HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di kebun Meranti Paham, PTPN IV. Sebelum dinamakan Meranti Paham, kebun ini dinamakan Ajamu II. Kawasan ini di
golongkan kedalam gambut sedang hingga gambut dalam, dimana masih ditemukan gambut setebal 9 m. Keberagaman kematangan gambut pada Kebun
Meranti Paham cenderung secara vertikal, dimana bagian permukaan memiliki kematangan saprik karena lahan ini telah lebih dari 25 tahun dibuka dan telah
mengalami berbagai pengolahan lahan, drainase dan pemupukan yang intensif sehingga mempercepat proses dekomposisi Yulianti, 2009.
Kebun Meranti Paham terletak di Kelurahan Meranti Paham, Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara, dan pada koordinat
02
o
11’18”–02
o
21’24” LU dan 100
o
09’13”-100
o
12’02” BT. Kebun ini berada pada hamparan lahan gambut dan mineral dengan luasan total sekitar 4.818 ha yang
memiliki 215 blok dan terbagi menjadi enam afdeling. Pembukaan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dimulai sejak tahun 1970-an. Lokasi ini terdiri atas tahun
tanam antara tahun 1988 sampai tahun 2007 dan telah direncanakan replanting pada tanaman yang mulai tidak produktif. Varietas yang mendominasi adalah
Varietas Marihat. Lokasi ini pada bagian utara, barat, dan selatan berbatasan dengan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Cisadane Sawit Raya, sedangkan sebelah
timur berbatasan dengan Sungai Barumun.
4.2. Cadangan Biomassa Kelapa Sawit dengan Metode Destruktif
Tanaman memerlukan sinar matahari, gas asam arang CO
2
yang diserap dari udara serta air dan unsur hara yang diserap dari dalam tanah untuk
kelangsungan hidupnya. Melalui proses fotosintesis, CO
2
di udara diserap tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman
dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, pelepah, bunga
dan buah. Bahan organik yang terbentuk dari hasil proses fotosintesis disebut dengan biomassa yang dinyatakan dalam satuan bobot kering. Biomassa kelapa
sawit pada penelitian sebelumnya Yulianti, 2009, hanya mempertimbangkan dari batang, pelepah, dan daun sesuai umur kelapa sawit saat penelitian dilangsungkan.
Pada penelitian ini biomassa kelapa sawit ditambahkan biomassa pelepah pruning
dan tandan kosong sesuai umur tanaman kelapa sawit. Pada Tabel 1 disajikan biomassa hasil pengukuran secara destruktif dengan penebangan 34
pohon kelapa sawit yang dilakukan oleh Yulianti 2009. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tua umur tanam kelapa sawit biomassanya akan
semakin meningkat, dapat dilihat rata-rata biomassa kelapa sawit pada tahun tanam 1991 17 tahun sebesar 230 kgpohon. Pada umur tertentu tidak akan
terjadi peningkatan biomassa, bahkan cenderung terjadi penurunan, dapat dilihat pada tahun tanam 1990 18 tahun dengan rata-rata biomassanya sebesar 208
kgpohon. Jarak tanam kelapa sawit kebun Merani Paham adalah 8 x 9 m danatau 9 x
9 m tergantung pada kondisi lahannya. Kerapatan kelapa sawit maksimal setiap hektarnya adalah 130 pohon. Penetapan jarak tanam disesuaikan dengan tingkat
kesuburan lahan yang berkaitan dengan ketebalan dan tingkat kematangan gambut, tata air dan teknik pengelolaannya. Apabila ada tanaman yang mati atau
mengalami gangguan hama dan penyakit maka dilakukan penyisipan dengan tanaman baru. Berdasarkan jumlah kerapatan kelapa sawit maksimal tersebut maka
dihitung biomassa dari masing-masing tahun tanam untuk setiap hektar. Tabel 1 menunjukkan hasil variasi biomassa kering pohon kelapa sawit.
Tahun tanam merupakan tahun pada waktu tanaman sawit ditanam, sebagai contoh 1999K adalah tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tahun 1999. Sedangkan K,
memiliki makna blok areal kelapa sawit. Luas blok kelapa sawit di kebun Meranti Paham berkisar antar 25 ha hingga 35 ha per bloknya.
