HEC-RAS
Langkah-langkah  penelusuran  Banjir  dengan  menggunakan  perangkat  lunak HEC-RAS  untuk  skenario  1  mirip  dengan  permodelan  kondisi  eksisiting.
Bedanya  adalah  hidrograf  masukan  di  Tugu  Suharto  pada  1  menggunakan hidrograf  keluaran  di  Tugu  Suharto  hasil  running  dari  perangkat  lunak  HEC-
HMS skenario 1. Penelusuran  banjir  dengan  pendekatan  hidraulik  dilakukan  dengan  bantuan
perangkat  lunak HEC-RAS.  Dengan menggunakan hidrograf  yang didapat  dari hasil  perhitungan  menggunakan  HEC-HMS,  debit  banjir  yang  terjadi  pada
masing-masing titik kontrol adalah sebagai berikut :   Di Tugu Suharto, debit banjir yang terjadi sebesar 884,83 m³detik
  Di  Muara  Banjir  Kanal  Barat,  debit  banjir  yang  terjadi  sebesar  838,46
m³detik
4.4.2 Penelusuran Banjir Skenario 2
Sesuai dengan penjelasan di Bab 3, penelusuran banjir skenario 2 adalah dengan rencana  adanya  Waduk  Garang  di  Sub  DAS  Garang  dengan  profil  waduk
sebagai berikut : Data Waduk Garang
Nama Waduk : Waduk Garang
Tinggi bendungan : 89 meter
Volume waduk : 28,92 m³detik
Lebar pelimpah : 7,5 meter
Lebar pelimah darurat : 30 meter
Elevasi pelimpah : 266 meter
Elevasi pelimpah darurat  : 270 meter Luas genangan
: 95,01 ha Daerah tangkapan air
: 70,32 km²
Gambar 4. 16 Denah Waduk Garang, warna biru adalah daerah genangan dan warna
merah adalah daerah limpasan
Debit  masukan  inflow  Waduk  Garang  berasal  dari  aliran  air  dari  daerah tangkapannya dan debit keluaran outflow keluar dari pelimpah Waduk Garang
yang  melimpah  secara  otomatis  tanpa  pintu.  Pengendalian  banjir  pada  Waduk Garang  berupa  peredaman  debit  banjir  dengan  memanfaatkan  luas  genangan
untuk  menampung  inflow  pada  saat  banjir  terjadi  dan  mengendalikan  outflow melalui sistem pelimpah pada saat yang bersamaan. Perbandingan antara elevasi
waduk,  luas  genangan,  volume  waduk  dan  debit  keluaran  waduk  dari  spillway terlampir.  Volume  genangan  optimum  didapat  pada  elevasi  266  meter.  Karena
Sungai Garang memiliki debit banjir rencana yang lebih besar dari Sungai Kreo
dan  Sungai  Kripik,  serta  direncana  bendungan  menggunakan  tipe  gravitasi beton.  Konsep  penelusuran  banjir  pada  Waduk  Garang  menggunakan  pintu
pengatur  pada  spillway  bendungan.  Hal  ini  dilatarbelakangi  karena  Sub  DAS Garang  menyumbang  debit  banjir  yang  lebih  besar  dibanding  Sub  DAS  -  Sub
DAS lainnya sehingga adanya pintu pengatur dapat memudahkan pengoperasian pengendalian  banjir  pada  Waduk  Garang.  Pintu  pengatur  memiliki  tinggi
sebesar  4  meter  dengan  lebar  sebesar  15  meter.  Penelusuran  banjir  yang dianalisis adalah menggunakan dua model yaitu model dengan pintu dan model
tanpa pintu. a  Model  dengan  pintu  adalah  pengoperasian  pengendalian  banjir  dengan
anggapan  bahwa  pada  saat  banjir  terjadi,  genangan  dikosongkan  terlebih dahulu melalui pintu sehingga elevasi waduk berada pada elevasi 262 meter.
b  Model  tanpa  pintu  adalah  pengoperasian  pengendalian  banjir  dengan anggapan  bahwa  pintu  selalu  tertutup  sehingga  elevasi  genangan  pada  saat
banjir terjadi berada pada elevasi 266 meter. Pengendalian  banjir  pada  penelitian  ini  menggunakan  model  a..  Model  b.
digunakan  untuk  mengkaji  hubungan  antara  luas  genangan  dengan  efektifitas peredaman banjir.
