Sejarah Nagari Ampang Kuranji

34

BAB II DASAR HUKUM PENGANGKATAN URANG BAINDUAK

PADA MASYARAKAT MINANGKABAU DI NAGARI AMPANG KURANJI

F. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Sejarah Nagari Ampang Kuranji

Nagari Ampang Kuranji dilihat dari segi historis asal usul masyarakatnya berasal dari Kerajaan Pagaruyung – Batu Sangkar, yaitu bermula dari pengasingan salah seorang keluarga kerajaan yang mengidap penyakit kusta kuto yang cukup parah. Keluarga kerajaan yang mendapat penyakit kusta itu bergelar Rajo Lelo. Rajo Lelo yang mengidap penyakit kusta diasingkan ke suatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Koto Besar Kusta Besar. Koto Besar dalam Legenda Nagari dahulunya adalah sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang raja. Pertimbangan masa depan dari komunitas masyarakat yang semakin berkembang pada masa itu, salah seorang kerabat kerajaan yang ikut mendampingi Rajo Lelo menuju pengasingan yang dikenal dengan nama Mehan Kucak bergelar Datuak 60 Rajo Penghulu berinisiatif pergi melakukan perjalanan menyusuri Batang 60 “Datuak, Datuk atau Dato” berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu “datu” yang tersusun dari kat a “da” atau “ra” berarti yang mulia dan “to” artinya orang, sehingga dapat bermakna sama dengan raja. Datuak merupakan gelar adat yang diberikan kepada seseorang melalui kesepakatan suatu kaum atau suku yang ada di Nagari Minangkabau, dan selanjutnya disetujui sampai ke tingkat rapat adat oleh para tokoh pemuka adat setempat Kerapatan Adat Nagari biasa disingkat dengan KAN. Gelar ini sangat dihormati dan hanya dipakai oleh kaum lelaki Minangkabau yang akan atau telah menjadi 34 Universitas Sumatera Utara 35 Siat menuju arah hilir untuk cita-citanya menemukan suatu pemukiman baru agar bisa menjadi nagari bagi perkembangan penduduk untuk masa yang akan datang. Perjalanan Mehan Kucak menyusuri Batang Siat ke arah hilir sampai pada sebuah sungai yang bermuara ke Batang Siat. Di tempat itu Mehan Kucak mendirikan sebuah pondok untuk tempat istirahatnya. Perjalanan Mehan Kucak menelusuri aliran Batang Siat itu ternyata diikuti dari belakang oleh Rajo Lelo dan Paduko Rajo dari daerah Koto Besar sampai mereka bertemu di muara sungai tersebut. Mehan Kucak sebagai orang pertama yang menempati tanah pemukiman baru itu yang diikuti oleh dua orang kerabatnya tadi kemudian dikenal oleh masyarakat Ampang Kuranji di kemudia n hari dengan sebutan atau ungkapan “Sungai Baye Tigo Tuo ”. Mengenai asal usul nama Nagari Ampang Kuranji adalah diambil dari sebuah batang pohon Kuranji yang menghambat mengampang sungai yang bermuara ke Batang Siat. Pohon Kuranji yang mengampangmenghambat sungai tersebut berada di lokasi tempat pondokan Mehan Kucak, Rajo Lelo dan Paduko Rajo. Oleh Mehan Kucak Dt. Rajo Penghulu pohon Kuranji yang mengampang aliran sungai itu akan dipotong. Mehan Kucak akhirnya memutuskan untuk mengabadikan pemotongan pohon K uranji yang “mengampang” aliran sungai itu sebagai nama untuk daerah pemangku adattokoh pemuka adat atau Penghulu bagi suatu suku atau kaum tertentu di Minangkabau. Lihat Amir Sjarifoedin Tj.A, Op.Cit, hlm. 157-158. Universitas Sumatera Utara 36 pemukiman baru yang dirintisnya yang dikenal di kemudian hari dengan nama “Ampang Kuranji”. 61

2. Batas Geografis Nagari Ampang Kuranji