Agunan Karakteristik Responden di BRI Unit Harjasari

45 positif seringnya debitur melakukan pinjaman dengan besarnya realisasi kredit yang diterima akan semakin besar. Analisis deskriptif mengungkapkan bahwa BRI Unit Harjasari melalui kredit KUR mencoba meraih debitur baru yaitu dengan membantu para pengusaha mikro, kecil dan menengah diwilayah BRI Unit Harjasari untuk dapat memproleh tambahan modal usaha.

6.2.6 Agunan

Agunan merupakan jaminan tambahan yang disertakan pengusaha ketika pengajuan pinjaman di bank. Nilai agunan berpengaruh positif terhadap realisasi kredit karena semakin besar nilai agunannya maka semakin besar kepercayaan bank untuk memberikan pinjaman yang lebih besar. Perlu diketahui bahwa agunan debitur untuk meminjam penyaluran KUR terdiri atas agunan pokok dan bila ada boleh ditambahkan dengan agunan tambahan, oleh karena itu, untuk memproleh kredit KUR dipersyaratkan debitur harus memiliki usaha minimal sudah berjalan selama satu tahun, maka agunan pokok adalah berupa usaha atau tempat usaha yang dibiayai dimana usaha yang dibiayai tersebut cashflow-nya mampu memenuhi keseluruhan kewajiban kepada bank layak. Aguanan tambahan adalah agunan yang berasal dari harta rumah tangga debitur dan perlu diketahui bahwa agunan ini tidak wajib dipenuhi untuk memperoleh KUR. BRI Unit Harjasari berhasih meraih para pengusaha mikro yang selama ini memiliki usaha layak tetapi tidak memiliki jaminan kredit bank yang sesuai, dimana responden yang tanpa agunan atau tidak menyertakan agunan tambahan dapat memproleh realisasi KUR pada kisaran satu juta hingga 20 juta rupiah. Selain itu, ada juga debitur KUR yang menjaminkan surat tanah dalam masih bentuk Girik Letter C, Segel dan AJB Akta Jual Beli, untuk mendapatkan pinjaman yang lebih besar, tidak sedikit juga para debitur KUR yang menyertakan jaminan tambahan sudah dalam bentuk SHM Sertipikat Hak Milik tanahnya. Dengan demikian dapat diketahiu bahwa mayoritas responden debitur KUR BRI Unit Harjasari tidak menyertakan jaminan tambahan untuk dapat memproleh kredit KUR. Jumlah dan proporsi debitur KUR BRI Unit Harjasari menurut jenis agunan dapat dilihat pada Tabel 12. 46 Tabel 12. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Harjasari menurut Jenis Agunan Jenis Agunan Jumlah Responden untuk Realisasi Total 1 Juta x 5 Juta 5 Juta x 10 Juta 10 Juta x ≤ 20 Juta Resp Orang Proporsi Resp Orang Proporsi Resp Orang Proporsi Resp Orang Proporsi Tanpa Agunan 9 24 5 14 2 5 16 43 BPKB Motor 7 20 4 10 11 31 GirikSegel 2 5 2 5 4 10 AJB 1 3 1 3 2 6 Sertifikat 4 11 4 10 Jumlah 9 24 15 42 13 34 37 100 Perlu diingat bahwa agunan debitur untuk meminjam penyaluran KUR terdiri atas agunan pokok dan agunan tambahan, dimana agunan tambahan ini tidak wajib dipenuhi. Bisa kita lihat pada tabel 12 yaitu debitur penerima pinjaman kredit KUR lebih banyak yang tidak menyertakan agunan tambahan dibandingkan dengan yang menyertakan aguan tambahan, oleh karena itu dalam penelituan ini agunan dikelompokkan atas dengan agunan dan tanpa agunan. Tabel 13. Jumlah dan Proporsi Responden Debitur KUR BRI Unit Harjasari menurut Agunan Agunan Jumlah Responden untuk Realisasi Total 1 Juta x 5 Juta 5 Juta x 10 Juta 10 Juta x ≤ 20 Juta Resp Orang Proporsi Resp Orang Proporsi Resp Orang Proporsi Resp Orang Proporsi Tanpa Agunan 9 24 5 14 2 3 16 41 Ada Agunan 10 28 11 31 21 59 Total 9 24 15 42 13 34 37 100 Berdasarkan jumlah dan proporsi responden debitur KUR BRI Unit Harjasari menurut agunan, dapat dilihat pada Tabel 13, bahwa mayoritas debitur KUR yang menyertakan agunan tambahan sebanyak 22 responden. Proporsi ini lebih besar dibandingkan debitur KUR yang tidak menyertakan agunan tambahan atau tanpa agunan, yaitu sebanyak 15 responden dari jumlah 37 debitur KUR. 47 VII ANALISIS REALISASI KREDIT DI BRI UNIT HARJASARI Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat dapat dituliskan dalam suatu fungsi realisasi. Dalam penelitian ini terdapat enam faktor yang diduga mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat di BRI Unit Harjsari, yaitu ada tidaknya agunan, umur responden, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, Pendapatan Bersih Responden dan frekuensi pinjaman. Variabel dummy untuk ada tidaknya agunan terbagi atas, tidak ada agunan D=0 dan ada agunan D=1. Hasil analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR pada BRI Unit Harjasari dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil analisis terhadap faktor faktor yang mempengaruhi realisasi KUR pada BRI Unit Harjasari Variabel Koefisien Regresi T-hit P-value Konstanta 962488 0,46 0,648 X1= umur -28832 -0,68 0,505 X2= pendidikan 29846 0,20 0,841 X3= lama usaha 54575 0,66 0,513 X4= pendapatan bersih 2,4648 7,20 0,000 X5= frekuensi 888234 2,10 0,045 X6= agunan 1109995 1,21 0,235 R-sq= 86,9 R-sqadj = 84,3 ANOVA DF SS MS F P Model Regression 6 00362E+15 1,67270E+14 33,20 0,000 Residual 30 1,51150E+14 5,03833E+12 Total 36 1,15477E+15 Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 5 Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa p-value dari statistik F lebih kecil dari taraf