72
BAB III AKIBAT HUKUM PENGANGKATAN URANG BAINDUAK
PADA MASYARAKAT MINANGKABAU DI NAGARI AMPANG KURANJI
A. Prosedur dan Syarat-syarat Pengangkatan Urang Bainduak di Nagari Ampang Kuranji
Prosedur pengangkatan urang bainduak pada masyarakat adat Minangkabau di Nagari Ampang Kuranji harus dilaksanakan agar urang bainduak tersebut diterima
secara sah oleh keluarga, suku dan masyarakat Nagari Ampang Kuranji. Pelaksanaan upacara adat pengangkatan urang bainduak di Nagari Ampang
Kuranji, harus melalui prosedur dan syarat yang sudah diatur oleh ketentuan adat setempat adat nan taradat. Prosedur pengangkatan urang bainduak sebagai berikut:
Pertama, urang bainduak harus menyampaikan terlebih dahulu kepada keluarga kandungnya asal bahwa ia akan berinduak di Nagari Ampang Kuranji, apabila
keluarga kandungnya telah menyetujui keinginan urang bainduak, maka orang tua kandung atau salah seorang keluarganya menghadap kepada calon induaknya untuk
menyatakan persetujuan, akan tetapi apabila tidak bisa datang dapat diwakili dengan surat persetujuan terlampir.
Kedua, orang tua yang mengangkat anak induak menghadap dan menyatakan maksud pengangkatan urang bainduak kepada tanganai tungganai
sukunya suku wanita yang mengangkat anak. Tanganai akan menanyakan pada
72
Universitas Sumatera Utara
73
orang tua yang akan mengangkat anak tentang asal usul urang bainduak tersebut.
102
Apabila orang tua kandung dari si urang bainduak berasal dari nagari tetangga maka tanganai akan mendatangi tanganai dari orang tua kandung si urang bainduak untuk
menanyakan kebenaran perihal pengangkatan anak tersebut biasa disebut dengan managak tanggo. Apabila ada kata sepakat di antara kedua keluarga, maka
kesepakatan pengangkatan urang bainduak dibuat di atas kertas bermaterai dengan dihadiri oleh saksi dari kedua belah pihak, namun sedapat mungkin pernyataan
tersebut dibuat di atas kertas bermaterai sehingga ada hitam di atas putih sebagai alat pembuktian. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan apabila dibuat secara
notariel yaitu di hadapan notaris.
103
Berdasarkan hasil penelitian pada Kantor Notaris di Kabupaten Dharmasraya belum ada yang meminta dibuatkan akta pengangkatan urang bainduak. Masyarakat
Nagari Ampang Kuranji menganggap bahwa pengangkatan anak secara adat sudah dianggap cukup. Berita Acara Rapat Adat Pengangkatan Anak dapat dituangkan ke
dalam akta apabila masyarakat Nagari Ampang Kuranji memintanya kepada Notaris. Hal ini dapat memperkuat keabsahan pengangkatan anak tersebut.
Setelah kesepakatan pernyataan penyerahan urang bainduak dibuat pada saat itu juga urang bainduak dinyatakan dapat diterima pada keluarga calon induaknya.
Selanjutnya tanganai menghadap kepada “Urang Tuo”, dari suku induaknya. Yang
102
Asal usul urang bainduak pada umumnya meliputi: nama, suku, agama, pekerjaan, daerah asal, dan alamat. Hasil Wawancara dengan Erman Datuk Mangkudum, Ketua Kerapatan Adat Nagari
KAN Ampang Kuranji, pada hari Selasa, tanggal 6 Agustus 2013, pukul 18.00 WIB.
103
Hasil Wawancara dengan Erman Datuk Mangkudum, Ketua Kerapatan Adat Nagari KAN Ampang Kuranji, pada hari Selasa, tanggal 6 Agustus 2013, pukul 18.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
74
dikatakan sebagai urang tuo adalah orang yang paling dipercaya oleh ninik mamak dan penghulu dalam suatu suku dan merupakan tempat bertanya penghulu sekaligus
penasehat dalam satu kaum, urang tuo inilah yang memanggil tanganai untuk mengadakan rapat duduak, di Nagari Ampang Kuranji terdapat 3 tiga urang tuo
1. Tuo Nagari Sungai Sengik Tigo Kohgong adalah Tarzon; 2. Tuo Nagari Sungai Baye Tigo Tuo adalah Nabris; dan 3. Tuo Nagari Malayu Koto Tinggi adalah
Zonnafri. Selanjutnya tanganai menyampaikan hal pengangkatan anak kepada “Urang Nan Ampek Jini” yaitu penghulu, dubalang hulubalang, manti dan malin
dari suku wanita yang mengangkat anak untuk mengadakan rapat kecil di rumah orang yang akan mengangkat anak.
