Kerangka Pemikiran Teoritis Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) disektor agribisnis (kasus pada BRI Unit Harjasari-Bogor)

17 III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berkembang atau tidaknya suatu usaha salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan modal. Penyediaan modal oleh pengusaha dapat diperoleh melalui modal sendiri ataupun modal dari luar kredit. Modal sendiri adalah modal yang dimiliki secara pribadi yang digunakan untuk usahanya, sedangkan modal dari luar adalah modal yang berasal dari orang lain dengan tujuan untuk pengembangan usahanya. Modal dari luar dapat juga berasal dari kredit. Memulai suatu usaha biasanya membutuhkan modal dari luar selain dari modal sendiri. Sumber modal yang berasal dari luar dapat berasal dari sumber formal ataupun sumber non formal. Sumber modal yang formal berasal dari lembaga keuangan formal bank dan non bank. Sumber non formal merupakan lembaga keuangan non formal, seperti pelepas uang rentenir, pedagang ataupun pengijon. Kebutuhan kredit memang dibutuhkan oleh seluruh bidang usaha termasuk juga agribisnis. Hampir sebagian pihak perbankan memberikan kemudahan kredit bagi para pelaku bisnis untuk mengembangkan usahanya. Terkadang pemberian kredit jarang diberikan oleh pihak perbankan bagi para pelaku agribisnis onfarm. Hal ini dikarenakan usaha agribisnis yang masih banyak tergantung pada alam. Sedangkan faktor alam merupakan salah satu faktor yang sangat sulit ditentukan untuk pengembangan usaha. Namun belakangan ini pihak perbankan sudah mulai memberikan perhatiannya kepada pengusaha pertanian untuk pengembangan usahanya, baik melalui program kredit komersil pada bank itu sendiri ataupun program kredit dari pemerintah. Dengan adanya pinjaman kredit ini diharapkan akan menggeser kurva penawaran modal ke arah kanan. Pada Gambar 2 dapat dilihat kurva permintaan dan penawaran kredit yang menggambarkan hubungan antara tingkat bunga i dengan jumlah kredit Q. Pada saat keseimbangan awal berada pada titik E , dimana pada saat jumlah kredit pada kondisi Q dan harga tingkat bunga pada i 0. Jika permintaan terhadap kredit meningkat dari S ke S 1, maka jumlah kredit juga akan meningkat menjadi Q 1 dan 18 tingkat bunga juga akan menurun menjadi i 1 . Dengan demikian tingkat keseimbangan akan menjadi E 1 . Untuk mencegah kenaikan tingkat suku bunga, maka pemerintah akan mengeluarkan berbagai kebijakan, salah satunya adalah program KUR Kredit Usaha Rakyat. Dengan adanya KUR ini maka diharapkan kurva penawaran akan mengalami peningkatan bergeser ke bawah, sesuai pada Gambar 2. Maka tingkat keseimbangan akan turun ke E 1 . Gambar 2 . Kurva Permintaan dan Penawaran Kredit Analisis permintaan kredit dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung Rachmina, 1994. Pendekatan langsung dilakukan melalui fungsi permintaan dimana kredit dianggap sebagai barang ekonomi. Berdasarkan teori ekonomi bahwa permintaan terhadap barang dan jasa terutama dipengaruhi oleh harga barang dan jasa tersebut. Permintaan akan barang dan jasa juga dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri dan pendapatan ekonomi masyarakat. Hal ini juga berpengaruh terhadap permintaan kredit, dimana tinggi rendahnya permintaan kredit dipengaruhi oleh harga kredit. Harga kredit yang dimaksudkan disini adalah tingkat suku bunga kredit. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui fungsi produksi dimana kredit dianggap sebagai sumber modal dalam kegiatan produksi. Dalam hal ini perkreditan berperan dalam faktor-faktor produksi seperti input produksi. Dengan Tingkat bunga i i 1 i Q Q 1 Jumlah Kredit Q S S 1 E E 1 D D 1 19 adanya pemberian kredit, maka diharapkan perusahaan akan dapat meningkatkan liquiditasnya. Maka dengan meningkatnya produksi perusahaan, maka akan memerlukan tambahan modal dan tambahan tenaga kerja. Salah satu cara untuk meningkatkan modal tersebut adalah melalui kredit.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional