Fungsi dan Tugas Kerapatan Adat Nagari KAN

104

1. Fungsi dan Tugas Kerapatan Adat Nagari KAN

a. Sebelum berlaku Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa Alat perlengkapan nagari terdiri dari panghulu andiko, panghulu suku dan pembantu-pembantunya manti, malin dan dubalang. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas nagari diadakanlah suatu lembaga tempat bermusyawarah bagi alat-alat perlengkapan nagari yang disebut lembaga Kerapatan Adat Nagari yang berada dalam sistem pemerintahan negara nagari. Adapun fungsi dan tugas dari lembaga Kerapatan Adat Nagari ini adalah sebagai tempat bermusyawarah oleh alat perlengkapan nagari guna mengambil keputusan mengenai suatu persoalan. Di sini mereka mengeluarkan pendapat serta buah pikiran masing-masing mengenai persoalan itu sehingga berakhir pada suatu keputusan. Menurut Pasal 1 Inlandsche Gemente Ordonantie Buitengeweesten IGOB, “susunan dan hak kepala nagari dan susunan badan pemerintahan nagari dan alat-alat nagari lainnya kecuali sebagai termaktub dalam Pasal 8 sedapat-dapatnya dibiarkan diatur menurut adat”. 148 Dari bunyi pasal tersebut terlihat bahwa pemerintahan nagari diatur menurut adat dalam lingkungan wilayah masing-masing. Karena susunan badan pemerintahan nagari diatur menurut adat, maka lembaga KAN masih diakui sebagai suatu lembaga yang membantu nagari sebagai suatu organisasi pemerintahan terendah di bawah Camat dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang terjadi di dalam nagari 148 Desriati, Op.Cit, hlm. 41. Universitas Sumatera Utara 105 dengan jalan musyawarah dan mufakat termasuk masalah adat dan adat istiadat lainnya. Sesudah tahun 1957 Kerapatan Adat Nagari berubah menjadi Badan Musyawarah Nagari BMN. Fungsinya waktu itu adalah tempat bermusyawarah oleh kepala nagari dengan alat perlengkapan lainnya panghulu suku, panghulu andiko dan pembantu-pembantunya dalam menjalankan roda pemerintahan termasuk menyelesaikan sengketa dalam masyarakat. 149 Pada tahun 1974 keluar SK Gubernur No. 156GSB1974 tentang Peradilan Perdamaian Nagari yang mengatakan: “Proses peradilan dalam mempertahankan hak kebendaan dalam sengketa harta kekayaan dilakukan dalam suatu lembaga peradilan adat yang disebut Kerapat an Nagari KN”. Kerapatan Nagari dalam melaksanakan tugasnya dilakukan oleh dewan juri yaitu suatu dewan yang dibentuk oleh Kerapatan Nagari untuk memutus perkara di bidang adat, agama dan umum. 150 Fungsi dan tugas Kerapatan Nagari membentuk dewan juri merupakan salah satu bahagian dari fungsi dan tugas Kerapatan Nagari dalam membantu kepala nagari dalam melaksanakan pemerintahan untuk mewujudkan ketentraman dalam masyarakat. 151 149 M. Nazir, Dinamika Masyarakat dan Adat Minangkabau, Padang: Penerbit Pusat Penelitian Universitas Andalas, 1988, hlm. 72. 150 Pasal 12 ayat 12 SK Gubernur No. 156GSB1974. 151 M. Nazir, Loc.Cit, hlm. 74. Universitas Sumatera Utara 106 b. Setelah Berlakunya UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa Lahirnya UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, konsekuensinya seluruh pemerintahan desa diseragamkan, sehingga pemerintahan nagari dihapuskan dan diganti dengan pemerintahan desakelurahan. Dalam Penjelasan Umum UU No. 5 Tahun 1979 pada angka 6 disebutkan: “Undang-Undang ini tetap mengakui adanya kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat adat, adat istiadat, kekuasaan yang masih hidup sepanjang menunjang kelangsungan dan ketahanan nasional”. Bahwa masyarakat Sumatera Barat yang berada dalam satu ikatan sosial budaya dan geneologis Minangkabau di wilayah kabupaten maupun kota, menuntut kembali ke sistem penyelenggaraan Pemerintahan Nagari, bahwa untuk mengakomodir tuntutan masyarakat dan tercapai suatu pengaturan yang jelas tentang kedudukan masyarakat perkotaan dalam mekanisme sistem kehidupan bernagari dalam Provinsi Sumatera Barat, dirasa perlu menetapkan pedoman pelaksanaan nagari di kota dalam Provinsi Sumatera Barat, dengan Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Nagari di Kota dalam Provinsi Sumatera Barat. Pada Pasal 2 Keputusan Gubernur Sumatera Barat tersebut dikatakan bahwa: Nagari di kota berkedudukan sebagai kesatuan masyarakat hukum adat yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan tetap mempertahankan aturan-aturan adat yang berlaku dan mempertahankan serta mengembangkan tatanan kehidupan masyarakat Minangkabau yang berlandaskan filosofi “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Universitas Sumatera Utara 107 Pasal 3, nagari di kota mempunyai fungsi: 152 a. Menggali dan mempertahankan adat istiadat dan sosial budaya masyarakat Nagari. b. Penanaman dan pemupukan nilai-nilai agama, adat istiadat dan sosial budaya. c. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat di Nagari. d. Menggali dan memberdayakan potensi masyarakat nagari melalui pengembangan kemampuan ekonomi, kesehatan dan pendidikan. e. Mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan mengendalikan pembangunan di nagari dengan mengembangkan pola partisipasi masyarakat. f. Nagari di kota melalui Kerapatan Adat Nagari berfungsi sebagai Lembaga Kontrol Pemerintah Kota. Keputusan Kepala Daerah Sumatera Barat Nomor SK. 189-1041991 menyatakan, bahwa dalam penyelesaian perkara dilakukan melalui musyawarah mufakat secara berjenjang naik bertangga turun dalam sidang majelis KAN. Mengenai kerja sama dan penyelesaian perselisihan oleh Kerapatan Adat Nagari menurut Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 36 Tahun 2003 adalah: 153 1. Ketua Kerapatan Adat Nagari secara bersama-sama dapat menetapkan kerja sama antara Keparatan Adat Nagari dan atau Pemerintah Kota untuk kepentingan masyarakat. 2. Bentuk dan kerja sama antar Kerapatan Adat Nagari dan atau dengan Pemerintahan Kota sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintahan Kota. 3. Apabila terjadi perselisihan antara Kerapatan Adat Nagari, antara Kerapatan Adat Nagari dengan Kelurahan dan atau antara Kerapatan Adat Nagari dengan Kecamatan, diselesaikan bersama musyawarah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota. Menurut ketentuan adat Minangkabau, KAN adalah merupakan peradilan adat menurut adat. Pengertian peradilan adat menurut adat di sini adalah suatu proses, 152 Pasal 3 Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Nagari di Kota dalam Provinsi Sumatera Barat. 153 Pasal 12, Ibid. Universitas Sumatera Utara 108 cara, mengadili dan menyelesaikan secara damai yang dilakukan oleh sejenis badan atau lembaga di luar peradilan negara seperti diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Daerah Sumatera Barat atau yang lebih dikenal dengan alam Minangkabau, peradilan menurut adat ini telah lama ada, dimulai sejak zaman pra Minangkabau sebelum berdiri kerajaan Pagaruyung. 154

2. Asas dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa oleh Kerapatan Adat Nagari KAN Ampang Kuranji