Leitao 2011 dengan judul “Intra Industry Trade in The Agriculture Sector : The Experience of United States”. Penelitian ini menganalisis faktor
faktor ynag memengaruhi Inta Industry Trade IIT Amerika Serikat khususnya pada sektor pertanian selama periode 1995 2008. Hasilnya menunjukkan bahwa
variabel perbedaan GDP perkapita antara Amerika Serikat dengan negara mitra dagangnya berpengaruh negatif terhadap IIT sedangkan variabel arus investasi
langsung berpengaruh positif.
2.6.4. Penelitian Mengenai Kelapa
Muslim 2006 dengan judul “Analisis Daya Saing Produk Ekspor Agroindustri Komoditas Berbasis Kelapa di Indonesia” berdasarkan permintaan
jenis produk komoditas perkebunan utama di Sulawesi Utara, Bangka Belitung, dan Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode RCA, Acceleration Ratio
AR, dan Trade Specialization Index TSI. Hasilnya adalah produk CCO, bungkil kopra, dan coconut desiccated Indonesia menempati urutan pengekspor
kedua setelah Filipina sedangkan produk kopra dan arang tempurung Indonesia masih tetap sebagai negara pengekspor terbesar di dunia.
2.7. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Produk kelapa dan olahan yang diteliti adalah khusus produk crude coconut oil CCO Indonesia untuk meneliti dayasaing selama periode 2005 2009
sedangkan penelitian sebelumnya meneliti tentang dayasaing semua produk kelapa dan olahan Indonesia pada periode 2000 2004. Untuk melengkapi
penelitian ini perlu diteliti mengenai faktor faktor yang memengaruhi volume
ekspor produk CCO Indonesia periode 2001 2009, khususnya di negara negara tujuan ekspor dengan menggunakan gravity model.
2.8. Kerangka Pemikiran
Subsektor perkebunan berperan dalam PDB Produk Domestik Bruto meskipun kontribusinya relatif tidak besar dibandingkan subsektor lainnya yaitu,
penyumbang ketiga terbesar setelah bahan tanaman makanan dan perikanan pada sektor pertanian BPS, 2011. Salah satu andalan subsektor perkebunan Indonesia
adalah komoditi kelapa. Produksi kelapa Indonesia menempati posisi kedua setelah kelapa sawit Ditjenbun RI, 2010. Potensi ini dimanfaatkan Indonesia
untuk mengolah komoditi kelapa menjadi produk olahan yang tentunya memiliki nilai tambah yang tinggi. Namun, industri kelapa Indonesia didominasi oleh
produk setengah jadi berupa kopra dan crude coconut oil CCO. Dari segi luar areal tanam, pohon kelapa tumbuh sekitar 3 juta hektar di Indonesia atau 31
persen dari total pohon kelapa dunia. Selain itu, produksi kelapa Indonesia merupakan nomor satu di dunia
namun nilai ekspor produk kelapa dan olahannya masih kalah bersaing dengan Filipina, India, Srilanka, dan Thailand karena para pelaku industrinya yang
mayoritas Usaha Kecil dan Menengah UKM. Produksi buah kelapa sebanyak 16
miliar butir pertahun, nilai ekspor produk kelapa dan olahannya hanya sebesar US 427,16 juta sedangkan Filipina yang produksinya hanya 12 miliar butir per
tahun, nilai ekspor dua kali lipat Indonesia yakni US 841,038 juta Kemenperin RI, 2010.
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran Produk olahan kelapa Indonesia yang memiliki nilai ekspor paling tinggi
adalah crude coconut oil CCO meskipun eksportir kedua setelah Filipina. Produk ini dijadikan sebagai salah satu bahan baku untuk memperoleh produk jadi
oleh negara importir. Oleh karena itu, dengan posisi tersebut perlu diteliti bagaimana dayasaing produk tersebut dengan menggunakan beberapa metode
yaitu Revealed Comparative Advantage RCA, Export Product Dynamic EPD, dan Inter Industry Trade IIT. Selanjutnya perlu diteliti mengenai aliran ekspor
produk CCO Indonesia di negara tujuan ekspor. Penelitian ini diharapkan dapat Ekspor Produk
Crude Coconut Oil CCO Indonesia
Dayasaing Produk CCO Indonesia di Pasar Internasional dan Negara
Tujuan Ekspor Faktor Faktor yang Memengaruhi
Aliran Ekspor Produk CCO Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Implikasi Kebijakan
Metode RCA Metode EPD
Metode IIT Gravity Model:
Jarak Ekonomi GDP perkapita riil Indonesia
GDP perkapita negara tujuan Populasi negara tujuan
Nilai tukar riil rupiah
menghasilkan rekomendasi kebijakan sehingga terjadi peningkatan dayasaing produk CCO Indonesia di pasar internasional dan khususnya pada negara tujuan
ekspor.
2.9. Hipotesis Penelitian