Desain kapal dengan material yang kuat, bentuk lambung memanjang bebas, plat yang kedap dan licin, tahanan bentuk di bawah air minimum, olah gerak dengan
radius putaran yang kecil, stabilitas yang baik, kecepatan dan daya apung yang tinggi, hemat dalam pemakaian bahan bakar, dan sanggup menghadapi kondisi alam yang
kurang bersahabat, sangat diharapkan para pengguna agar operasi penangkapan ikan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk menemukan desain kapal fiberglass yang layak untuk dikembangkan sebagai kapal pancing tonda menggantikan generasi kapal kayu.
Secara garis besar rangkaian penelitian ini terdiri dari lima tahapan utama yaitu: tahap identifikasi, tahap konversi material, tahap kaji banding dan evaluasi, tahap
modifikasi dan redesain, dan tahap konstruksi dan aplikasi. 1 Tahap identifikasi; dilakukan melalui survei lapangan untuk mendapatkan data
dan informasi sehubungan dengan pengembangan teknis desain kapal pancing tonda khususnya material fiberglass.
2 Tahap konversi material; dilakukan untuk mendapatkan kapal fiberglass yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama dengan kapal kayu, untuk dijadikan
pasangan kapal pancing tonda sampel yang sepadan dalam setiap pengkajian. 3 Tahap kaji banding dan evaluasi; tahap ini dilakukan untuk mengetahui
kelemahan dan keunggulan kapal baik kayu maupun fiberglass. Bila hasil kaji banding ternyata kapal fiberglass memiliki kelemahan dibanding kapal kayu,
maka tahap berikutnya dilakukan modifikasi dan redesain. 4 Tahap modifikasi dan redesain; tahap ini merupakan tahap penyempurnaan
terhadap kapal fiberglass agar memiliki karakteristik yang lebih unggul atau minimal sama dengan kapal kayu. Modifikasi dilakukan dengan merubah bentuk
lambung dan meredesain rancangan umum. Hasil modifikasi tersebut kemudian dievaluasi untuk mengetahui keunggulannya sebelum dikonstruksikan.
5 Tahap konstruksi dan aplikasi; merupakan tahap akhir yang dilakukan setelah evaluasi kapal modifikasi menunjukkan perubahan karakteristik yang lebih baik
dibanding sebelum dimodifikasi dan diredesain. Pekerjaan konstruksi dilakukan dengan membuat gambar lines plan berdasarkan nilai tabel offset kapal modifikasi,
kemudian ditransfer ke dalam bentuk mould untuk mencetak kapal fiberglass, untuk selanjutnya diaplikasikan kepada nelayan pengguna.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa karakteristik seperti stabilitas dan kecepatan yang
dimiliki pasangan kapal kayu dan kapal fiberglass untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan masing-masing kapal. Hal ini penting dilakukan untuk menemukan desain
kapal pancing tonda yang bukan saja laik laut tetapi juga laik tangkap. Secara sederhana kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Diagram alir kerangka pikir penelitian Kapal kayu
KAJI BANDING DAN EVALUASI Stabilitas dan kecepatan
KONSTRUKSI DAN APLIKASI Kapal FRP
Pengumpulan data dimensi utama, bentuk lambung, rancangan umum, jenis dan daya mesin penggerak
Kapal FRP lebih unggul
dari kayu ? KONVERSI MATERIAL
Pengelompokkan data kapal berdasarkan jenis dan daya mesin inboard dan outboard
Pemilihan bentuk dan dimensi kapal yang dominan pada kapal inboard dan outboard
Cetakan moulded
tidak
ya
MODIFIKASI REDESAIN
IDENTIFIKASI
Desain tradisional kapal pancing tonda Kabupaten Buton
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kapal Perikanan
Kapal perikanan menurut Undang-Undang RI No. 31 tahun 2004 tentang perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau
eksplorasi perikanan. Sedangkan yang dimaksud dengan kapal ikan menurut Nomura dan Yamazaki 1977 adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang
mencakup penggunaan atau aktivitas penangkapan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha budidaya sumberdaya perairan, serta penggunaan dalam
beberapa aktivitas seperti riset, training dan inspeksi sumberdaya perairan. Boxton 1987 juga mendefenisikannya sebagai kapal yang digunakan untuk usaha-usaha
menangkap ikan dan mengumpul sumberdaya perairan atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penelitian, kontrol, survey dan lain sebagainya.
