IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Perkembangan Perdagangan Produk
CCO Dunia Periode 200172009
Nilai Perdagangan produk CCO di dunia memiliki tren yang fluktuaitf selama periode 2001 2009 dari US 434,67 juta hingga US 1,44 miliar. Hal ini
diakibatkan oleh fluktuasi harga dari produk CCO itu sendiri pada kisaran 0,23 0,8 USkg. Harga yang paling rendah selama periode penelitian terjadi pada
tahun 2008 mencapai 0,23 kgUS sedangkan harga tertinggi mencapai 0,8 kgUS pada tahun 2007. Nilai perdagangan dari 2001 ke 2002 menurun sebesar
7,4 persen menjadi US 434,67 juta dan merupakan perolehan nilai ekspor terendah selama 9 tahun terakhir. Perkembangan perdagangan produk CCO ini
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Sumber: UNComtrade, 2011
Gambar 4.1. Perkembangan Perdagangan Produk CCO Dunia 000
Selanjutnya, pada tahun 2003 ekspor produk CCO mengalami peningkatan sebesar 26,89 persen menjadi US 551, 55 juta. Tahun 2004 dan 2005 nilai ekspor
produk CCO di dunia terus meningkat, namun peningkatan di tahun 2004 lebih besar dibandingkan tahun 2005 yaitu sebesar 36,58 persen. Penurunan nilai ekspor
produk CCO sebesar 25,15 persen kembali terjadi pada tahun 2006 menjadi US 695,60 juta yang disebabkan oleh peningkatan harga minyak dunia. Namun,
ekspor kembali meningkat sebesar 54,68 persen dan merupakan pertumbuhan ekspor terbesar selama periode penelitian dengan perolehan nilai US 1,076
miliar. Lalu pada tahun 2008 saat terjadinya krisis finansial global, ekspor CCO meningkat sebesar 34 persen namun mengalami penurunan harga yang sangat
signifikan sebesar 70,93 persen menjadi 0,23 USkg. Di tahun terakhir penelitian yaitu 2009, ekspor produk CCO masih terkena dampak lanjutan krisis tersebut
berupa penurunan nilai ekspor sebesar 46,17 persen menjadi US 777,9 juta meskipun harga produk CCO dunia meningkat menjadi 0,7 USkg. Secara
umum, nilai ekspor produk CCO di dunia masih mengalami pertumbuhan positif dengan rata rata 1,87 persen per tahun.
Adapun negara negara eksportir terbesar produk CCO di dunia selama periode 2001 2009 yaitu, Filipina, Indonesia, Belanda, dan Malaysia. Filipina
merupakan negara eksportir terbesar produk CCO dengan pangsa pasar sebesar 50 persen dari total ekspor dunia padahal dari sisi produksi kelapa, negara tersebut
berada di posisi kedua setelah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh nilai tambah yang diperoleh dari produk tersebut lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang
produksi kelapanya merupakan nomor satu di dunia. Gambar 4.2. menunjukkan kontribusi negara negara eksportir produk CCO di dunia termasuk Indonesia
periode 2005 2009.
Sumber: UNComtrade, 2011
Gambar 4.2. Kontribusi Negara7Negara Pengekspor Produk CCO Dunia Periode 200572009
Posisi kedua negara eksportir terbesar di dunia adalah Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 38 persen. Selanjutnya, Belanda dan Malaysia hanya
memiliki pangsa pasar sebesar 4 persen dan 3 persen. India, Srilanka, dan Cote d’Ivoire sebagai negara yang masuk 5 besar dalam produksi kelapa dunia hanya
memiliki pangsa pasar produk CCO sebesar 0,009 persen, 0,14 persen, dan 0,48 persen.
Di sisi lain, mayoritas negara yang mengimpor produk CCO adalah negara maju seperti, Belanda, Spanyol, Jerman, China, dan Amerika Serikat Gambar
4.3.. Belanda merupakan negara yang paling banyak mengimpor produk tersebut sebesar 40 persen dari total impor dunia. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh
Amerika Serikat AS serta Malaysia sebesar 19 dan 10 persen. China berada di posisi keempat dengan kapasitas absorpsi produk CCO sebesar 8 persen. Jerman
mengimpor produk tersebut dari dunia hanya 3 persen sedangkan Spanyol sebesar 2 persen. Tentunya, jika terjadi gangguan eksternal misalnya krisis finansial
global yang terjadi pada tahun 2008 membuat performa ekspor produk tersebut sangat terpengaruh dan salah satu dampaknya adalah berupa penurunan harga
yang signifikan.
Sumber: UNComtrade, diolah
Gambar 4.3. Kontribusi Negara7Negara Pengimpor Produk CCO Dunia Periode 200572009
4.2. Perkembangan Perdagangan Produk