Pengendalian Banjir KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

1.1 Pengendalian Banjir

Banjir dengan pola rambatan yang cepat yang biasa disebut dengan banjir bandang atau flash flood adalah banjir yang terjadi karena antara lain runtuhnya suatu bendungan, runtuhnya gunung es atau hujan dengan intensitas yang cukup besar terjadi di daerah hulu dan membanjiri daerah hilir dengan lama berlangsung kurang dari 6 jam Sumber wikipedia, the free encyclopedia, flash flood. Dengan memperhatikan karakteristik banjir yang sering terjadi di DAS Garang seperti yang terjadi pada tahun 1990, 1993 dan November 2010, banjir yang terjadi kurang dari 6 jam sehingga dapat disimpulkan bahwa banjir pada DAS Garang adalah flash flood. Pengendalian banjir merupakan upaya manusia dalam mengontrol pola rambatan banjir terhadap satuan waktu sehingga meningkatkan rasa aman pada masyarakat sekitar. Pengendalian banjir dapat dilakukan dengan upaya non-fisik maupun fisik.Upaya non-fisik mencakup penghijauan di hulu sungai, pengelolaan dan penataan lahan serta peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan.Sedangkan upaya fisik dapat berupa normalisasi sungai dan saluran, pembuatan waduk dan embung di daerah hulu sungai, pembuatan kolam penampung di daerah hilir sungai, pembuatan sistem polder atau penggunaan teknologi lainnya. Pada prinsipnya pengendalian banjir adalah proses pemotongan debit puncak banjir dengan memanfaatkan bangunan air yang ada di dalam suatu sistem sungai. JICA pada tahun 1993 telah melakukan studi pengendalian banjir Kota Semarang dengan judul Integrated Water Resources and Flood Management Project for Semarang. Kronologi kegiatan ini antara lain:  Pembuatan masterplan dan Studi Kelayakan Pengandalian Banjir dan Pengembangan Sumber Daya Air di Kota Semarang. Studi itu antara lain mencakup DAS Blorong, DAS Garang, DAS BKT-Babon dan Drainase-drainase primer seperti Drainase Silandak, Drainase Semarang-Asin, Drainase Banger dan Drainase Tenggang. Studi ini mencakup studi pembuatan waduk di DAS Garang. Waduk yang distudi antara lain : Tabel 2. 1 Potensi Waduk di Kota Semarang yang distudi oleh JICA Nama Waduk Sungai Tinggi Bendunganm Kapasitas tampungan juta m³ Panjang mercu Bendunganm Jatibarang Kreo 77 24 180 Mundingan Kreo 50 35 480 Kripik Kripik 60 48 535 Garang Garang 75 13 180 Dari potensi-potensi waduk tersebut, hanya 2 dua yang layak dibangun di DAS Garang yaitu, Waduk Jatibarang dan Waduk Mundingan. Dari kedua Waduk tersebut Waduk Jatibarang merupakan prioritas pertama dan saat ini sedang dalam tahap pelaksanaan. Sungai-sungai yang distudi mencakup Sungai Blorong, Sungai Garang- Banjir Kanal Barat dan Sungai Babon-Banjir Kanal Timur. Dari ketiga sungai tersebut, normalisasi Sungai Garang-Banjir Kanal Barat merupakan prioritas.  Studi JICA dilanjutkan dengan tahap detail desain yang dilakukan pada tahun 1998 hingga 2000. Kegiatan ini terdiri dari tiga komponen yaitu : 1 Komponen A, Normalisasi Sungai GarangBanjir Kanal Barat 2 Komponen B, Pembangunan Bendungan Jatibarang 3 Komponen C, Perbaikan Drainase Semarang-Asin-Baru Pengendalian banjir yang didesain adalah periode ulang 100 tahun Q 100. Dari hasil analisis hidrologi tahap detail desain, Q 100 sebesar 1.010m³detik. Dengan adanya Waduk Jatibarang debit banjir di Banjir Kanal Barat berkurang menjadi 790 m³detik. Gambar 2. 1 Skema Pengendalian Banjir Q 100 tahun pada laporan Detail Desain JICA, tahun 2000 Sumber: Integrated Water Resources and Flood Management Project for Semarang, Detailed Design  Studi JICA dilanjutkan pada tahun 2005 dengan nama Special Assistance for Project Formation SAPROF. Pada kegiatan ini, periode ulang pengendalian banjir diubah dari periode ulang 100 tahun menjadi 50 tahun.  Tahap selanjutnya adalah review desain yang dilakukan pada tahun 2008. Hasil analisis yang dilakukan untuk periode ulang 50 tahun adalah sebesar 970 m³detik. Dengan memperhitungkan keberadaan Waduk Jatibarang, Q 50 tahun menjadi 740 m³detik.  Pada tahun 2009, kegiatan fisik yang merupakan implementasi dari Studi dan Perencanaan yang telah dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan JICA mulai dilaksanakan dan terdiri dari tiga komponen yaitu : 1 Komponen A : Normalisasi Sungai Garang dan Banjir Kanal Barat 2 Komponen B : Pembangunan Bendungan Jatibarang 3 Komponen C : Perbaikan Drainase Kota Semarang Untuk penelitian ini, kondisi eksiting mengartikan kondisi dimana, kegiatan Komponen A dan Komponen B telah selesai dibangun. Gambar 2. 2 Skema Pengendalian Banjir Q 50 tahun pada laporan Review Desain JICA, tahun 2008 Sumber: Integrated Water Resources and Flood Management Project for Semarang, Review Detailed Design Gambar 2. 3 Pekerjaan fisik yang dilakukan sesuai dengan Studi JICA

2.2 Kajian Hidrologi