Gambar 11. Korelasi antara Karbon Biomassa Kelapa Sawit Berdasarkan Persaman Alometrik dan Metode Destruktif
Perhitungan t-student menggunakan data selisih karbon biomassa kelapa sawit dengan metode destruktif dan alometrik terkoreksi yang tertera pada Tabel
10. Uji kalibrasi model dengan menggunakan uji statistik t-student menghasilkan nilai t hitung sebesar -3,68 sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 5 adalah
1,86. Dengan demikian hipotesis nol H0 dapat diterima yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan antara metode destruktif dan metode alometrik terkoreksi.
Berdasarkan hasil uji t tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode alometrik terkoreksi cukup akurat dan dapat digunakan untuk memprediksi cadangan karbon
biomassa pada kelapa sawit di lahan gambut kebun Meranti Paham.
4.7. Pendugaan Total Karbon Biomassa Kelapa Sawit dengan Persamaan Alometrik.
Pendugaan total karbon biomassa kelapa sawit di kebun Meranti Paham PTPN IV dapat dilakukan setelah hasil perhitungan karbon biomassa didapatkan
Tabel Lampiran 9. Hasil pendugaan karbon biomassa memiliki nilai yang bervariasi karena
sangat ditentukan oleh umur tanaman, kerapatan per satuan luas, iklim dan pengolahan lahan serta lingkungan pertumbuhan kelapa sawit terutama jenis
lahannya dan juga teknik pengukuran yang digunakan Hartley, 1967 dalam Yulianti, 2008. Berdasarkan persamaan alometrik, Tabel 11 menunjukkan hasil
-50 50
100 150
200 250
300 350
400
50 100
150 200
250 300
350 400
K a
rbo n
B io
m a
ss a
K ela
pa Sa
w it
deng a
n M
et o
de Dest
ruk tif
k g
po ho
n
Karbon Biomassa Kelapa Sawit dengan Metode Alometrik kgpohon
Korelasi antara Karbon Biomassa Kelapa Sawit dengan Metode Alometrik dan Destruktif
r = 0,98
pendugaan karbon biomassa kelapa Kebun Meranti Paham per pohon, per hektar, dan total luas kebun.
Tabel 11. Pendugaan Total Karbon Biomassa Kelapa Sawit dengan Persamaan Alometrik di Kebun Meranti Paham PTPN IV Tahun 2009
No Tahun
Tanam Karbon
Biomassa kgpohon
Rata-rata Pohon
Produktifha Karbon
Biomassa tonha
Luas Tanam
ha Karbon
biomassa tontahun
tanam 1
1988 357,87
93 33,28
300 9.985
2 1990
301,28 130
39,17 649
25.419 3
1991 289,74
130 37,67
213 8.023
4 1995
244,93 114
27,97 538
15.049 5
1996 217,86
115 24,95
459 11.451
6 1997
229,70 119
27,33 333
9.102 7
1999 198,83
112 22,35
709 15.846
8 2006 9,36
130 1,22
- -
9 2007
4,81 133
0,64 121
77 Total Kebun
94.953
Keterangan: 1. Tahun tanam 2006 dan 2007 berasal dari pengukuran kebun Panai Jaya tahun 2008
2. : Kebun Meranti Paham tidak memiliki tanaman tahun tanam 2006, sehingga tidak terdapat luas tanam dan hanya untuk pendugaan persamaan
alometrik
Perhitungan total karbon biomassa kelapa sawit menggunakan persamaan alometrik dengan memasukkan diameter dan tinggi tanaman untuk setiap tahun
tanam. Pada Tabel 11 diketahui bahwa karbon biomassa kgpohon meningkat dari tahun tanam 2007 umur 1 tahun hingga tahun tanam 1997 umur 11 tahun
sebagai akibat bertambahnya diameter dan tinggi tanaman mengikuti umur Tabel Lampiran 9, dan menurun untuk tahun tanam 1996 umur 12 tahun sebesar
217,86 kgpohon akibat diameter batang yang mengecil, dan meningkat kembali pada rata-rata tahun tanam 1995 umur 13 tahun hingga tahun tanam 1988 umur
20 tahun akibat peningkatan tinggi tanaman Tabel Lampiran 9. Umumnya diameter batang kelapa sawit mengecil karena batang yang tadinya ada pangkal
pelepah daun mulai rontok, dimulai dari bagian tengah batang kemudian meluas ke atas dan ke bawah. Pahan 2008 menjelaskan bahwa tanaman kelapa sawit usia
tua sudah tidak ada lagi bekas tangkai pelepah daun tua, kecuali sedikit dibawah tajuknya.
Karbon biomassa kelapa sawit per pohon tertinggi terdapat pada tahun tanam 1988 umur 20 tahun sebesar 357,87 kgpohon. Nilai ini sejalan dengan
hasil yang didapatkan pada Tabel 7, bahwa karbon biomassa sangat dipengaruhi oleh biomassa tanaman tersebut, dengan kata lain semakin tinggi biomassa
tanaman, maka karbon yang tersimpan juga akan semakin tinggi. Karbon biomassa per pohon terendah terdapat pada tahun tanam 2007 umur 1 tahun sebesar 4,81
kgpohon. Kebun Meranti Paham memiliki luas tanam sebesar 4.818 ha, dimana lahan
yang telah ditanam dan sudah berproduksi seluas 3.322 ha, sehingga dapat diketahui total cadangan karbon biomassa kelapa sawit dengan metode alometrik
di Kebun Meranti Paham yaitu 94.953 ton. Sementara, cadangan karbon biomassa kelapa sawit dengan metode destruktif di kebun Meranti Paham lebih rendah
sebesar 80.417 ton, terdapat selisih yang besar sekitar 14.536 ton. Terjadinya selisih total cadangan karbon dapat diakibatkan dari perbedaan sampel tanaman
saat pengukuran diameter dan tinggi yang dilakukan pada penelitian kali ini Tabel Lampiran 9 dengan Yulianti 2009 peneliti sebelumnya Tabel Lampiran 7,
sehingga pada saat penerapan diameter dan tinggi pada persamaan alometrik yang didapatkan terjadi peningkatan karbon biomassa kgpohon dibandingkan karbon
biomassa kgpohon menggunakan metode destruktif.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Model persamaan alometrik terkoreksi yang terbaik adalah model Y = 0,2382 D
2,3385
H
0,9411
dimana Y = karbon biomassa kering kgpohon, D = diameter batang dan tinggi pelepah yang diukur tegak lurus batang cm,
dan H = tinggi bebas percabangan m. 2. Total cadangan karbon biomassa tanaman kelapa sawit di kebun Meranti
Paham berdasarkan pengukuran dengan metode destruktif adalah 80.417 tonkebun. Cadangan karbon biomassa yang tertinggi terdapat pada tahun
tanam 1990 umur 18 tahun sebesar 21.507 ton. Sedangkan terendah terdapat pada tahun tanam 2007 umur 1 tahun sebesar 87 ton.
3. Total cadangan karbon biomassa kelapa sawit di kebun Meranti Paham dengan persamaan alometrik terkoreksi sebesar 94.953 tonkebun.
Cadangan karbon biomassa tertinggi terdapat pada tahun tanam 1990 umur 18 tahun sebesar 25.419 ton. Sementara itu, tahun tanam 2007
umur 1 tahun memiliki cadangan karbon biomassa terendah, yaitu 77 ton. 4. Tidak terdapat perbedaan nyata cadangan karbon antara metode destruktif
dan metode alometrik terkoreksi, sehingga metode alomertik terkoreksi dapat digunakan untuk memprediksi cadangan karbon biomassa pada
kelapa sawit di lahan gambut.
5.2. Saran
1. Pengambilan sampel tanaman sebaiknya mewakili setiap umur tanaman atau jarak usianya tidak terpaut terlalu jauh 1 atau 2 tahun sehingga
persamaan alometrik yang dibangun menjadi lebih akurat. 2. Pengambilan titik sampel sebaiknya lebih banyak sehingga perhitungan
cadangan karbon biomassa kelapa sawit menjadi lebih akurat, karena kondisi lahan gambut yang heterogen.