32
8.  Analisis Data
Analisis  data  pada  penelitian  ini  dilakukan  secara  kualitatif,
58
yaitu  dari  data yang  diperoleh  disusun  secara  sistematis,  kemudian  dianalisa  secara  kualitatif  untuk
mencapai  kejelasan  terhadap  masalah  yang  akan  dibahas.  Analisis  data  kualitatif adalah  suatu  cara  penelitian  yang  menghasilkan  data  deskriptif  analisis,  yaitu  apa
yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya  yang nyata, diteliti dan dipelajari secara utuh.
Pengertian  analisis  di  sini  dimaksudkan  sebagai  suatu  penjelasan  dan penginterpretasian  secara  logis,  dan  sistematis.  Logis  sistematis  menunjukkan  cara
berpikir  induktif-deduktif  dan  mengikuti  tata  tertib  dalam  penulisan  laporan penelitian  ilmiah.  Setelah  analisis  data  selesai  maka  hasilnya  akan  disajikan  secara
deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya  sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
59
Melalui  metode  induktif,  data  lapangan  yang  diperoleh  dalam  penelitian dianalisis dan digeneralisasidihubungkan dengan ketentuan-ketentuan maupun asas-
asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti sehingga dihasilkan suatu kesimpulan  umum.  Selanjutnya  melalui  metode  deduktif,  ketentuan-ketentuan  yang
menyangkut  permasalahan  yang  diteliti  dihubungkan  dengan  hasil  penelitian  yang
58
Bogdan dan Biklen mengatakan bahwa analisis data kualitatif, adalah upaya yang dilakukan dengan  jalan  bekerja  dengan  data,  mengorganisasikan  data,  memilah-milahnya  menjadi  satuan  yang
dapat dikelola,  mensintesiskannya,  mencari dan  menemukan pola,  menemukan apa  yang penting  dan apa  yang  dipelajari  dan  memutuskan  apa  yang  dapat  diceritakan  kepada  orang  lain.  Lihat  Lexi  J
Moleong,  Metodologi  Penelitian  Kualitatif,  Edisi  Revisi,  Bandung:  PT.  Remaja  Rosdakarya,  2004, hlm. 247.
59
H.B.  Sutopo,  Metodologi  Penelitian  Hukum  Kualitatif,  Bagian  II,  Surakarta:  UNS  Press, 1998, hlm. 37.
Universitas Sumatera Utara
33
diperoleh.  Dengan  demikian,  dapat  diketahui  dasar  hukum  pengangkatan  urang bainduak,  akibat  hukum  pengangkatannya  dan  upaya  penyelesaian  sengketa  apabila
terjadi  pada  urang  bainduak  di  Nagari  Ampang  Kuranji.  Sehingga  dari  pembahasan dan  analisis  yang  dilakukan  dapat  menghasilkan  suatu  kesimpulan  yang  sesuai
dengan  permasalahan  dan  tujuan  penelitian,  serta  dipresentasikan  dalam  bentuk deskriptif.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB II DASAR HUKUM PENGANGKATAN URANG BAINDUAK
PADA MASYARAKAT MINANGKABAU DI NAGARI AMPANG KURANJI
F. Deskripsi Daerah Penelitian
1.  Sejarah Nagari Ampang Kuranji
Nagari  Ampang  Kuranji  dilihat  dari  segi  historis  asal  usul  masyarakatnya berasal  dari  Kerajaan  Pagaruyung
–  Batu  Sangkar,  yaitu  bermula  dari  pengasingan salah  seorang  keluarga  kerajaan  yang  mengidap  penyakit  kusta  kuto  yang  cukup
parah. Keluarga kerajaan yang mendapat penyakit kusta itu bergelar Rajo Lelo. Rajo  Lelo  yang  mengidap  penyakit  kusta  diasingkan  ke  suatu  tempat  yang
kemudian  dikenal  dengan  nama  Koto  Besar  Kusta  Besar.  Koto  Besar  dalam Legenda Nagari dahulunya adalah sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang
raja. Pertimbangan  masa  depan  dari  komunitas  masyarakat  yang  semakin
berkembang  pada  masa  itu,  salah  seorang  kerabat  kerajaan  yang  ikut  mendampingi Rajo  Lelo  menuju  pengasingan  yang  dikenal  dengan  nama  Mehan  Kucak  bergelar
Datuak
60
Rajo  Penghulu  berinisiatif  pergi  melakukan  perjalanan  menyusuri  Batang
60
“Datuak, Datuk atau Dato” berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu “datu” yang tersusun dari kat
a “da” atau “ra” berarti yang mulia dan “to” artinya orang, sehingga dapat bermakna sama dengan raja.  Datuak merupakan gelar adat yang diberikan kepada seseorang melalui kesepakatan suatu kaum
atau suku yang ada di Nagari Minangkabau, dan selanjutnya disetujui sampai ke tingkat rapat adat oleh para  tokoh  pemuka  adat  setempat  Kerapatan  Adat  Nagari  biasa  disingkat  dengan  KAN.  Gelar  ini
sangat  dihormati  dan  hanya  dipakai  oleh  kaum  lelaki  Minangkabau  yang  akan  atau  telah  menjadi
34
Universitas Sumatera Utara