gedung Fakultas Filsafat maka kita dapat mengatakan, “ada seseorang menuju gedung Fakultas Filsafat”.
c. Metode Deduksi Metode deduksi adalah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan
jalan menarik kesimpulan yang bersifat khusus berdasar atas ketentuan-ketentuan dalil-dalil atau prinsip-prinsip yang sifatnya umum. Contoh pemikiran deduktif
adalah jika kita memiliki prinsip umum bahwa semua makhluk hidup akan mengalami kematian, dan kucing kita termasuk makhluk hidup maka kita dapat
menyimpulkan bahwa kucing kita suatu saat mati. Silogisme adalah suatu contoh bentuk pemikiran deduktif. Pemikiran deduktif itu dipergunakan para hakim untuk
memutuskan apakah suatu perbuatan melanggar hukum atau tidak. d. Metode Induksi
Metode induksi adalah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum atau yang bersifat lebih
umum berdasarkan atas penyataan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus. Contoh dari pemikiran induktif ini paling mudah dijumpai pada penelitian bidang
ilmu kealaman, misalnya penelitian terhadap berbagai macam logam yang dipanaskan semua memuai, sehingga dapat ditarik kesimpulan umum bahwa “semua logam jika
dipanaskan akan memuai”. Penalaran atau pemikiran secara induktif dapat juga dilakukan dalam bidang
sosial maupun kefilsafatan. Misalnya, berdasar informasi dan pengamatan yang didapat maka pada tahap awal berbagai kebudayaan mempergunakan mitologi
sebagai sumber informasi tentang bagaimana berbagai gejala alam terjadi, sejarah sesuatu dsb. Mereka belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
sumber informasi seperti halnya dalam dunia modem seperti sekarang. Maka Van Peursen misalnya menyimpulkan bahwa tahap awal kebudayaan manusia adalah
kebudayaan mitologis. Berbeda dengan Agust Comte menyimpulkan tahap pemikiran awal kebudayaan manusia adalah tahap religius. Kesimpulan itu berdasarkan atas
berbagai informasi yang diperoleh, bahwa pada awalnya segala gejala termasuk gejala alam selalu dikaitkan dengan perbuatan para dewa. Dalam berbagai
kebudayaan dikemukakan ada dewa petir, dewa bumi, dewa langit, dewa angin dan sebagainya.
2. Metode Berfikir Kefilsafatan
a. Metode Dialektik
Istilah dialektik menunjukkan proses berfikir yang dikembangkan Socrates.
Filsafat mulai dengan diskusi tentang aspek-aspek yang biasa diterima tentang suatu problema. Proses dialektik adalah dialog antara dua pendirian yang bertentangan.
Dengan proses dialog setiap peserta dalam pembicaraan terpaksa menjelaskan idenya. Filsafat berjalan dengan berusaha mengkoreksi fikiran yang tidak tepat atau tidak
sempurna. Di dalam dialog itu akan ditemukan bahwa setiap proses sikap tidak menyajikan pemahaman yang sempurna tentang kebenaran. Dengan begitu muncullah
alternatif baru. Setiap tahap dialektika memasuki pemahaman lebih mendalam terhadap problem asli, dengan demikian akan diperoleh pengetahuan yang lebih
mendekati kebenaran Titus, Smith, Nolan, 1984: 15-16. b. Metode Anahisis analitik metode kritik
Metode analisis diperkenalkan oleh Aristoteles dengan metode analisis abstraksi. Metode analisis adalah metode yang menangani objek dengan mengurai
atau memerinci unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Pengertian abstraksi adalah menyisihkan untuk sementara hal-hal atau unsur-unsur yang tidak esensial
aksidensia dan pikiran. Aristoteles mengurai keberadaan itu dalam sepuluh kategori, yang terdiri dari
satu substansi dan sembilan aksidensia. Kategori adalah kelompok pengertian yang sifatnya paling umum. Substansi merupakan sesuatu yang dapat berdiri sendiri
merupakan kategori pertama. Sedangkan aksidcnsia adalah sesuatu yang hanya bersifat kebetulan dan keberadaannya tergantung pada substansi. Dengan
menyisihkan aksidensia diharapkan dapat diperoleh substansi atau esensi sesuatu. Sembilan aksidensia itu adalah : kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan,
pemilikan, aksi dan pasi menderita. Pada masa kini metode analisis lebih menunjuk kepada filsafat yang oleh CD.
Broad disebut filsafat kritik, yaitu filsafat yang menganalisis tentang makna istilah- istilah. Akhirnya terdapat filsuf yang menganggap bahwa tugas satu-satunya filsafat
adalah melakukan analisis tentang makna bahasa. Alasannya, setiap hari kita dikelilingi oleh lautan makna-makna karena segala sesuatu kita hayati sebagai makna
dan bukan sebagai benda yang diam dingin tanpa makna. Misalnya kita perlu menjernihkan pengertian “materi”. Apakah materi sama dengan benda?, maka jika
Aristoteles menyebut benda itu terdiri dan materi dan bentuk maka jelas materi tidak sama dengan benda, mungkin lebih tepat diartikan sebagai bahan. Akan tetapi dapat
timbul pertanyaan apakah materi dapat dikatakan ada tanpa bentuk ? dan seterusnya.
Setiap pemikiran kefilsafatan akan berhadapan dengan tugas melakukan penjernihan istilah melalui analisa bahasa.
c. Metode Sintesis Sintetik Spekulatif Metode sistetis merupakan metode yang dipakai oleh filsafat spekulatif dalam
menyusun sistem. Maksud dan sintesis yang pokok adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Seorang
filsuf bertolak dan sejumlah besar bahan keterangan. Semakin banyak keterangan atau pengetahauan yang dimiliki seorang filsuf dimungkinkan sistem yang
disusunnya lebih baik. Sistesis adalah usaha untuk mencari kesatuan di dalam keragaman itu Kattsoff, 1987 : 22.
Para filsuf analitik yang menolak filsafat spekulatif pun mau tidak mau harus menyusun sebuah sistem. Para filsuf analitik menyimpulkan diantara keaneka
ragaman benda-benda dan kejadian-kejadian itu merupakan suatu sistem tanda, semuanya merupakan teks yang harus diungkap maknanya. Oleh karena itu filsuf
yang baik memperhatikan dua aspek sekaligus yaitu penjernihan makna bahasa dan penyusunan suatu sistem.
D. Rangkuman 1. Metode berfikir secara umum:
a. Metode analisis, meliputi: 1 Analisis a priori
2 Analisis a posteriori b. Metode Sintesis, meliputi:
1 Sintesis a priori 2 Sintesis a posteriori
c. Metode deduksi d. Metode induksi
2. Metode berfkir kefilsafatan secara umum, meliputi: metode dialektik, metode analitik kritik dan metode sintetik spekulatif
E. LatihanContoh Soal
1. Berikanlah penjelasan dengan menyertakan contoh perbedaan antara metode analisis atau analitik dengan metode deduktif
2. Berikan penjelasan dengan menyertakan contoh tentang metode spekulatif dalam berfikir kefilsafatan
POKOK BAHASAN V KEBENARAN
A. Pendahuluan
Pemikiran sebagai suatu proses yang memiliki tujuan sedapat mungkin untuk memperoleh kebenaran. Untuk mencapai kebenaran, akal melakukan pemikiran dengan
melalui proses bertahap. Suatu pemikiran dapat dimulai dan kondisi ketidak tahuan maupun keragu-raguan. Dengan proses berfikir itu diharapkan dapat memperoleh
kepastian. Terdapat beberapa bentuk yang menyangkut penerapan istilah atau kata “benar”. Selain itu juga terdapat kriteria untuk menentukan tetang sesuatu yang dikatakan
benar tersebut. Pokok bahasan ini akan menguraikan tentang teori kesesuaian atau teori korespondensi, teori kebenaran koherensi, dan teori kebenaran pragmatik.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tahap-tahap pemikiran dari tahap ketidaktahuan sampai tahap kepastian.
2. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan bentuk-bentuk kebenaran, yaitu :