Tabel 1. Biomassa Tanaman Contoh Kelapa Sawit pada Beberapa Tahun Tanam dari Blok Kebun Meranti Paham PTPN IV Tahun 2008
No Tahun
Tanam Umur
Tanaman Biomassa kering kg
Batang Pelepah
Daun Total
1 1990R 1
18 171,49
21,40 19,40
212 2
1990R 2 18
207,24 61,71
24,78 294
3 1990R 3
18 171,69
28,36 25,11
225 4
1990R 4 18
98,02 23,26
30,84 152
5 1990R 5
18 97,02
29,53 29,83
156 Rerata
149,09 32,85
25,99 208
6 1991Z 1
17 187,92
40,70 33,28
262 7
1991Z 2 17
129,99 17,97
28,46 176
8 1991Z 3
17 223,72
28,08 24,77
277 9
1991Z 4 17
175,38 18,15
18,24 212
10 1991Z 5
17 160,55
32,69 29,12
222 Rerata
175,51 27,52
26,77 230
11 1995C 1
13 121,57
23,80 15,93
161 12
1995C 2 13
14,08 23,01
24,4 62
13 1995C 3
13 116,31
39,23 19,6
175 14
1995C 4 13
133,28 37,54
35,49 206
15 1995C 5
13 232,71
29,79 19,22
282 Rerata
123,59 30,68
22,93 177
16 1997D 1
11 176,41
33,55 44,88
255 17
1997D 2 11
191,01 32,32
29,21 253
18 1997D 3
11 55,62
26,73 34,85
117 19
1997D 4 11
59,99 33,41
23,49 117
Rerata 120,76
31,50 33,11
185 20
1999K 1 9
74,70 47,21
30,68 153
21 1999K 2
9 85,98
52,77 33,37
172 22
1999K 3 9
79,76 46,01
30,49 156
23 1999K 4
9 88,36
47,36 30,54
166 24
1999K 5 9
124,10 39,22
39,09 202
Rerata 90,58
46,51 32,83
170 25
2006L 1 2
4,57 6,93
3,12 15
26 2006L 2
2 2,57
3,93 2,59
9 27
2006L 3 2
2,58 6,13
4,03 13
28 2006L 4
2 6,75
7,42 5,79
20 29
2006L 5 2
3,68 6,78
3,67 14
Rerata 4,03
6,24 3,84
14 30
2007AC 1 1
3,29 4,77
3,00 11
31 2007AC 2
1 2,80
4,23 4,00
11 32
2007AC 3 1
2,25 4,14
3,49 10
33 2007AC 4
1 2,78
3,66 2,81
9 34
2007AC 5 1
2,13 3,91
1,96 8
Rerata 2,65
4,14 3,05
10 Sumber : Yulianti 2009
Pada areal kebun Meranti Paham terdapat tanaman kelapa sawit yang berusia dari 20 sampai 12 tahun atau dari tanaman tahun tanam 1988 sampai 1996.
Letak dari tanaman tahun tanam 1988 berada disebelah utara tepatnya di Afdeling II, sedangkan tahun tanam 1996 berada disebelah selatan tepatnya di Afdeling V.
Data biomassa kering dari bagian batang, daun, dan pelepah untuk tahun tanam 1988 dan 1996 tidak ada. Oleh karena itu, biomassa sawit tahun tanam 1988
diasumsikan sama dengan tahun tanam 1990. Hal yang sama juga untuk tahun tanam 1996 diasumsikan sama dengan tahun tanam 1997. Data biomassa kering
tahun tanam 2006 dan 2007 menggunakan data dari kebun Panai Jaya, karena pada kebun Meranti Paham tidak terdapat data biomassa kering tahun tanam 2006 dan
2007. Tabel 2 menunjukkan biomassa kering kelapa sawit yang diperoleh dari penelitian Yulianti 2009.
Tabel 2. Rata-rata Bobot Biomassa Kering Bagian-Bagian Kelapa Sawit Pada Berbagai Tahun Tanam Kebun Meranti Paham dan Panai Jaya PTPN IV
Tahun 2008 kgpohon Tahun Tanam
tahun Biomassa Kering kgpohon
Batang Pelepah
Daun Total
1988
1
149,09 32,85
25,99 208
1990 149,09
32,85 25,99
208 1991
175,51 27,52
26,77 230
1995 123,59
30,68 22,93
177 1996
2
120,76 31,50
33,11 185
1997 120,76
31,50 33,11
185 1999
90,58 46,51
32,83 170
2006 4,03
6,24 3,84
14 2007
2,65 4,14
3,05 10
Sumber: Yulianti 2009 ; 1 diasumsikan dengan data tahun tanam 1990 2 diasumsikan dengan data tahun tanam 1997
Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa rata-rata biomassa kering paling besar terdapat pada batang dari tahun tanam 1991 sebesar 175,51 kgpohon, sedangkan
biomassa batang terkecil terdapat pada tahun tanam 2007 sebesar 2,65 kgpohon. Menurut Pahan 2008 batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang
terikat secara diskrit dalam jaringan parinkem. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, dimana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktivitas
meristem pucuk hanya sedikit memberikan kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya yaitu menghasilkan daun dan infloresen bunga. Penebalan
dan pembesaran batang terjadi karena aktivitas “penebalan meristem primer” yang
terletak di bawah meristem pucuk dan ketiak daun. Pada tahun pertama atau kedua pertumbuhan kelapa sawit, pertumbuhan membesar terlihat sekali pada bagian
pangkal, dimana diameter batang bisa mencapai 60 cm. Setelah itu batang akan mengecil, biasanya hanya berdiameter 40 cm, tetapi pertumbuhan tinggi menjadi
lebih cepat. Semakin tinggi umur kelapa sawit maka biomassa keringnya juga akan
semakin berat hingga titik puncaknya sekitar umur 11-15 tahun. Karena pada umur ini batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua. Setelah itu, bekas pelepah
mulai rontok, biasanya mulai dari bagian tengah batang kemudian meluas ke atas dan ke bawah. Batang kelapa sawit tua biasanya sudah tidak ada lagi bekas tangkai
pelepah daun tua, kecuali sedikit dibawah tajuk. Kemungkinan inilah yang menyebabkan tanaman tahun 1988 dan 1990 lebih rendah biomassa keringnya di
bandingkan tahun tanam 1991. Sementara, pada tanaman muda 2 tahun atau TBM biomassa kering pada pelepah lebih besar dibandingkan pada batang dan
daun. Hal ini disebabkan pada umur tersebut batang masih muda dan belum padat serta lebih didominasi oleh besarnya kandungan air yang mencapai lebih dari enam
kali biomassanya. Rata-rata biomassa pelepah terbesar, terdapat pada tahun tanam 1999
sebesar 46,51 kgpohon, sedangkan yang terkecil pada tahun tanam 2007 yaitu 4,14 kgpohon. Sementara, rata-rata biomassa daun terbesar, terdapat pada tahun
tanam 1996 dan 1997 sebesar 33,11 kgpohon, sedangkan yang terkecil terdapat pada tahun tanam 2007 sebesar 3,05 kgpohon. Pelepah meningkat secara progresif
sekitar umur 8-10 tahun. Meningkatnya pelepah dengan bertambahnya umur tanaman ternyata disebabkan oleh bertambahnya daun dan rata-rata ukurannya.
Pada fase melewati umur 10 tahun maka laju pembentukan pelepah dan daun akan menurun Pahan, 2008.
Pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci peningkatan produksi kelapa sawit. Salah satunya dengan cara penunasan pruning, yaitu pekerjaan
memotong pelepah dan daun. Pruning merupakan pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang, yaitu menjaga produksi agar maksimum
dan memperkecil losses produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif berkaitan dengan fotosintesis sebanyak-banyaknya, tetapi
untuk mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkecil kehilangan produksi maka beberapa pelepah harus dipotong. Untuk mendapatkan produksi
maksimum diperlukan jumlah pelepah yang optimum yaitu 48-56 pelepah tanaman muda dan 40-48 pelepah tanaman tua Pahan, 2008.
