digambarkan  tanda  terhadap  sebuah  objek,  sedangkan  makna  konotasi adalah bagaimana cara menggambarkanya.
13
Pada  signifikasi  tahap  kedua  yang  berhubungan  dengan  isi,  tanda bekerja  melalui  mitos  myth.  Dalam  pemahaman  Barthes,  mitos
merupakan  pengkodean  makna  dan  nilai-nilai  sosial  yang  dianggap alamiah.
14
Menurut  Barthes  mitos  adalah  bagaimana  kebudayaan menjelaskan  atau  memahami  beberapa  aspek  tentang  realitas  atau  gejala
alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi.
15
Sebuah  mitos  dapat  menjadi  sebuah  ideologi  atau  sebuah paradigma ketika sudah berakar lama, digunakan sebagai acuan hidup dan
menyentuh ranah norma sosial yang berlaku di masyarakat.
16
B. Perspektif Islam
Perspektif  adalah  cara  melukiskan  suatu  benda  pada  permukaan  yang mendatar, sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi panjang,
lebar, dan tingginya. Di samping itu pula perspektif bermakna sudut pandang atau  pandangan.  Dengan  demikian  perspektif  adalah  suatu  pandangan
seseorang terhadap suatu persoalan.
17
13
Wibowo, Semiotika Komunikasi, h. 22.
14
Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode , Gaya dan Matinya Makna, h. 305.
15
Wibowo, Semiotika Komunikasi,  h. 22.
16
Benny Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Jakarta: Komunitas   Bambu, 2011, h. 59.
17
Faisol, Pendidikan Islam Perspektif, Jakarta:
Ar-ruzz M edia, 2013
, h. 49.
Sedangkan  pengertian  Islam  adalah  agama  yang  ajaran-ajarannya diwahyukan kepada manusia melalui nabi Muhammad SAW sebagai Rasul.
18
Islam    pada  hakekatnya  membawa  ajaran-ajaran  yang  bukan  mengenai  satu segi,  tetapi  mengenai  berbagai  segi  dari  aspek  kehidupan  manusia  yang
bersumber  dari  ajaran-ajaran  yang  mengambil  berbagai  aspek  yaitu  Al- Qur’an dan hadist.
Nama  Islam  berasal  dari  kata  Salam  yang  terutama  berarti  “damai”  dan juga berarti “menyerahkan diri”. Tertuang dalam ayat berikut :
ُﻢﯿِﻠَﻌْﻟا ُﻊﯿِﻤﱠﺴﻟا َﻮُھ ۥُﮫﱠﻧِإ ۚ ِﮫﱠﻠﻟا ﻰَﻠَﻋ ْﻞﱠﻛَﻮَﺗَو ﺎَﮭَﻟ ْﺢَﻨْﺟﺎَﻓ ِﻢْﻠﱠﺴﻠِﻟ ۟اﻮُﺤَﻨَﺟ نِإَو
Artinya: “dan jika mereka condong kepada perdamian, maka condonglah kepadanya  dan  bertawakalah  kepada  Allah.  Sesungguuhnya  Dialah  yang
maha mendengar lagi maha mengetahui”.QS. Al-anfal: 61 Maka keseluruhan pengertian yang dikandung nama ini adalah “kedamaian
sempurna yang terwujud jika hidup sudah diserahkan kepada Allah”.
19
Tuhan dalam agama Islam adalah Allah SWT, kitab yang dianut umat islam adalah
Al-Qur’an.  Al-Quran  merupakan  mukzijat  yang  diberikan  kepada  nabi Muhammad  SAW,  yang  dipercayai  umat  Islam  sebagai  nabi  akhir  zaman
yang membawa cahaya bagi umat manusia. Pengertian  Islam  menurut  KH.  M.  Syafi’I  Hadzami  adalah  tunduk  dan
patuh  terhadap  apa  yang  diberitakan  oleh  Rasulullah.
20
Dalam  pengertian
18
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jakarta: Universitas, 1985, h. 24.
19
Huston Smith, Agama-agama Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, h. 254.
