Pengelompokan Vegetasi Mangrove Zonasi Mangrove

Aegialitis, Acanthus, Laguncularia dan Rhizophora Jennings, 1968 dalam Saenger, 1982. Tumbuhan mangrove mampu menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan ultra filter yang terdapat pada akar. Mekanisme ini dilakukan oleh Rhizophora, Ceriops, Sonneratia, Avicennia, Osbornia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras, Aegalitis, dan Acrostichum Rains dan Eipstein, 1967 ; Scholander, 1968 dalam Saenger, 1982. Akumulasi garam salt accumulation dapat terjadi pada bagian kulit kayu, akar dan daun yang lebih tua. Daun penyimpan garam umumnya sekulen dan pengguguran daun sekulen ini diperkirakan merupakan mekanisme pengeluaran kelebihan garam yang dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah. Mekanisme adaptasi akumulasi garam ini terdapat pada Excoecaria, Lumnitzera, Avicennia, Osbornia, Rhizophora, Sonneratia, dan Xylocarpus Jennings, 1968 dalam Saenger, 1982. Tumbuhan mangrove beradaptasi terhadap habitat pasang surut, berlumpur dan selalu tergenang, dengan membentuk akar-akar khusus. Hal ini memiliki tujuan agar dapat tumbuh dengan kuat dan membantu mendapatkan oksigen. Bentuk perakaran mangrove dapat dilihat pada Gambar 3. e. Akar gantung aerial root Akar yang tidak bercabang, yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai substrat. Terdapat pada Rhizophora, Avicennia, dan Acanthus.

2.6. Fungsi dan Manfaat Mangrove

Menurut Bengen 2002, mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai: peredam gelombang dan angin badai; pelindung dari abrasi; penahan lumpur dan perangkap sedimen; penghasil sejumlah detritus dari daun dan dahan pohon mangrove; daerah asuhan nursery grounds, daerah mencari makanan feeding grounds, dan daerah pemijahan spawning grounds berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya; penghasil kayu untuk bahan konstruksi; kayu bakar; bahan baku arang; bahan baku kertas pulp; sebagai tempat pariwisata. Selain itu mangrove berpotensi mengakumulasi logam berat tembaga Cu, mangan Mn, dan seng Zn.

2.7. Kabupaten Kepulauan Sangihe

Kabupaten Kep. Sangihe merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara yang beribukota di Tahuna. Berjarak +142 mil laut dari Manado dan terletak antara 2 44’ 13” - 4 44’ 22” LU dan 125 9’ 28” - 125 56’ 57” BT. Posisinya yang berbatasan dengan Mindanao Republik Filipina, menjadikan Kep. Sangihe sebagai salah satu garda terdepan Republik Indonesia Sangihe Dalam Angka, 2012 Secara keseluruhan luas wilayah Kep. Sangihe mencapai 11.863,58 km 2 yang terdiri dari daratan seluas 736,98 km 2 60 daratan, 40 lereng dan lautan seluas 11.126,61 km 2 Sangihe Dalam Angka, 2012. Secara geografis jika dilihat berdasarkan batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Filipina dan Kep. Talaud, sebelah selatan berbatasan dengan Kep. Sitaro, sebelah timur berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Laut Maluku serta sebelah barat berbatasan dengan Laut Sulawesi Gambar 4.. Suhu di Kep. Sangihe mempunyai kisaran 26,1 – 27,9 C, kelembapan udara berkisar antara 80 – 87 , dengan tingkat curah hujan berkisar 151 – 786 mmtahun Sangihe Dalam Angka, 2012. Iklim sangat dipengaruhi oleh angin muson yaitu angin muson barat dan timur. Angin barat yang kering ditandai dengan kurangnya curah hujan terjadi sekitar bulan Oktober – April. Angin timur yang banyak membawa uap air ditandai dengan tingginya curah hujan terjadi sekitar bulan April – Oktober BMKG, 2014. Kep. Sangihe memiliki beberapa satwa endemik yang khas diantaranya Tarsius sangirensis Nama lokal: Sanggasi, Aethopyga duyvenbodei burung madu sangihe, Zosterops nehrkorni burung kacamata sangihe. Hampir semua satwa endemik yang ada di Kep. Sangihe tersebut terancam punah. Salah satunya yaitu Tarsius sangirensis yang berstatus Endengered IUCN, 2008, yang artinya terancam punah kehidupannya di alam. Faktor yang menjadikan satwa-satwa endemik Kep. Sangihe terancam punah terutama berkurang habitat satwa diakibatkan oleh pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat serta pengetahuan masyarakat yang minim tentang arti pentingnya pelestarian satwa.