nyata sebesar lima persen P = 0,000 5 sehingga kepuasannya adalah menolak H0, setidaknya ada data variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Akurasi model dugaan goodnes of fit model dilakukan dengan memperhatikan koefisien determinasi R 2 yaitu sebesar 86,9 persen. Hal ini menandakan bahwa sebesar 86,9 persen variasi variabel dependent 48 besar realisasi KUR dapat dijelaskan oleh model dan sisanya sebesar 13,1 persen dapat dijelaskan oleh variabel error variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model. Pengujian terhadap signifikansi pada masing-masing variabel independent secara individu dilakukan dengan uji T Tabel 14, sehingga diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh signifikan terhadap realisasi KUR pada BRI Unit Harjasari adalah variabel pendapatan bersih dan frekuensi pinjaman pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semua variabel diduga berpengaruh nyata terhadap besarnya realisasi KUR yang diterima oleh debitur. Sedangkan variabel lainnya seperti usia debitur, tingkat pendidikan, lama usaha, nilai agunan diketahui tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap besarnya realisasi KUR yang dapat diterima oleh debitur. Berdasarkan regresi linear berganda, model model regresi yang terbentuk adalah Realisasi = 962488 - 28832 Umur + 29846 Pendidikan + 54575 lama usaha + 2,46 Pendapatan Bersih + 888234 frekuensi + 1109995 Agunan Nilai konstanta sebesar 962.488 menggambarkan terjadinya peningkatan realisasi KUR jika umur X1, pendidikan X2, lama usaha X3, pendapatan bersih X4, frekuensi X5, agunan X6 mempunyai nilai nol. konstanta yang positif ini tidak menjadi masalah sepanjang X1, X2, X3, X4, X5, X6, tidak mungkin sama dengan nol 0 karena tidak mungkin dilakukan atau terjadi. Jadi, pada pada umumnya nilai konstanta yang positif menyimpulkan bahwa persamaanya benar. Menurut Supranto 2008, regresi linear berganda digunakan untuk memodelkan hubungan antara variabel independen dan variabel dependent dengan jumlah vaariabel independen lebih dari satu. Dalam membuat suatu persamaan regresi linear berganda diperlukan beberapa tahap pemeriksaan yaitu normalitas eror, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. 49 1. Pemeriksaan pertama Normalitas Error Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan melihat normalitas probality of the risidual, dimana jika nilai data ini berpencar disekitar garis lurus melintang maka dapat dikatakan normal. Hasil normalitas probality of the risidual Lampiran 1 menunjukkan bahwa data berpencar disekitar garis lurus melintang. Dengan demikian, berdasarkan grafik tersebut, dapat dikatakan bahwa data eror berdistribusi normal. Selain melalui normalitas probality of the risidual, pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan melihat histogram of the residual, dimana hasil yang kita proleh menunjukkan pola seperti fungsi distribusi normal. Meskipun demikian, terlihat adanya batang histogram yang menyimpang, dimana menunjukkan adanya dugaan outlier pencilan. 2. Pemeriksaan adanya problem Horoskedastisitas Pemeriksaan ini dapat dilihat dari scattlerplot antara residual fitted value Lampiran 2. Memperlihatkan bahwa tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut homogeni atau komponen error tidak heterokodestisitas atau dapat dikatakan komponen error bersifat homoskedastisitas. 3. Pemeriksaan adanya masalah autokorelasi Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan melihat pola standardized Residual terhadap variabel independent yaitu besarnya realisasi KUR yang diterima oleh debitur Lampiran 2. Grafik tersebut menunjukkan bahwa runtun standardized residual bersifat acak. Pemeriksaan melalui Durbin Watson dimana diproleh nilai d=1,63093 nilai d mendekati nilai d = 2, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada komponen eror sehingga hasil uji T dan uji F adalah valid Lampiran 2 4. Pemeriksaan adanya Multikolinearitas Pemeriksaan adanya multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan linear diantara variabel independent dalam suatu model regresi linear berganda, baik hubungan tersebut berkorelasi sempurna atau sebaliknya. Dengan kata lain model regresi linear berganda dinyatakan baik apabila antara variabel independen tersebut tidak bergerak bersama secara linear. Artinya variabel-variabel independen pada model penduga realisasi KUR yaitu umur X1, 50 pendidikan X2, lama usaha X3, pendapatan bersih X4, frekuensi X5, agunan X6, haruslah tidak memiliki pergerakan nilai koefisien regresinya yang bergerak secara linear. Pada Tabel 14. dapat dilihat bahwa tidak semua variabel independent mempengaruhi besarnya realisasi KUR pada taraf nyata lima persen. Variabel independent yang paling berpengaruh secara signifikan adalah pendapatan bersih, dan frekuensi pinjaman dengan pengaruh yang positif terhadap besarnya KUR yang diterima oleh debitur. Sedangkan, variabel lainnya yaitu usia debitur, tingkat pendidikan, lama usaha, dan nilai agunan tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya realisasi KUR yang dapat diterima oleh debitur.

7.1 Usia Nasabah