Pengolahan Data Hidraulik Sungai Penelusuran Banjir

Perhitungan hidrograf : a Waktu naik hidrograf TR, satuan jam TR = 0,43 L100.SF 3 + 1,0665 SIM + 1,2775 b Debit puncak hidrograf QP, satuan m³detik QP = 0,1836 A 0,5886 .TR - 0,4008.JN 0,2381 c Waktu Dasar TB, satuan jam TB = 27,4132 TR 0,1457 . S - 0,0986.SN 0,7344 .RUA 0,2574 d Koefisien pengaliran K K = 0,5617 A 0,1798 x S -0,1446 x SF - 1,0897D 0,0452 e Indeks phi f f = 10.4903 - 3,859 x 10 -8 .A 2 + 1,6985.10 -13 .ASN 4 f Aliran Dasar QB QB = 0,4751A 0,6444 x D 0,9430 g Debit pada sisi resesi Qt Qp x tTR persamaan untuk lengkung naik Qp x e-tK persamaan untuk lengkung turun a b c Gambar 3. 6 Perhitungan geometri Sub DAS Garang, Sub DAS Kreo dan Sub DAS Kripik

3.3.2 Pengolahan Data Hidraulik Sungai

a Data topografi dan geomorfologi ditransformasi menjadi peta rezim Sungai Garang lengkap dengan koordinat dan elevasinya untuk mengetahui luas penampang basah Sungai Garang, kemiringan dasar sungai serta data-data hidraulik sungai yang diperlukan lainnnya. b Analisis pola aliran sungai dengan asumsi aliran tetap dan metode aliran tidak tetap. Analisis pola aliran dengan menggunakan metode aliran tidak tetap menggunakan perangkat lunak HEC-RAS 3.1. Analisis hidraulik harus memperhitungkan aliran balik back water akibat air laut di muara dengan menggunakan data elevasi pasang tertinggi harian. c Alur sungai yang dianalisis adalah sebagai berikut :  Banjir Kanal Barat dari muara hingga Bendung Simongan sepanjang 5,4 km  Sungai Garang dari Bendung Simongan hingga Tugu Suharto, pertemuan antara Sungai Garang hulu dengan Sungai Alang  Sungai Garang hulu hingga lokasi waduk rencana yang terdekat  Sungai Alang hingga pertemuan antara Sungai Kreo dan Sungai Kripik  Sungai Kreo dari pertemuan tersebut di atas hingga Waduk Jatibarang  Sungai Kripik dari pertemuan tersebut di atas hingga Waduk Kripik d Analisis hidraulik aliran tidak tetap menggunakan perangkat lunak HEC-RAS 3.1 e Dari analisis aliran tidak tetap tersebut, dapat diketahui kapasitas sungai dalam mengalirkan debit banjir. Kelebihan debit banjir rencana dari kapasitas penampang sungai harus diredam melalui waduk-waduk yang direncana akan dibangun di bagian hulunya. Peredaman debit banjir diteliti dengan metode penelusuran banjir waduk

3.3.3 Penelusuran Banjir

 Melakukan penelusuran banjir Waduk Jatibarang secara manual dengan metode Muskingum-Chunge. Data inflow waduk menggunakan hidrograf banjir rancangan periode ulang 100 tahun pada Waduk Jatibarang. Pada saat banjir terjadi, elevasi muka air waduk dianggap tepat pada elevasi mercu service spillway. Out flow waduk berupa limpasan pada spillway dimana besar debitnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus limpasan USBR, sebagai berikut : Q = C.B.H 32 Dimana, Q = debit outflow waduk, m³s C = koefisien B = lebar mercu spillway m H = ketinggian limpasan m  Penelusuran banjir dengan menggunakan bantuan perangkat lunak HEC- HMS, dimana kontur dan data Waduk Jatibarang dimasukkan sebagai input analisis perangkat lunak tersebut.  melakukan verifikasi perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak HEC-HMS terhadap perhitungan manual dengan menggunakan metode Muskingum-Chunge. Jika kedua perhitungan tersebut berbeda, makan dilakukan penyesuain input dan proses pada perhitungan dengan HEC- HMS hingga mendekati hasil perhitungan manual.

3.3.4 Permodelan Penelusuran banjir skenario-skenario yang telah disusun