Kegiatan pruning dilakukan setiap enam bulan sekali dengan rata-rata jumlah yang dipotong sekitar dua sampai tiga helai pelepah dan daun. Meskipun
demikian, pruning dapat dilakukan juga saat panen jika memang diperlukan Yulianti, 2009. Hasil pemotongan sebagian besar ditumpuk pada sekitar pohon
kelapa sawit sehingga berpotensi sebagai sumber pengembalian biomassa ke dalam tanah. Hasil perhitungan pelepah pruning di kebun Meranti Paham terinci
dalam Tabel Lampiran 1. Dalam satu tahun, diasumsikan sebanyak lima pelepah yang dipotong. Pruning dilakukan pada saat memasuki TM1 atau tanaman yang
berusia ≥ 3 tahun. Pada Tabel 3 disajikan besarnya rata-rata biomassa dari pemotongan pelepah kelapa sawit kebun Meranti Paham PTPN IV, kecuali pada
kelapa sawit dengan umur tanam 2 tahun tidak dihitung karena pada kelapa sawit muda belum dilakukan pemotongan pelepah.
Tabel 3. Rata-rata Bobot Biomassa Pelepah Pruning di Kebun Meranti Paham PTPN IV sampai denganTahun 2008
Tahun Tanam
Biomassa Pelepah Pruning
Basah kgpohon
Kadar Air Biomassa Pelepah
Pruning Kering
kgpohon
1988 799,00
494,11 134,51
1990 581,25
494,11 97,85
1991 495,60
548,46 76,48
1995 397,50
310,24 96,95
1996 369,00
310,24 72,78
1997 284,00
407,65 56,02
1999 183,33
414,18 35,67
Besarnya rata-rata biomassa pelepah pruning sangat dipengaruhi oleh faktor usianya. Semakin tinggi umur kelapa sawit maka akan semakin banyak
pelepah yang dipotong, sehingga pengembalian biomassanya ke tanah juga semakin besar. Hasil perhitungan pada Tabel 3 terlihat bahwa yang tertinggi
adalah tanaman tahun tanam 1988 tetapi yang terkecil adalah tahun tanam 1999. Nilai ini dihitung dengan asumsi bahwa banyaknya tindakan pemotongan pelepah
adalah sama setiap tahunnya. Biomassa yang dikembalikan ini akan menjadi akumulasi bahan organik tanah meskipun tidak akan mampu menggantikan bahan
gambut yang telah hilang. Produk dari perkebunan kelapa sawit pada tingkat perkebunan adalah buah
berbentuk Tandan Buah Segar TBS yang mempunyai manfaat begitu besar dengan nilai ekonomis yang sangat tinggi, serta produk turunan yang dihasilkan
mencapai 72 macam produk dengan berbagai kegunaan Pahan, 2008. Produksi TBS di kebun Meranti Paham secara terperinci terdapat pada Tabel Lampiran 2
dan produksi tandan kosong terdapat pada Tabel Lampiran 3. Biomassa TBS yang didapatkan merupakan penjumlahan dari produktivitas TBS pada waktu awal
produksi hingga dilakukannya penelitian. Pada tahun tanam 1988, 1990, dan 1991 produktivitas TBS hitung dari tahun 1994-2008. Tahun tanam 1995 produktifitas
TBS dihitung dari tahun 1998-2008. Tahun tanam 1996 dihitung dari tahun 1999- 2008. Tahun tanam 1997 produktivitas TBS dihitung dari tahun 2000-2008,
sementara tahun tanam 1999 produktivitas TBS dihitung dari tahun 2002-2008. Pada Tabel 4 ditunjukkan total biomassa TBS dan tandan kosong yang terdapat
pada kebun Meranti Paham. Tabel 4. Total Rata-rata Bobot Biomassa TBS dan Tandan Kosong Kelapa Sawit
Kebun Meranti Paham PTPN IV dari Tahun 1994-2008
Tahun Tanam