Nomura dan Yamazaki 1977 secara garis besar mengelompokkan kapal ikan ke dalam empat jenis yaitu:
1 Kapal penangkap ikan yang khusus digunakan dalam operasi penangkapan ikan
atau mengumpulkan sumberdaya hayati perairan, antara lain kapal pukat udang, perahu pukat cincin, perahu jaring insang, perahu payang, perahu pancing tonda,
kapal rawai, kapal huhate, dan sampan yang dipakai dalam mengumpul rumput laut, memancing dan lain lain.
2 Kapal induk adalah kapal yang dipakai sebagai tempat mengumpulkan ikan hasil
tangkapan kapal penangkap ikan dan mengolahnya. Kapal induk juga berfungsi sebagai kapal pengangkut ikan. Hal ini berkaitan dengan pertimbangan efisiensi
dan permodalan. 3
Kapal pengangkut ikan adalah kapal yang digunakan untuk mengangkut hasil perikanan dari kapal induk atau kapal penangkap ikan dari daerah penangkapan
ke pelabuhan yang dikategorikan kapal pengangkut. 4
Kapal penelitian, pendidikan dan latihan adalah kapal ikan yang digunakan untuk keperluan penelitian, pendidikan dan latihan penangkapan, pada umumnya adalah
kapal-kapal milik instansi atau dinas.
2.2 Klasifikasi Kapal Perikanan
Bentuk dan jenis kapal ikan berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan tujuan usaha penangkapan, spesies target dalam usaha penangkapan dan kondisi
perairan. Oleh karena itu, klasifikasi kapal ikan juga berbeda-beda baik menurut alat penggerak kapal, ukuran kapal, fungsi kapal, kelompok tipe penggunaan alat tangkap,
maupun menurut besarnya skala usaha perikanan. DJPT 2004 mengklasifikasifikasikan perahu atau kapal penangkap ikan di
Indonesia secara umum adalah sebagai berikut: 1 Perahu tidak bermotor
¾ Jukung ¾ Perahu papan
- Kecil panjangnya kurang dari 7 m - Sedang panjangnya 7 sampai 10 m
- Besar panjangnya lebih dari 10 m 2 Perahu motor tempel
3 Kapal motor Kurang dari 5 GT
30 – 50 GT 5 – 10 GT
50 – 100 GT 10 – 20 GT
100 – 200 GT 20 – 30 GT
Lebih dari 200 GT Soekarsono 1995 mengklasifikasikan kapal perikanan menurut fungsinya
yaitu terdiri dari kapal tonda troller, kapal rawai dasar bottom long liner, kapal rawai tuna tuna long liner, kapal pukat cincin purse seiner, kapal jaring insang
gillnetter, kapal bubu pot fishing vessel, kapal pukat udang shrimp trawler, kapal setnet,
kapal pengangkut ikan dan sebagainya. Andarto dan Sutedjo 1993 membagi tipe kapal ikan secara umum menjadi dua kelompok yakni, kelompok tipe kapal ikan
yang menggunakan alat penangkap pancing dan kelompok tipe kapal ikan yang menggunakan alat tangkap jaring.
FAO 1996 mengklasifikasikan perikanan yang selektif bagi beberapa negara, menggolongkan perikanan di Indonesia pada dua kategori yaitu: 1
perikanan skala kecil; menggunakan mesin luar 10 HP atau 5 GT dengan daerah operasi jalur 1 4 mil dari garis pantai, dan yang menggunakan mesin luar 50 HP