Garang Penelusuran Banjir Skenario 1

Gambar 4. 12 Lokasi Sungai dan rencana Waduk yang akan diteliti

4.4.1 Penelusuran Banjir Skenario 1

Sesuai dengan penjelasan di Bab 3, penelusuran banjir skenario 1 adalah dengan rencana adanya Waduk Mundingan di Sub DAS Kreo dengan profil waduk sebagai berikut : Banjir Kanal Barat

S. Garang

Waduk Garang Wdk Kripik 1 Wdk Kripik 2 Waduk Mundingan Waduk Jatibarang under construction Data Waduk Mundingan Nama Waduk : Waduk Jatibarang Tinggi bendungan : 35 meter Volume waduk : 29,17 m³detik Lebar pelimpah : 20 meter Elevasi pelimpah : 222 meter Luas genangan : 251,15 ha Daerah tangkapan air : 45,96 km² Gambar 4. 13 Denah Waduk Mundingan, warna biru adalah daerah genangan dan warna merah adalah daerah limpasan Debit masukan inflow Waduk Mundingan berasal dari aliran air dari daerah tangkapannya dan debit keluaran outflow keluar dari pelimpah Waduk Mundingan yang melimpah secara otomatis tanpa pintu. Pengendalian banjir pada Waduk Mundingan berupa peredaman debit banjir dengan memanfaatkan luas genangan untuk menampung inflow pada saat banjir terjadi dan mengendalikan outflow melalui sistem pelimpah pada saat yang bersamaan. Perbandingan antara elevasi waduk, luas genangan, volume waduk dan debit keluaran waduk dari spillway terlampir. Elevasi mercu spillway adalah pada ketinggian 224 meter. Gambar 4. 14 Grafik hubungan antara elevasi, luas dan volume genangan Waduk Mundingan HEC-HMS Penelusuran Banjir menggunakan perangkat lunak HEC-HMS dilakukan dengan langkah-langkah seperti pada penelusuran banjir kondisi eksisting dengan modifikasi penambahan Waduk Mundingan di sebelah hulu Waduk Jatibarang di Sub DAS Kreo. Data Waduk Mundingan yang perlu dimasukkan di dalam model antara lain data hubungan elevasi, volume dan debit keluaran Waduk Mundingan yang terlampir pada daftar lampiran kajian ini serta memasukkan elevasi awal genangan yaitu pada elevasi mercu spillway di ketinggian 222 meter. Dengan menggunakan perangkat lunak HEC-HMS dimana parameternya telah dikalibrasi dengan data AWLR yang ada didapat debit banjir pada titik-titik kontrol antara lain:  Di Waduk Mundingan terjadi peredaman debit puncak banjir dimana semula debit puncak pada kondisi tanpa waduk adalah sebesar 427,45 m³detik menjadi 152,631 m³detik sehingga terjadi peredaman sebesar 274, 81 m³detik  Di lokasi Waduk Jatibarang, akibat pengaruh Waduk Mundingan, debit puncak yang masuk ke Waduk Jatibarang adalah sebesar 70,224 m³detik dan teredam menjadi 18,438 m³detik  Di Kali Pancur, debit banjir yang terjadi sebesar 358,70 m³detik  Di Tugu Suharto, debit banjir yang terjadi sebesar 884,83 m³detik, dengan peredaman debit sebesar 344,56 m³detik dibanding dengan kondisi eksisting  Di Bendung Simongan, debit banjir yang terjadi sebesar 869,41 m³detik, dengan peredaman debit sebesar 15,42 m³detik dibanding dengan kondisi di Tugu Suharto  Di Muara Banjir Kanal Barat, debit banjir yang terjadi sebesar 821,80 m³detik, dengan peredaman debit sebesar 48,59 m³detik dibanding dengan kondisi di Bendung Simongan a b Gambar 4. 15 Grafik peredaman banjir skenario 1 pada lokasi Waduk Mundingan a dan peredaman debit di Tugu Suharto, Bendung Simongan dan Muara BKB b 50 100 150 200 250 300 350 400 450 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425 Series1 Series2 HEC-RAS Langkah-langkah penelusuran Banjir dengan menggunakan perangkat lunak HEC-RAS untuk skenario 1 mirip dengan permodelan kondisi eksisiting. Bedanya adalah hidrograf masukan di Tugu Suharto pada 1 menggunakan hidrograf keluaran di Tugu Suharto hasil running dari perangkat lunak HEC- HMS skenario 1. Penelusuran banjir dengan pendekatan hidraulik dilakukan dengan bantuan perangkat lunak HEC-RAS. Dengan menggunakan hidrograf yang didapat dari hasil perhitungan menggunakan HEC-HMS, debit banjir yang terjadi pada masing-masing titik kontrol adalah sebagai berikut :  Di Tugu Suharto, debit banjir yang terjadi sebesar 884,83 m³detik  Di Muara Banjir Kanal Barat, debit banjir yang terjadi sebesar 838,46 m³detik

4.4.2 Penelusuran Banjir Skenario 2