Frekuensi Peminjaman Kredit Agunan

52 ini sesuai dengan pernyataan hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga memiliki hubungan yang positif terhadap realisasi kredit usaha rakyat. Dimana semakin besar pendapatan bersih rumah tangga maka semakin besar pula realisasi KUR yang diberikan bank kepada debitur. Pendapatan rumah tangga merupakan hal yang sangat diperhatikan untuk mengetahui kemampuan nasabah capacity Pensurveian usaha merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh BRI Unit Harjasari sebelum dilakukan realisasi KUR. Adapun tujuan pensurveian ini adalah untuk mengukur pendapatan rumah tangga nasabah yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan besarnya KUR yang dicairkan. Nasabah dengan pendapatan rumah tangga yang besar cenderung lebih mudah dalam memperoleh kredit. Pendapatan rumah tangga yang dimaksudkan disini adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha dan hasil lain di luar usaha seperti bekerja ataupun memiliki usaha lain disamping usaha utama.

7.5 Frekuensi Peminjaman Kredit

Frekuensi peminjaman kredit mengindikasikan bahwa semakin sering meminjam maka debitur akan lebih memahami bagaimana pola kredit yang diambil dan bagaimana menggunakannya. Tingginya frekuensi peminjaman dapat meningkatkan kepercayaan bank sebagai kreditur dalam menyalurkan kreditnya sehingga faktor ini diduga berpengaruh positif terhadap proses realisasi kredit yang dapat diterima oleh debitur. Berdasarkan hasil regresi linear berganda, diketahui koefisien variabel frekuensi pinjaman kredit berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi KUR. Hal ini terbukti karena koefisien variabel tersebut memberikan pengaruh yang signifikan dimana p-value bernilai 0,045 atau lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Pengaruh ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini, dimana semakin sering meminjam maka debitur akan lebih memahami bagaimana pola kredit yang diambil, prosedur kredit baik pengajuan kredit, perealisasian hingga pengembalian kredit serta memahami bagaimana menggunakan kredit untuk dapat memajukan usahanya. Tingginya frekuensi peminjaman dapat meningkatkan kepercayaan bank sebagai debitur dalam menyalurkan kreditnya sehingga faktor ini diduga berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi KUR yang diterima. 53 Kesimpulan ini sesuai dengan prediksi sebelumnya, bahwa frekuensi peminjaman kredit berpengaruh dalam penentuan besarnya realisasi KUR di BRI Unit Harjasari. Semakin sering debitur melakukan pinjaman maka realisasi KUR diperoleh juga akan semakin besar. Analisis deskriptif mengungkapkan bahwa BRI Unit Harjasari melai kredit KUR mencoba meraih debitur baru yaitu dengan membantu para pengusaha mikro, kecil dan menengah di wilayah BRI Unit Harjasari untuk dapat memproleh tambahan modal usaha.

7.6 Agunan

Agunan collateral merupakan jaminan tambahan yang disertakan calon debitur ketika melakukan pinjaman di bank. Agunan merupakan barang jaminan yang diserahkan oleh peminjamnasabah sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Agunan yang diberikan nasabah sebagai jaminan di BRI Unit Harjasari sangat beragam mulai dari kwitansi pembelian BPKB motor sampai surat tanah. Sebagian besar agunan yang dimiliki oleh responden adalah surat tanah dan BPKB motor. Berdasarkan hasil regresi linear berganda, diketahui koefisien variabel nilai agunan berpengaruh positif terhadap besarnya realisasi KUR. dimana semakin besar kepercayaan bank untuk memberikan pinjaman yang lebih besar. Namun, pada koefisien variabel tersebut memberikan pengaruh yang tidak signifikan namun bernilai positif, dimana p-value bernilai 0,234 atau lebih besar dari taraf nyata lima persen. 54 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan