pada  tanah  mineral  dan  tanah organik termasuk gambut.
2.3 Definisi Karbon Hutan dalam Vegetasi
Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik. Pergerakannya dalam suatu ekosistem berbarengan dengan pergerakan energi melalui zat kimia lain,
seperti karbohidrat dihasilkan selama fotosintesis dan CO
2
di bebaskan bersama energi selama  respirasi.  Proses  timbal  balik  fotosintesis  dan  respirasi  seluler  menyediakan
suatu  hubungan  antara  lingkungan  atmosfer  dan  lingkungan  terestrial  dalam  siklus karbon.  Tumbuhan  mendapatkan  karbon,  dalam  bentuk  CO
2
dari  atmosfer  melalui stomata  daun  dan  menggabungkannya  ke  dalam  bahan  organik  biomassa  melalui
proses  fotosintesis.  Sejumlah  bahan  organik  tersebut  kemudian  menjadi  sumber karbon Campbell et al 2004 dalam Agnita 2010.
Sutaryo 2009 menyebutkan bahwa  hutan,  tanah,  laut  dan
atmosfer semuanya  menyimpan  karbon  yang  berpindah  secara  dinamis  diantara
tempat-tempat  penyimpanan  tersebut  sepanjang  waktu.  Tempat  penyimpanan ini  disebut  dengan  kantong  karbon  aktif  active  carbon  pool.  Penggundulan
hutan  akan  mengubah  kesetimbangan  karbon  dengan  meningkatkan  jumlah karbon  yang  berada  di  atmosfer  dan  mengurangi  karbon  yang  tersimpan  di
hutan,  tetapi  hal  ini  tidak  menambah  jumlah  keseluruhan  karbon  yang berinteraksi  dengan  atmosfer.  Simpanan  karbon  lain  yang  penting  adalah
deposit  bahan  bakar  fosil. Sumber  karbon  Carbon  Pool  dikelompokkan  menjadi  tiga  kategori
utama,  yaitu  biomassa  hidup,  bahan  organik  mati  dan  karbon  tanah  IPCC 2003.  Biomasa  hidup  terdiri  dari  dua    bagian  yaitu  Biomassa  Atas
Permukaan  BAP  dan  Biomassa  Bawah  Permukaan  BBP. Bahan organik mati dikelompokkan menjadi 2 yaitu kayu mati dan serasah Solichin 2009.
2.4 Cara Penghitungan dan Pendugaan Biomassa
Terdapat empat cara utama untuk menghitung biomassa  yaitu 1 sampling dengan  pemanenan  Destructive  sampling  secara  in  situ.  2  Sampling  tanpa
pemanenan  Non-destructive sampling  dengan  data  pendataan  hutan  secara in  situ.  3  Pendugaan  melalui penginderaan  jauh dan  4  pembuatan  model.
Persamaan  alometrik  digunakan  untuk  mengekstrapolasi  cuplikan  data  ke  area yang  lebih  luas.  Penggunaan  persamaan  alometrik  standar  bervariasi  untuk
setiap  lokasi  dan  spesies,  penggunaan  persamaan  standar    ini  dapat mengakibatkan  galat  error  yang  signifikan  dalam  mengestimasikan  biomassa
suatu vegetasi Heiskanen 2006. Pendekatan  yang  digunakan  untuk  menduga  potensi  biomassa  pohon  atau
hutan  adalah  dengan  pendekatan  secara  langsung  dan  pendekatan  secara  tidak langsung.  Pendekatan  secara  langsung  dilakukan  dengan  pembuatan  persamaan
alometrik,  sedangakan  pendekatan  secara  tidak  lansung  dilakukan  dengan meng
gunakan “biomass expansion factor”. Pendekatan ini tidak dapat digunakan untuk mengestimasi karbon secara individu pada pohon IPCC 2003.
Brown  1997  menyatakan  terdapat  dua  pendekatan  untuk  menduga biomassa dari pohon. Pertama berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang
bebas  cabang  yang  kemudian  dirubah  menjadi  jumlah  biomassa  tonha, sedangkan  yang  kedua  secara  langsung  dengan  menggunakan  persamaan  regresi
biomassa.  Pendekatan  pertama  oleh  Brown  1997  menggunakan  persamaan  di bawah ini:
Biomassa di atas tanah tonha=VOB x WD x BEF Keterangan: VOB
= Volume batang bebas cabang dengan kulit m3ha WB
= Kerapatan kayu BEF
= Faktor ekspansi
Pendekatan  kedua  dengan  membuat  model  penduga  biomassa  di  hutan tropika dengan model pangkat Y = a
atau dengan model polynomial Y = a + bD+ cD² berdasarkan zona wilayah hujan kering, lembab dan basah. Model yang
diusulkan Brown untuk zona lembab adalah: Y = 1,242 D²
– 12,8 D + 42,69 nilai R² = 84 untuk model polynomial dan Y = 0,118 D
2,53
nilai R² = 97 untuk model pangkat Keterangan:
Y = Biomassa pohon kg D = Diameter rata-rata pada setiap kelas diameter cm
R² = Nilai koefisien determinasi a, b, c merupakan konstanta
Chapman  1976  dalam  Irawan  2009  mengelompokkan  metode pengukuran biomassa di atas tanah kedalam dua kelompok besar yaitu:
1. Metode destruktif pemanenan
a. Metode pemanenan individu tanaman
Metode  ini  digunakan  pada  tingkat  kerapatan  individu  tumbuhan  cukup rendah dan komunitas tumbuhan dengan jenis sedikit.
b. Metode pemanenan kuadrat
Metode ini mengharuskan memanen semua individu pohon dalam suatu unit contoh dan menimbangnya.
c. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar rata-
rata.  Metode  ini  biasanya  diterapkan  pada  tegakan  yang  memiliki  ukuran seragam.
2. Metode non destruktif tidak langsung
a. Metode hubungan alometrik
Persamaan  alometrik  dibuat  dengan  mencari  korelasi  yang  paling  baik antara dimensi  pohon dengan biomassanya. Pembuatan persamaan tersebut
dengan  cara  menebang  pohon  yang  mewakili  sebaran  kelas  diameter  dan ditimbang.
b. Crop meter
Pendugaan  biomassa  metode  ini  dengan  cara  menggunakan  seperangkat elektroda  listrik  yang  kedua  kutubnya  diletakkan  di  atas  permukaan  tanah
pada jarak tertentu.
2.5 Kadar Zat Terbang, Kadar Abu dan Kadar Air