Gambar 4. 17 Grafik hubungan antara elevasi, luas dan volume genangan Waduk
Garang
HEC-HMS
Penelusuran  banjir  dengan  pendekatan  hidrologi  formula  Muskingum  Chunge pada  skenario  2  langkah-langkahnya  mirip  dengan  skenario  1,  dengan
modifikasi  penggantian  Waduk  Mundingan  menjadi  Waduk  Garang.  Data elevasi,  volume dan debit  keluaran pada Waduk  Garang dimasukkan ke  dalam
model  dengan  data  terlampir.  Khusus  untuk  Waduk  Garang,  karena  kondisi geografinya memiliki tebing kiri dan kanan sungai yang curam dengan struktur
batuan  yang  baik,  dimungkinkan  membangun  bendungan  dengan  tipe  beton meskipun  dibutuhkan  kajian  tersendiri  apakah  bendungan  beton  tipe  gravitasi
layak  atau  tidak  dibangun  di  lokasi  tersebut.  Dengan  pertimbangan  demikian, tipe  material  bendungan  pada  Waduk  Garang  ditetapkan  bendungan  beton  tipe
gravitasi. Mengingat berdasarkan analisis debit rencana, disebutkan bahwa Sub DAS Garang menyumbang debit terbesar dibandingkan Sub DAS Kreo dan Sub
DAS Kripik, pada penelitian ini ditentukan bahwa Waduk Garang menggunakan pengoperasian  pintu  pada  spillway.  Elevasi  mercu  spillway  adalah  260  meter,
dengan  pintu  pengendali  banjir  setinggi  6  meter,  pengoperasian  pintu  untuk pengendalian banjir adalah genangan dikosongkan pada elevasi mercu yaitu 260
meter kemudian pintu ditutup untuk penampungan volume air sehingga air baru akan melimpas setelah melewati elevasi 266 meter.
Untuk model dengan pengoperasian pintu, dari hasil penelusuran banjir dengan menggunakan  perangkat  lunak  HEC-HMS  debit  banjir  yang  terjadi  pada
beberapa titik kontrol antara lain sebagai berikut:   Di  Waduk  Garang  terjadi  peredaman  debit  puncak  banjir  dimana  semula
debit  puncak  pada  kondisi  tanpa  waduk  adalah  sebesar  474,786  m³detik menjadi 321,49 m³detik sehingga terjadi peredaman sebesar 153,30 m³detik
  Di Tugu Suharto, debit  banjir  yang terjadi sebesar  782,85 m³detik, dengan peredaman debit sebesar 446,54 m³detik dibanding dengan kondisi eksisting
  Di  Bendung  Simongan,  debit  banjir  yang  terjadi  sebesar  869,41  m³detik, dengan  peredaman  debit  sebesar  5,93  m³detik  dibanding  dengan  kondisi  di
Tugu Suharto
  Di  Muara  Banjir  Kanal  Barat,  debit  banjir  yang  terjadi  sebesar  821,80 m³detik,  dengan  peredaman  debit  sebesar  11,49  m³detik  dibanding  dengan
kondisi di Bendung Simongan
Untuk  model  tanpa  pengoperasian  pintu,  dari  hasil  penelusuran  banjir  dengan menggunakan  perangkat  lunak  HEC-HMS  debit  banjir  yang  terjadi  di  Tugu
Suharto  adalah  sebesar  990,99  m³detik  dan  di  muara  Banjir  Kanal  Barat sebesar 953,49 m³detik. Sehingga peredaman banjir yang terjadi karena adanya
Waduk Garang adalah sebesar  238,40 m³detik di Tugu Suharto.
Gambar 4. 18 Permodelan HEC-HMS pada Skenario 2
a
b Gambar 4. 19
Grafik peredaman banjir skenario 2 pada lokasi Waduk Garang a dan di Tugu Suharto b
HEC-RAS
Langkah-langkah  penelusuran  Banjir  dengan  menggunakan  perangkat  lunak HEC-RAS  untuk  skenario  1  mirip  dengan  permodelan  kondisi  eksisiting.
Bedanya  adalah  hidrograf  masukan  di  Tugu  Suharto  pada  1  menggunakan hidrograf  keluaran  di  Tugu  Suharto  hasil  running  dari  perangkat  lunak  HEC-
HMS skenario 2. Pada  kondisi  pengendalian  banjir  dengan  pengoperasian  pintu,  penelusuran
banjir dengan pendekatan hidraulik dilakukan dengan bantuan perangkat  lunak HEC-RAS. Dengan menggunakan hidrograf yang didapat dari hasil perhitungan
50 100
150 200
250 300
350 400
450 500
1 4
7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 Inflow
Outflow
100 200
300 400
500 600
700 800
900
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 T. Suharto
Simongan Muara
menggunakan  HEC-HMS,  pada  kondisi  dengan  pengoperasian  pintu,  debit
banjir  yang terjadi  di  Tugu Suharto adalah sebesar  834,50 m³detik sedangkan di muara Banjir Kanal Barat sebesar 803,54 m³detik.
5.1.2 Penelusuran Banjir Skenario 3