Denotasi Memberitahu Adanya Ancaman Bom
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita- wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. Hal yang cukup krusial ialah batas-batas aurat dan bagian tubuh
perempuan yang boleh tampak. Menurut Al-Qurthubiy, dengan berdasarkan pada kebiasaan adat dan ibadah dalam Islam, bahwa wajah
dan telapak tangan wanita yang pada umumnya selalu tampak, mendapat pengecualian dalam Q.S. an-Nur [24]: 31 itu.
11
Bagi umat agama lain, tidak ada keharusan untuk mengikuti ketentuan busana Muslimah, kecuali atas kemauan sendiri. Khalifah Umar bin
Khatab pernah menyampaikan kepada pemerintah daerah, agar tidak memaksa umat agama lain memakai pakaian Muslim.
12
Bahkan pada era Daulah Umayah dan Daulah Abasiyah, meskipun terkesan diskriminatif, wanita umat agama lain dilarang keras memakai
pakaian yang sama dengan wanita Muslimah. Perempuan umat agama lain dibebaskan memakai pakaiannya sendiri meskipun memperlihatkan aurat,
sepanjang tidak mengganggu ketertiban umum.
13
11
Hamka Haq, Islam Rahmah Untuk Bangsa, cet. Ke-2, Jakarta: Baitul Muslimin Indonesia Press, 2015, h. 198.
12
Hamka Haq, Islam Rahmah Untuk Bangsa, h. 199.
13
Hamka Haq, Islam Rahmah Untuk Bangsa, h. 302.