Dalam rapat tersebut urang nan ampek jini dan tanganai akan menanyakan kepada calon induak tentang keinginannya untuk melaksanakan upacara adat
pengangkatan anak tersebut, dalam rapat kecil tersebut disepakati dan ditentukan kapan waktu hari dan tanggal upacara adat dilaksanakan, serta binatang yang akan
dipotong pada saat acara adat tersebut apakah memotong kambing atau ayam. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya biaya untuk
pelaksanaan upacara adat pengangkatan anak bukan berasal dari calon induak, akan tetapi berasal dari urang bainduak yang diberikan kepada calon induaknya, karena
motivasi pengangkatan anak ini, biasanya berasal dari urang bainduak. Pada umumnya dalam pelaksanaan upacara adat pengangkatan anak dilaksanakan dengan
acara potong kambing. Upacara adat pengangkatan anak ini oleh masyarakat
Universitas Sumatera Utara
75
Minangkabau Nagari Ampang Kuranji disebut dengan “acara manarimo kamanakan
baru”, menerima kemenakan baru. Menurut konsep orang Minangkabau dari latar belakang sejarahnya,
kemenakan dibedakan kepada 4 empat jenis, yaitu:
104
1. Kamanakan batali darah, atau batali paruik yaitu yang keturunannya
langsung dari urang asa orang asal. 2.
Kamanakan batali adat atau batali budi, yaitu yang keturunannya sebagai pendatang yang sederajat.
3. Kamanakan batali ameh, yaitu yang keturunannya sebagai pendatang yang
bersaudara dengan keturunan urang asa. 4.
Kamanakan di bawah lutuik, yaitu keturunan yang tadinya menghambatkan diri pada urang asa.
Menurut Erman Datuk Mangkudum Ketua Kerapatan Adat Nagari KAN
Ampang Kuranji, setelah upacara adat pengangkatan anak dilaksanakan, maka urang bainduak termasuk dalam kategori kamanakan batali ameh.
105
Sebelum upacara adat pengangkatan anak dilaksanakan urang bainduak diwajibkan menyediakan biaya, sebagai berikut:
106
1. Untuk Kas KAN
: 100.000,- 2.
Untuk rumah induak : 500.000,-
3. Untuk ninik mamak 7 x 100.000,-
: 700.000,- 4.
Untuk Tuo Nagari 3 x 100.000,- : 300.000,-
5. Untuk Ketua KAN
: 100.000,- 6.
Untuk Pak Jorong setempat : 100.000,-
7. Untuk bantuan pembangunan surau : 200.000,-
104
Tolib Setiady, Intisari Hukum Adat Indonesia dalam Kajian Kepustakaan, Bandung: Alfabeta, 2008, hlm. 98.
105
Hasil wawancara dengan Erman Datuk Mangkudum Ketua Kerapatan Adat Nagari KAN Ampang Kuranji, pada hari Kamis, 23 Mei 2013, pukul 18.00 WIB.
106
Hasil wawancara dengan Erman Datuk Mangkudum Ketua Kerapatan Adat Nagari KAN Ampang Kuranji, pada hari Kamis, 23 Mei 2013, pukul 18.00 WIB dan sebagaimana tercantum dalam
hasil Rapat Keputusan Musyawarah KAN di Kantor BAMUS Nagari Ampang Kuranji, tanggal 6 Januari 2012.
Universitas Sumatera Utara
76
Bagi urang bainduak yang berasal dari luar Kabupaten Dharmasraya atau yang berasal dari Kabupaten Dharmasraya yang berbeda sukunya dengan calon
induaknya harus memotong 1 satu ekor kambing ± Rp. 2.000.000 sudah termasuk asam garamnya sedangkan yang berasal dari nagari tetangga dan sesuku dengan
calon induaknya, memotong seekor ayam. Apabila urang bainduak berasal dari daerah setempat Kecamatan Koto Baru
dan berada di bawah payung suku lain dari suku ibu yang mengangkat, harus ada rekomendasi dari ninik mamak yang ditinggalkan dan diketahui oleh Wali Nagari.
