Perlakuan yang kenaikan produksinya paling tinggi adalah A10Z20 yaitu perlakuan dengan bahan humat sebesar 10 literha dicampurkan dengan 20 kg
zeolitliter bahan humat dengan hasil 4,69 tonha. Hasil ini lebih besar 19 dibandingkan perlakuan yang tidak menggunakan bahan humat tanpa carrier
zeolit. Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit cenderung memberikan produksi jagung yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian bahan humat
saja ataupun zeolit saja. Peningkatan bobot akar dapat digunakan sebagai indikator serapan hara.
Semakin besar bobot akar tanaman maka akan semakin tinggi kemampuan akar tersebut dalam menyerap unsur hara sehingga mengakibatkan tanaman akan
tumbuh semakin baik dan produksi lebih optimal. Peningkatan produksi jagung melalui peningkatan bobot akar dapat dibuktikan melalui Gambar 4. Pada gambar
tersebut, baik parameter bobot akar maupun produksi jagung cenderung memiliki trend kenaikan seiring pemberian dosis bahan humat, zeolit, maupun bahan humat
dengan carrier zeolit. Pada Gambar 4 juga dapat dilihat parameter bobot akar cenderung berinteraksi positif dengan produksi tanaman jagung. Interaksi positif
antara bobot akar dengan produksi jagung ini memperlihatkan bahwa semakin meningkatnya bobot akar maka akan semakin meningkatkan produksi jagung.
Gambar 4. Hubungan antara bobot akar dengan produksi tanaman jagung.
3.95 3.83 3.98 3.98 4.17 3.70 4.34
3.63 4.22 4.20
4.69 4.50
18 19
21 23
21 23
27 19
25 30
31 28
5 10
15 20
25 30
35
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
5.00
B O
B O
T A
K A
R g
ra m
P R
O D
U KS
I JA
G U
N G
TO N
H a
Produksi jagung tonha Bobot Akar gr
Selain karena peningkatan bobot akar dan jumlah perakaran tanaman jagung, peningkatan produksi tanaman jagung juga dapat disebabkan oleh
peningkatan aktivitas hormon pertumbuhan Tan, 2003.
4.5. Analisis RC
Ratio dan BC Ratio dari Penggunaan Bahan Humat dengan
Carrier Zeolit
Untuk mengetahui kriteria kelayakan pada analisis usaha tani dapat menggunakan RevenueCost RC Ratio dan BenefitCost BC Ratio. RC ratio
menunjukan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Sedangkan BC ratio menunjukan pendapatan
bersih yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Bila nilai-nilai tersebut lebih dari 1 maka usaha tersebut dapat
diasumsikan memperoleh keuntungan, atau dengan kata lain tidak akan mengalami kerugian karena pendapatan melebihi biaya.
Tabel 5 memperlihatkan, perlakuan kontrol membutuhkan biaya total paling kecil dibandingkan dengan perlakuan-perlakuan yang lainnya. Biaya total
ini berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dibutuhkan untuk perlakuan kontrol adalah sebesar Rp 6.275.000,00 yang meliputi biaya sewa
lahan, biaya benih, biaya perstisida, dan biaya tenaga kerja. Adapun rincian biaya total dapat dilihat pada Tabel Lampiran 12. Biaya variabel yang dibutuhkan untuk
perlakuan kontrol adalah sebesar Rp 2.450.000,00 yang meliputi seluruh biaya pupuk tanpa mempertimbangkan biaya bahan humat dan zeolit. Adapun rincian
biaya variabel dapat dilihat pada Tabel Lampiran 13. Dari data-data tersebut maka biaya total dari perlakuan ini adalah sebesar Rp 8.725.000,00. Pendapatan dari
perlakuan ini berasal dari hasil produksi pipilan kering jagung yang dihargai Rp 2.300,00kg. Produksi yang didapatkan dari perlakuan ini adalah 3,95 tonha
sehingga setiap hektar pendapatan dari perlakuan ini adalah Rp 9.085.000,00. Tabel Pendapatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 14. Berdasarkan data-data
yang ditampilkan pada tabel-tabel lampiran tersebut maka RC ratio dan BC ratio dari perlakuan kontrol dapat diketahui lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1,04 dan
1,05. Keuntungan yang diperoleh dari perlakuan kontrol ini sebesar
Rp 360.000,00ha. Oleh karena itu perlakuan kontrol dapat dinyatakan layak untuk digunakan petani.
Tabel 5. Analisis RC dan BC ratio dari perlakuan kontrol dan A10Z20. Kode
Perlakuan Biaya
Tetap Biaya
Variabel Total Pendapatan Untung
RC Ratio
BC Ratio
Ket. Dalam Ribu Rupiah
Kontrol 6.275
2.450 8.725
9.085 360
1.04 1.05 Layak
A10Z20 6.275
3.300 9.575
10.787 1.212
1.13 1.14 Layak
Keterangan: A10Z20 = Perlakuan bahan humat setara 10 literha dicampur perlakuan zeolit setara 20 kgliter bahan humat.
Pada Tabel 5 juga memperlihatkan perlakuan A10Z20 adalah perlakuan yang menghasilkan produksi paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain yaitu
19 lebih besar dibandingkan dengan kontrol atau 4,69 tonha. Harga jual pipilan kering perlakuan ini sama dengan perlakuan kontrol sehingga pendapatan dari
perlakuan ini didapatkan sebesar Rp 10.787.000,00. Pendapatan perlakuan ini lebih besar dari pada biaya totalnya yang hanya sebesar Rp 9.575.000,00 yang
meliputi biaya tetap yang sama seperti kontrol dan biaya variabel yang lebih besar dari kontrol karena mempertimbangkan biaya bahan humat dan zeolit sehingga
biaya variabel dari perlakuan ini adalah sebesar Rp 3.300.000,00. Rincian biaya tetap, variabel dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 12, 13, dan 14.
Berdasarkan data-data yang ditampilkan pada tabel-tabel lampiran tersebut maka RC ratio dan BC ratio dari perlakuan A10Z20 dapat diketahui lebih besar dari
kontrol yaitu sebesar 1,13 dan 1,14 sehingga lebih menguntungkan daripada kontrol.
Keuntungan yang
diperoleh dari
perlakuan ini
sebesar Rp 1.212.000,00ha. Oleh karena itu perlakuan A10Z20 dapat direkomendasikan
untuk digunakan petani. Tabel Lampiran 15 dan 16 menunjukan analisis RC ratio dan BC ratio dari seluruh perlakuan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Bahan humat dengan carrier zeolit memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap tanaman jagung dibandingkan pemberian bahan humat dan pemberian zeolit secara terpisah.
2. Bahan humat dengan carrier zeolit meningkatkan P-tersedia dan KTK
tanah, bahan humat dengan carrier zeolit juga meningkatkan kadar nitrogen di dalam tanaman sehingga memicu peningkatkan pertumbuhan
tanaman jagung melalui peningkatan bobot akar dan tinggi tanaman. 3.
Kombinasi dosis 10 liter bahan humatha dengan carrier 20 kg zeolitliter bahan humat merupakan dosis yang paling optimum dan menguntungkan
karena dapat meningkatkan produksi tanaman jagung hingga 19 dan memberikan keuntungan hingga Rp 1.212.000,00 dibandingkan dengan
tanaman yang tidak diberikan bahan humat dengan carrier zeolit. Oleh karena itu dosis ini dapat dijadikan rekomendasi untuk petani.
5.2. Saran
Perlu dilakukan pengaplikasian bahan humat dengan carrier zeolit terhadap tanaman pangan yang lain supaya didapatkan formulasi bahan humat
dengan carrier zeolit yang paling optimum.