turunan EPA Eikosapentaenoat dan DHA Dokosaheksaenoat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia karena memiliki beberapa manfaat, yakni dapat
mencerdaskan otak, membantu masa pertumbuhan dan menurunkan kadar trigliserida Leblanc et al. 2008.
Informasi mengenai pengaruh penggorengan terhadap komposisi asam lemak ikan patin masih sangat sedikit, sehingga diperlukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh proses penggorengan tersebut. Pengaruh penggorengan terhadap jaringan daging ikan patin juga belum banyak dilakukan sehingga
informasi yang didapatkan masih terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengamati jaringan daging ikan patin, baik yang masih segar
maupun yang sudah melalui proses penggorengan.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen, proksimat kadar air, abu, lemak dan protein kasar, kandungan asam lemak dan morfologi jaringan
daging fillet ikan patin akibat penggorengan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Patin Pangasius hypophthalmus
Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting. Ikan ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan ikan
air tawar lainnya, di antaranya sebagai ikan yang rakus terhadap makanan, dalam usia 6 bulan saja ikan patin sudah bisa mencapai panjang 35-40 cm. Tempat
pemeliharaan ikan patin tidak memerlukan air yang mengalir. Ikan patin banyak ditemukan di sungai dan danau karena ikan ini merupakan ikan yang hidup di
perairan umum Khairuman dan Suhenda 2002. Klasifikasi ikan patin menurut Saanin 1984 adalah sebagai berikut.
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata Kelas
: Pisces Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypophthalmus
Gambar 1 Ikan patin Pangasius hypophthalmus
Sumber: Anonim
a
2011
Ikan patin memiliki badan memanjang berwarna putih seperti perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya dapat mencapai
120 cm, ukuran tubuh ini tergolong besar bagi ikan jenis catfish. Ikan patin tidak memiliki sisik, kepala relatif kecil dengan mulut terletak di ujung kepala agak di
sebelah bawah. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut pendek yang berfungsi sebagai alat peraba Susanto dan Amri 1997.
Sirip punggung dorsal mempunyai jari-jari keras yang berubah menjadi patil bergerigi di sebelah belakangnya. Jari-jari lunak sirip punggung berjumlah
enam atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak berukuran kecil sekali yang disebut adipose fin. Sirip ekornya berbentuk cagak dan bentuknya
simetris. Sirip duburnya yang panjang terdiri dari 30-33 jari-jari lunak. Sirip perutnya memiliki 8-9 jari-jari lunak Khairuman dan Suhenda 2002. Sirip dada
memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang menjadi senjata dan dikenal sebagai patil.
Sifat-sifat biologis yang dimiliki ikan patin yaitu nokturnal atau melakukan aktivitas pada malam hari seperti halnya catfish lainnya, dan sesekali
muncul ke permukaan air untuk mengambil oksigen langsung dari udara Susanto dan Amri 1997. Ikan patin sangat toleran terhadap derajat keasaman
pH air, yaitu dari perairan yang agak asam pH 5 sampai perairan yang basa pH 9. Kandungan oksigen terlarut yang dibutuhkan bagi kehidupan patin adalah
berkisar 3-6 ppm, karbondioksida yang ditolerir berkisar 9-20 ppm, dengan alkalinitas 80-250 ppm. Suhu air media pemeliharaan yang optimal berada dalam
kisaran 28-30 °C Khairuman dan Suhenda 2002.
2.2 Komposisi Kimia Ikan Patin