Penelitian Mengenai Dayasaing Penelitian Terdahulu

kriteria pembobotan yang berbeda beda, yakni: 1. No Weighting : semua observasi diberi bobot yang sama. 2. Cross Section Weight : Generalized Least Square GLS dengan menggunakan estimasi varians residual cross section. Digunakan apabila ada asumsi bahwa terdapat cross section heteroskedasticity. 3. SUR seemingly unrelated regression : GLS menggunakan estimasi residual covariance matrix cross section. Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross section.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan penulis sebagai acuan terdiri dari empat jenis, yaitu: mengenai dayasaing, gravity model, perdagangan intra industri, dan kelapa.

2.6.1. Penelitian Mengenai Dayasaing

Batra dan Khan 2005 dengan judul “Revealed Comparative Advantage: An Analysis For India and China” dilakukan selama periode 2000 2003. Penelitian mengidentifikasi pola RCA dengan menggunakan indeks Balassa 1965 juga keunggulan komparatif berdasarkan intensitas faktor dengan menghitung pada sektor dan komoditi berdasarkan klasifikasi Harmonized System HS. Hasil menunjukkan terdapat banyak kesamaan struktur keunggulan komparatif pada India dan China di pasar internasional. Zhou, Wu, dan Si 2006 melihat fenomena peningkatan permintaan China pada impor produk pertanian menghadirkan kesempatan yang baik untuk ekspor produk pertanian Australia pada pasar tersebut. Hal ini berhubungan dengan industri pertanian Australia yaitu terjadinya perubahan pola perdagangan pertaninan antara China dan Australia. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perdagangan pertanian antara kedua negara dengan menggunakan beberapa metode seperti, Trade Intensity Index, Revealed Comparative Advantage, dan Trade Complementarity Index. Hasilnya menunjukkan bahwa perlu ditingkatkannya perdagangan produk pertanian dan kerjasama antara Australia dan China. Kartikasari 2008, penelitiannya yang berjudul “Analisis Daya Saing Komoditi Tanaman Hias dan Aliran Perdagangan Anggrek Indonesia di Pasar Internasional” dengan metode RCA mengungkapkan bahwa perkembangan industri tanaman hias Indonesia lebih lambat dibandingkan dengan Thailand sebagai kompetitor utama untuk kawasan Asia Tenggara. Waktu penelitian dari 1996 2006 menunjukkan perolehan nilai ekspor tanaman hias Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan Thailand. Selain itu, Thailand juga memegang pangsa ekspor tanaman hias lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Di pasar Korea komoditi tanamana hias Indonesia memiliki keunggulan komparatif berarti memiliki dayasaing yang tinggi di pasar tersebut sebaliknya terjadi di pasar Jepang, Amerika Serikat, dan Belanda. Selain itu, ada juga penelitian mengenai analisis dayasaing produk Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan dan faktor faktor yang memengaruhinya Dewi, 2009. Hasilnya menunjukkan bahwa dari empat produk yang dianalisis hanya satu produk yaitu Palm kernel or babassu oil and frac minyak sawit yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi. Produk Plywood consisting solely of sheets kayu lapis dan Semi bleached or bleached Pulp of Paper bubur kertas memiliki keunggulan komparatif. Produk yang tidak memiliki keunggulan komparatif maupun kompetitif adalah Coniferous of Wood kayu serabut. Penggunaan analisis CMS menghasilkan tentang dayasaing keempat produk yang dianalisis dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan impor dan faktor komposisi komoditi selama periode 2000 2006, kecuali produk minyak sawit yang paling dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan impor saja.

2.6.2. Penelitian Mengenai