Biomassa TBS
kgha Rata-rata
Pohon Produktifha
Biomassa TBS
kgpohon Biomassa
Basah Tandan
Kosong kgpohon
Biomassa Kering
Tandan Kosong
kgpohon
1988 219.760
93 2.363,01
590,75 386
1990 158.370
130 1.218,23
304,56 199
1991 154.520
130 1.188,62
297,15 194
1995 95.150
114 834,65
208,66 136
1996 97.810
115 850,52
212,63 139
1997 77.110
119 647,98
162,00 106
1999 55.750
112 497,77
124,44 81
Sumber : PTPN IV 2008
Besarnya bobot total biomassa pada Tabel 4 merupakan gambaran produksi yang cukup tinggi. Kadar air dan minyak pada TBS cukup tinggi, berkisar 300
PPKS, komunikasi pribadi, 2010. Sementara, kadar air pada tandan kosong basah sebesar 53 PPKS, komunikasi pribadi, 2011. Biomassa kering tandan kosong
yang paling besar adalah tahun tanam 1988 sebesar 386 kgpohon dan terendah
adalah tahun tanam 1999 sebesar 81 kgpohon. Dengan bertambahnya umur kelapa sawit maka laju produktivitasnya juga akan semakin tinggi, terbukti dari tahun
tanam 1988 yang berumur 20 tahun produktivitasnya masih tinggi. Kelapa sawit pada umumnya mencapai masa produktifnya di umur 25 tahun dan secara lambat
laun produksinya akan semakin turun akibat alokasi karbohidrat yang semakin tidak optimal.
Biomassa setiap bagian kelapa sawit di kebun Meranti Paham dan Panai Jaya PTPN IV secara terperinci terdapat dalam Tabel Lampiran 4 dan rata-rata
biomassa kelapa sawit pada setiap dimensi dengan metode destruktif disajikan juga pada Tabel 5 dan Gambar 2. Biomassa tandan kosong kelapa sawit pada
tahun tanam 1988 merupakan biomassa tertinggi dibandingkan dimensi biomassa lainnya. Sementara, biomassa batang pada tahun tanam 2007 merupakan biomassa
terendah. Tabel 5. Rata-rata Biomassa Kering dari Bagian-bagian Kelapa Sawit di Kebun
Meranti Paham dan Panai Jaya PTPN IV Tahun 2008 Tahun
Tanam Umur
Tanaman Biomassa Kering kgpohon
Batang Pelepah
Daun Tandan
Kosong Pelepah
Pruning Total
1988 20
149,09 32,85
25,99 386,11
134,51 729
1990 18
149,09 32,85
25,99 199,06
97,85 505
1991 17
175,51 27,52
26,77 194,22
76,48 501
1995 13
123,59 30,68
22,93 136,38
96,95 411
1996 12
120,76 31,50
33,11 138,97
72,78 397
1997 11
120,76 31,50
33,11 105,88
56,02 347
1999 9
90,58 46,51
32,83 81,33
35,67 287
2006 2
4,03 6,24
3,84 -
- 14
2007 1
2,65 4,14
3,05 -
- 10
Ket : Tahun tanam 2006 dan 2007 hasil pengukuran dari kebun Panai Jaya Yulianti, 2009
Gambar 2. Biomassa Kering kgpohon pada Setiap Dimensi Kelapa Sawit. Data pada Tabel 5 menunjukkan biomassa tertinggi terdapat pada bagian
tandan kosong tahun tanam 1988 sebesar 386,11 kgpohon sedangkan terendah terdapat pada dimensi batang tahun tanam 2007 sebesar 2,65 kgpohon.
Peningkatan biomassa terjadi akibat pertambahan umur tanaman. Bagian tanaman yang terus meningkat adalah batang, tandan kosong, dan pelepah pruning.
Total rata-rata biomassa kelapa sawit tertinggi pada tahun tanam 1988 20 tahun sebesar 729 kgpohon, sedangkan biomassa yang paling rendah terdapat
pada tahun tanam 2007 1 tahun sebesar 10 kgpohon.
4.3. Cadangan Karbon Biomassa Kelapa Sawit dengan Metode Destruktif