4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ukuran dan Bobot Ikan Patin Pangasius hypophthalmus
Ikan patin yang digunakan dalam penelitian ini berwarna putih keperakan dengan sedikit warna merah di sisi sirip-siripnya. Pengukuran morfometrik
dilakukan untuk mengetahui panjang, tinggi dan bobot ikan patin. Hasil pengukuran morfometrik pada 30 sampel ikan patin menunjukkan bahwa sampel
patin memiliki panjang rata-rata 35,55 ± 2,83 cm, tinggi 4,85 ± 0,74 cm dan bobot sebesar 397,13 ± 36,06 gram Tabel 2. Data hasil pengukuran morfometrik ikan
patin disajikan pada Lampiran 1. Ikan patin yang digunakan berumur 5-6 bulan, dengan panjang rata-rata 35,55 cm. Hasil ini sejalan dengan Khairuman 2002
dalam Tababaka 2004 yang menyatakan bahwa panjang tubuh ikan patin saat usia
6 bulan sekitar 35-40 cm dan bisa mencapai 120 cm. Tabel 2 Ukuran dan bobot ikan patin Pangasius hypophthalmus
No. Parameter
Satuan Nilai ± SD
1 Panjang
cm 35,55 ± 2,83
2 Tinggi
cm 4,85 ± 0,74
3 Bobot
gram 397,13 ± 36,06
Keterangan : digunakan 30 sampel ikan patin
Ukuran dan berat ikan patin dipengaruhi oleh pertumbuhan, jenis kelamin, umur, makanan dan lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan.
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran, baik berat, panjang maupun volume dalam laju perubahan waktu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor dalam dan luar. Faktor dalam merupakan faktor yang sukar untuk dikontrol, contohnya genetik. Adapun faktor luar merupakan faktor yang dapat dikontrol
yaitu makanan dan suhu Effendi 1997.
4.2 Rendemen Ikan Patin Pangasius hypophthalmus
Rendemen merupakan bagian dari suatu bahan baku yang dapat diambil dan dimanfaatkan biasanya dinyatakan dalam persen. Tubuh ikan patin terdiri
atas beberapa bagian penting yaitu daging, kulit dan jeroan, sedangkan bagian lain-lain adalah kepala dan tulang. Rendemen masing-masing bagian tubuh ikan
patin disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8 Rendemen ikan patin Pangasius hypophthalmus Gambar 8 menunjukkan bahwa rendemen terbesar ikan patin adalah
bagian lain selain daging yaitu sebesar 43,28 yang merupakan bagian kepala dan tulang. Umumnya bagian kepala dan tulang ikan patin belum banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat. Kepala ikan patin dapat diolah menjadi produk lanjutan, contohnya kerupuk, sedangkan tulang ikan patin dapat dimanfaatkan
sebagai sumber kalsium, untuk pembuatan tepung ikan dan pembuatan pupuk karena mengandung kalsium tinggi dan kolagen.
Daging ikan patin berbentuk fillet Gambar 9 merupakan bagian yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini, dengan rendemen sebesar 38,56.
Bagian kulit dan jeroan ikan patin memiliki rendemen sebesar 3,73 dan 14,43. Kulit dan jeroan ikan patin dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bentuk
penerapan proses produksi tanpa limbah zero waste, kulit untuk pembuatan gelatin, sedangkan jeroan dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi pupuk.
Gelatin adalah bahan hidrogel dari polimer alami yang diekstrak dari tulang dan kulit berbagai jenis binatang Maddu et al. 2006. Haq 2005 telah melakukan
pembuatan gelatin dengan memanfaatkan kulit ikan nila dan kulit ikan tuna.
Gambar 9 Daging fillet ikan patin segar a dan goreng b
38.56
3.73 14.47
43.28
Daging Kulit
Jeroan Lain-lain
a b
4.3 Komposisi Kimia Ikan Patin Pangasius hypophthalmus