. Skala ini mengukur tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap serangkaian pertanyaan yang
diajukan dalam kuesioner. Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dengan skala Likert dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Bobot Nilai Jawaban Responden Jawaban Responden
Bobot Nilai
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Ragu-ragu 3 Setuju 4
Sangat Setuju 5
3.6.4. Diagram Kotak-Garis
Penyajian informasi dalam bentuk diagram kotak-garis, lebih meringkas informasi walaupun data asli tidak ditampilkan.
Informasi yang dapat diperoleh dengan penyajian digram kotak- garis Mattjik dan Sumertajaya, 2002 antara lain:
1. Kesimetrikan penyebaran data, dapat dilihat dari apakah box kotak terbagi dua oleh garis median sama besar atau tidak
dan apakah ‘ekor’ kiri bawah dan ‘ekor’ kanan atas sama panjang atau tidak.
2. Keanehan data, jika data pengamatan berada diluar batas BB
1
dan BA
1
disebut pencilan minor dan jika data pengamatan berada diluar batas BB2 dan BA2 disebut data ekstrem.
Bagan kotak-garis dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan: Q
1
, Q
2
, Q
3
adalah nilai kuartil 1, 2 dan 3; BA
1
=Q
3
+32Q
3
-Q
1
; BA
2
=Q
3
+3Q
3
-Q
1
; BB
1
=Q
1
-32Q
3
-Q
1
; BB
2
=Q
3
-3Q
3
-Q
1
Setiap jawaban dari responden dalam kuesioner diberikan skor. Skor rata-rata atau skor rataan dianalisis dengan metode
diagram kotak-garis dan diolah diolah dengan menggunakan Minitab 14.
Selanjutnya menggunakan rentang skala penilaian untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan
nilai skor. Setiap skor alternatif yang terbentuk dari teknik skala peringkatan terdiri dari kisaran 1 hingga 5 yang menggambarkan
posisi yang sangat negatif ke posisi yang sangat positif, kemudian n
g skala dengan rumus sebagai berikut: dihitu g rentan
..................................................................5 Keterangan :
Rs = rentang skala
R skor = skor terbesar – skor terkecil M
= banyaknya kategori skor
Tabel 3. Posisi Keputusan Penilai Skor Rataan
Keterangan
1,0 – 1,8 Sangat Tidak Setuju
1,8 – 2,6 Tidak Setuju
2,6 – 3,4 Ragu-ragu
3,4 – 4,2 Setuju
4,2 – 5,0 Sangat setuju
Interpretasi untuk tiap posisi tersebut yaitu: 1. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang
1,0 – 1,8 maka pelaksanaan penilaian kompetensi dinyatakan sangat tidak baik
2. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang 1,8 – 2,6 maka pelaksanaan penilaian kompetensi dinyatakan
tidak baik 3. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang
2,6 – 3,4 maka pelaksanaan penilaian kompetensi dinyatakan cukup baik
4. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang 3,4 – 4,2 maka pelaksanaan penilaian kompetensi dinyatakan
baik 5. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada pada rentang
4,2 – 5,0 maka pelaksanaan penilaian kompetensi dinyatakan sangat baik.
3.6.5. Analisis Faktor
Analisis faktor adalah salah satu metode pada analisis peubah ganda yang memperhatikan hubungan internal dari sebuah
himpunan peubah-peubah. Analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar sejumlah peubah dalam beberapa faktor yang
saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan peubah yang lebih sedikit dari jumlah
peubah awal. Faktor-faktor tersebut tetap mencerminkan peubah- peubah aslinya Santoso, 2003.
Tujuan utama dari analisis faktor adalah untuk menjelaskan hubungan pada matriks ragam-peragam atau korelasi di antara
berbagai peubah, sehingga peubah dapat dikelompokkan oleh korelasinya. Dengan demikian, semua peubah dalam kelompok
tertentu sangat berhubungan di antara mereka sendiri, tetapi ada hubungan relatif kecil dengan peubah dalam kelompok yang
berbeda. Kemudian masing-masing kelompok diwakili satu peubah yang membangun, atau faktor, yang bertanggung jawab untuk
pengamatan korelasi Johnson dan Wichern, 1998. Menurut Santoso 2003, proses dasar analisis faktor adalah
sebagai berikut : 1. Menentukan peubah yang akan dianalisis
2. Menguji peubah-peubah yang telah ditentukan dengan menggunakan metode Bartlett Test of Sphericity serta
pengukuran Measure of Sampling Adequacy MSA
3. Melakukan proses inti dari analisis faktor, yakni faktoring, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari peubah-peubah yang
telah lolos pada uji peubah sebelumnya 4. Melakukan proses rotasi faktor terhadap faktor yang telah
terbentuk. Tujuan rotasi adalah untuk memperjelas peubah yang masuk ke dalam faktor tertentu. Beberapa metode rotasi,
yaitu: a. Orthogonal Rotation, yaitu memutar sumbu 90
dengan proses rotasi metode orthogonal, baik Quartimax, Varimax
dan Equimax. b. Oblique Rotation, yaitu memutar sumbu ke kanan, namun
tidak harus 90 dengan proses rotasi metode oblique, baik
Oblimin, Promax, Orthoblique dan lainnya. 5. Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya
memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili peubah-peubah anggota faktor
6. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid. Validasi dilakukan dengan berbagai cara :
a. Membagi contoh awal menjadi dua bagian, lalu membandingkan hasil faktor contoh satu dengan contoh
dua. Jika hasil tidak banyak perbedaan, dikatakan faktor terbentuk telah valid.
b. Dengan melakukan metode Confirmatory Factor Analysis CFA dengan cara Structural Equation Modeling.
Penggunaan analisis faktor dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu efektivitas dalam
sistem penilaian kompetensi 360 derajat pada PT X Bogor.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN