GEOMETRI PAHAT BUBUT TINJAUAN PUSTAKA

commit to user II-8 Gambar 2.5 Pemegang pahat HSS a pahat alur, b pahat dalam, c pahat rata kanan, d pahat rata kiri, dan e pahat ulir Sumber: www.ictpamekasan.net, 2010 2. Kunci chuck. Kunci ini digunakan untuk mengencangkan atau mengendurkan pencekam saat hendak melakukan proses pembubutan.

2.2 GEOMETRI PAHAT BUBUT

Geometri atau bentuk pahat bubut terutama tergantung pada material benda kerja dan material pahat. Terminologi standar ditunjukkan pada gambar 2.6. Pahat bubut bermata potong tunggal, sudut pahat yang paling pokok adalah sudut geram rake angle, sudut bebas clearance angle, dan sudut sisi potong cutting edge angle. Sudut-sudut pahat HSS dibentuk dengan cara diasah menggunakan mesin gerinda pahat tool grinder machine Rochim, 1993. Gambar 2.6 Geometri sudut pahat bubut HSS Sumber: Rochim, 1993 commit to user II-9 Beberapa geometri sudut pahat yang berpengaruh terhadap umur pakai dari pahat, yaitu: 1. Sudut bebas o rthogonal α o . Fungsi dari sudut bebas untuk mengurangi gesekan antara bidang utama pahat dengan bidang transien dari benda kerja. Temperatur yang tinggi akibat gesekan akan dihindari agar keausan tepi flank wear tidak cepat terjadi. Pemilihan dari harga sudut bebas ditentukan oleh jenis benda keja dan Kondisi pemotongan. Semakin besar gerak pemakanan maka gaya pemotongan yang ditimbulkan semakin besar sehingga untuk memperkuat pahat diperlukan penampang β o yang besar, oleh sebab itu sudut bebas α o harus diperkecil bila sudut geram γ o tidak boleh di ubah Rochim, 1993. Pada umumnya untuk suatu harga gerak pemakanan tertentu ada harga optimum bagi sudut bebas yang memberikan umur pahat tertinggi. Karena pengaruh deformasi akibat gaya makan yang tinggi, maka harga sudut bebas dapat diperkecil bila material benda kerjanya sangat keras dan diperbesar bila benda kerja relatif lebih lunak. 2. Sudut geram o rthogonal γ o . Sudut geram mempengaruhi proses pembentukan geram. Kecepatan potong tertentu, sudut geram yang besar menurunkan rasio pemampatan tebal geram λ h yang mengakibatkan kenaikan sudut geser Φ. Sudut geser yang besar menurunkan penampang bidang geser sehingga gaya pemotongan akan turun. Sudut geram γ o tidak boleh terlalu besar untuk menjaga kekuatan pahat serta memperlancar proses perambatan panas. Perambatan panas yang terhambat menaikkan temperatur pahat, sehingga sehingga umur pahat akan turun. Ditinjau dari umur pahat maka ada harga sudut geram optimum yang memberikan umur pahat tertinggi. Jenis material benda kerja juga berpengaruh terhadap pemilihan sudut geram. Material yang lunak dan ulet soft ductile memerlukan sudut geram yang besar untuk mempermudah pembentukan geram, sebaliknya untuk material yang keras dan rapuh hard brittle memerlukan sudut geram yang kecil atau negatif untuk memperkuat pahat Rochim, 1993. commit to user II-10 3. Sudut m iring λ s . Sudut miring mempengaruhi arah aliran geram, bila sudut miring berharga nol maka arah aliran geram tegak lurus mata potong. Aliran geram membuat sudut sebesar ρ c terhadap garis tegak lurus mata potong dan menurut stebler sudut miring aliran geram kurang lebih sama dengan sudut miring λ s . Adanya sudut miring maka panjang kontak antara pahat dengan benda kerja menjadi lebih diperpanjang dan energi pemotongan spesifik E sp tidak akan berubah sampai sampai sudut miring mencapai 20º Rochim, 1993. Temperatur bidang kontak mencapai harga minimum bila λ s berharga +5º untuk proses finishing dan -5º untuk proses roughing. Lebih memperkuat pahat serta menurunkan gaya kejut impact dalam proses pembubutan dapat dipilih sudut miring sebesar -20º. 4. Sudut potong utama κ r . Sudut potong utama mempunyai peran, yaitu: a. Menentukan lebar dan tebal geram sebelum terpotong. b. Menentukan panjang mata potong yang aktif atau panjang kontak antara geram dengan bidang pahat. c. Menentukan besarnya gaya radial F x . Kedalaman pemotongan tertentu dan kecepatan potong yang konstan, maka dengan memperkecil sudut potong utama akan menurunkan tebal geram sebelum terpotong dan menaikkan lebar geram. Tebal geram yang kecil secara langsung akan menurunkan temperatur pemotongan, sedangkan lebar geram yang besar akan mempercepat proses perambatan panas pada pahat sehingga temperatur pahat akan relatif rendah dan umur pahat akan lebih tinggi Rochim, 1993. Pemakaian sudut potong utama yang kecil tidak selalu menguntungkan sebab menaikkan gaya radial F x . Gaya radial yang besar mungkin menyebabkan lenturan yang terlau besar ataupun getaran sehingga menurunkan ketelitian geometri produk dan hasil pemotongan yang kasar. Oleh sebab itu sudut potong utama κ r dapat diubah sampai mandapat harga yang optimum. commit to user II-11 Gambar 2.7 Resultan gaya yang ditimbulkan oleh sudut potong utama Sumber: Rochim, 1993 5. Sudut potong bantu κ’ r . Orientasi dari bidang potong bantu terhadap permukaan benda kerja yang telah terpotong ditentukan sudut bantu κ’ r dan sudut bebas minor. Apabila sudut bebas minor α’ o cukup besar untuk mengurangi gesekan, pada prinsipnya sudut potong bantu κ’ r dapat dipilih sekecil mungkin karena selain memperkuat ujung pahat maka kehalusan produk dapat dipertinggi Rochim, 1993. Kendalanya adalah kekakuan sistem pemotongan benda kerja, metode pencekam benda kerja dan pahat serta mesin perkakas yang digunakan, karena sudut potong bantu yang kecil akan mempertinggi gaya radial F x . Petunjuk yang digunakan sebagai acuan, sebagai berikut: a. Sistem pemotongan yang kaku, κ’ r = 5º sampai dengan. 10º. b. Sistem pem otongan yang lemah, κ’r = 10º sampai dengan 20º. 6. Radius pojok r ε . Radius pojok berfungsi untuk memperkuat ujung pertemuan antara mata potong utama S dengan mata potong minor S’ dan selain itu menentukan kehalusan hasil pemotongan. Semakin besar penampang geram maka pojok pahat harus dipilih lebih kuat. Radius pojok yang besar akan memperbesar gaya radial F x . commit to user II-12 Tabel harga radius pojok yang dianjurkan sesuai kedalaman pemotongan yang dipilih. Tabel 2.1 Harga radius pojok Kedalaman pemakanan mm r ε mm s.d. 3 0.5 s.d. 0.8 3 s.d. 10 0.8 s.d. 1.5 10 s.d. 20 1.5 s.d. 2.0 Sumber: Rochim 1993

2.3 MATERIAL PAHAT