20
M. Syafi’I Hadzami, Tauhid Adilah, Jakarta: PT. Alwx Media Komputindo, 2010, h. 7.
agama,  kata  Islam  berarti  kepatuhan  kepada  kehendak  dan  kemauan  Allah, serta taat kepada hukum-Nya.
21
Dari  segi  bahasa,  kata  Islam  berasal  dari  bahasa  arab  yang  terambil  dari akar  kata  salima.  Dalam  bahasa  Indonesia  kata  tersebut  diartikan  dengan
“selamat”. Dari akar kata salima tadi dibentuk kata aslama,yaitu salam yang artinya keselamatan, taslim yang artinya perdamaian.
22
Pengertian  Islam  secara  umum  berarti  ketundukan  dan  ketaatan  semua makhluk terhadap hukum-hukum yang telah ditetapkan Tuhan sang pencipta.
Arah  ketundukan  terhadap  hukum-hukum  alam  dan  ketundukan  terhadap ketentuan-ketentuan  agama.
23
Jadi  yang  dimaksud  dengan  perspektif  Islam adalah  suatu  pandangan  seseorang  terhadap  hukum-hukum  yang  telah
ditetapkan Allah SWT.
C. Konflik Sosial
1. Pengertian Konflik Sosial
Konflik  merupakan  proses  sosial  yang  pasti  terjadi  di  tengah-tengah masyarakat  yang  dinamis.  Konflik  terjadi  karena  adanya  perbedaan  atau
kesalahpahaman antara individu atau kelompok masyarakat yang satu dan individu atau kelompok masyarakat lainnya.
24
21
Abdalati hammudah, Islam Suatu Kepastian, Jakarta: Media Dakwah, 2008, h. 13.
22
Jam’annuri, Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-agama Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2000, h. 107-108.
23
Jam’annuri, Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-agama, h. 111.
24
Bagia Waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, Bandung: PT Setia Purna Inves, 2007, h. 33.
Untuk  mendapatkan  gambaran  lebih  luas  tentang  pengertian  konflik, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai definisi konflik.
“Robert  M.Z.  Lawang,  mengatakan  bahwa  konflik  diartikan  sebagai perjuangan  untuk  memperoleh  hal-hal  langka,  seperti  nilai,  status,
kekuasaan,  dan  sebagainya,  yang  tujuan  mereka  berkonflik  itu  tidak hanya  memperoleh  keuntungan,  tetapi  juga  untuk  menundukkan
pesaingnya.  Konflik  dapat  diartikan  sebagai  benturan  kekuatan  dan kepentingan  antara  satu  kelompok  dan  kelompok  lain  dalam  proses
perebutan  sumber-sumber  kemasyarakatan  ekonomi,  politik,  sosial, dan budaya yang relatif terbatas.”
Sedangkan definisi lain mengenai konflik dijelaskan oleh Peter Harris
dan Ben Relly 1998.
Peter Harris dan Ben Relly 1998, berpendapat bahwa sifat konflik
yang  tajam  di  dunia  telah  berubah  dalam  suatu  dekade  terakhir,  baik dalam  inti  permasalahan  maupun  dalam  bentuk  pengekpresiannya.
Salah  satu  perubahan  yang  paling  dramatis  adalah  pergeseran  dari konflik  antarnegara  yang  tradisional  perang  antarnegara  berdaulat
menuju  konflik  dalam  negara.  Konflik-konflik  yang  paling  kejam sepanjang  abad  ke-20  adalah  konflik  antarnegara.  Akan  tetapi,  pada
tahun  1990-an  hampir  semua  konflik  besar  di  dunia  terjadi  dalam negara atau konflik internal, misalnya perang saudara, pemberontakan
bersenjata,  gerakan  separatis  dengan  kekerasan,  dan  peperangan domestik lainnya.
25
Dalam konflik pasti ada perselisihan dan pertentangan di antara pihak-
pihak  berkonflik.  Konflik  bisa  dialami  oleh  siapa  saja  pada  berbagai lapisan  masyarakat.  Konflik  bisa  dimulai  dari  keluarga,  masyarakat
sekitar, nasional, dan global.
26
25
Waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, h. 33.
26
Waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, h. 33.