Ciri-ciri berfikir kefilsafatan AZAS-AZAS FILSAFAT Disusun Oleh

sufficient reasons. Misalnya, semua benda akan jatuh ke bumi jika tidak ada penopangnya, karena gaya gravitasi bumi. Dapat pula berupa kemungkinan, “mungkin jiwanya akan tertolong jika tidak terlambat dibawa ke rumah sakit”.

2. Ciri-ciri berfikir kefilsafatan

Manusia oleh Aristoteles disebut sebagai animal rasional. Berpikir merupakan ciri yang membedakan manusia dengan keberadaan yang lainnya. Salah satu bentuk pemikiran manusia adalah filsafat. Kegiatan berfilsafat adalah kegiatan berfikir, akan tetapi tidak semua kegiatan berfikir itu berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir dengan ciri- ciri sebagai berikut: a. Radikal Pemikiran kefilsafatan berciri berfikir secara radikal. Radikal itu dan kata Yunani radix yang berarti akar. Berfikir secara radikal berarti berfikir sampai ke akar-akarnya atau sampai pada hakikat atau esensi yang difikirkan. b. Konseptual konsepsional Pemikiran kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu pemikiran konsepsional. Konsep gagasan merupakan hasil generelisasi atau gambaran umum yang merupakan hasil abstraksi dan pengalaman tentang hal-hal serta proses yang individual. Karena itu, filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses yang sifatnya umum. Konsep itu dapat disimbolkan melalui kata atau bahasa. Kata “kendaraan” adalah mewakili atau merupakan generalisasi dan berbagai jenis benda seperti mobil, becak, andong, sepeda, sepeda motor dan sebagainya. Oleh karena itu filsafat tidak membicarakan atau memikirkan hal-hal atau peristiwa yang khusus. Misalnya, filsafat tidak hendak menilai suatu perbuatan konkret tertentu adil atau tidak, akan tetapi membicarakan tentang makna keadilan itu sendiri. c. Sistematik Setiap uraian dalam kefilsafatan haruslah saling berhubungan secara teratur, serta setiap uraian harus merupakan kesatuan yang padu. Sistematik berasal dan kata “system” yaitu merupakan kebulatan dan sejumlah unsur yang saling berhubungan itu bersifat fungsional dalam rangka mencapai suatu tujuan. Pengertian hubungan fungsional adalah bahwa setiap uraian itu memiliki fungsi masing-masing dalam membentuk keseluruhan, sehingga tidak terdapat uraian yang bersifat sia-sia atau tidak ada fungsinya. d. Komprehensif Filsafat berusaha untuk memperoleh pandangan tentang hal-hal atau peristiwa secara menyeluruh. Berfikir kefilsafatan harus mempertimbangkan berbagai segi, artinya tidak hanya melihat objek dan sudut pandang tertentu. Dalam pemikiran kefilsafatan konsep ontologi yang ada, epistemologi tentang pengetahuan dan aksiologi tentang nilai merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisahkan. Berfikir kefilafatan itu ibarat orang membuat lingkaran geometri. Memulai berfikir kefilsafatan dapat diumpamakan dengan mula dan salah satu titik lingkaran yang terdiri dan titik-titik yang tidak terhingga jumlahnya. Untuk membentuk lingkaran akhirnya semua titik itu harus terlewati. e. Konsisten Uraian kefilsafatan harus bersifat konsisten, artinya dalam satu uraian kefilsafatan harus dihindari pernyataan-pernyataan yang saling berkontradiksi atau kontradiksi intern. Konsistensi ini menjamin filsafat secara logika dapat dibenarkan dan dapat difahami. Jika di dalam uraian kefilsafatan terdapat kontradiksi intern maka akan menyulitkan orang untuk memahami. f. Bebas Berfilsafat harus merupakan pemikiran bebas. Kebebasan berfikir itu berarti dalam berfilsafat berusaha memikirkan segala sesuatu tanpa didasari oleh kecenderungan-kecenderungan, prasangka-prasangka, emosi, bias, agar pemikiran yang dihasilkan tidak berat sebelah. Berfikir secara bebas bukan berarti berfikir sembarangan, sesuka hati atau anarkhi, malahan sebaliknya berfikir dengan disiplin yang ketat dalam mematuhi prinsip-prinsip pemikiran. g. Bertanggung Jawab Pemikiran kefilsafatan dengan disiplin yang ketat untuk mematuhi prinsip pemikiran, juga harus bertanggung jawab terutama terhadap hati nurani.

3. Berfikir Ilmiah