Syarat-syarat tersebut di atas, mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau di Nagari Ampang Kuranji. Kambing artinya pengorbanan dari urang
bainduak untuk induaknya, 2 dua helai kain putih artinya induak bertanggung jawab sampai si urang bainduak meninggal dunia atau sebaliknya, di mana 1 satu helai
digunakan untuk mengkafani induak apak jo amak apabila meninggal dunia dan 1 satu helai lagi untuk urang bainduak apabila meninggal dunia.
Setelah hari dan tanggal ditentukan serta syarat-syarat sudah dipenuhi maka satu hari sebelum upacara adat pengangkatan anak berlangsung, ninik mamak dari
suku wanita yang mengangkat anak, wajib atau harus mengantarkan carano
107
kepada
107
Carano adalah wadah khusus terbuat dari logam, di dalamnya terdapat sirih dan kelengkapannya, seperti buah pinang, gambir, kapur dari kulit kerang. Sirih dan pinang adalah
lambang formalitas dalam interaksi komunikasi adat masyarakat Minangkabau. Makna sirih adalah secara simbolik sebagai pemberian kecil antara pihak-pihak yang akan mengadakan suatu
pembicaraan. Suatu pemberian dapat juga berupa barang berharga, meskipun nilai simbolik suatu pemberian tetap lebih utama daripada nilai intrinsiknya. Dalam pepatah adat disebutkan,
“siriah nan diateh, ameh nan di bawah
”. Dengan sirih suatu acara sudah menjadi acara adat, meskipun tidak atau belum disertai dengan pasambahan kato persembahan kata. Sirih dan pinang juga mempunyai makna
Universitas Sumatera Utara
77
ninik mamak yang lain yaitu kepada “Datuak nan salapan”,
108
karena setiap acara pemotongan kambing ini harus dijalankan carano menurut adat Nagari Ampang
Kuranji, kambing dianggap sebagai bagian dari pusakopusaka ninik mamak untuk itu harus dijalankan carano kecuali pemotongan kambing tersebut dilaksanakan untuk
acara-acara di mesjid atau mushallahsurau. Tujuan diantarkan cerana adalah mengundang ninik mamak untuk menghadiri acara penerimaan kemenakan baru
tersebut dan supaya acara penerimaan kemenakan diakui oleh seluruh suku yang ada di Nagari Ampang Kuranji dan Pemerintahan Nagari.
Apabila cerana tidak dijalankan, acara adat batal dan ninik mamak yang mengadakan acara adat tersebut dapat dituntut oleh ninik mamak yang lain. Jika ninik
mamak se nagari menuntut maka ninik mamak yang mengadakan acara akan dijatuhi sanksi adat. Sanksi adat tersebut tergantung pada kesepakatan ninik mamak se nagari
yang dimusyawarahkan dalam rapat wirid bulanan nagari, jenis hukumannya berupa: penghulu dan para tanganai suku yang mengadakan acara tersebut dicabut haknya
sebagai panghulu dan tanganai, kemudian diwajibkan membayar denda 1 satu ekor kambing kepada nagari.
109
Misalnya yang melaksanakan upacara adat pengangkatan anak adalah kemenakan Datuk Bandaro Suku Piliang, maka Datuk Bandaro harus mengantarkan
pemberitahuan adat yang lahiriah, baik pemberitahuan yang ditujukan pada orang tertentu atau pada khalayak ramai. Lihat Amir Sjarifoedin Tj.A, Op.Cit, hlm. 79.
108
Datuak nan salapan di Nagari Ampang Kuranji terdiri dari Dt. Rajo Lelo, Dt. Rajo Penghulu, Dt. Mangku Rajo, Dt. Bandaro, Dt. Marajo, Dt. Mangkudum, Dt. Penghulu Mudo dan Dt.
Tumenggung.
109
Hasil wawancara dengan Erman Datuk Mangkudum Ketua Kerapatan Adat Nagari KAN Ampang Kuranji, pada hari Kamis, 23 Mei 2013, pukul 21.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
78
cerana tersebut kepada ninik mamak yang lain datuk yang delapan. Adapun isi cerana adalah: sirih dan rokok. Saat ini penggunaan sirih sudah jarang dilakukan,
sehingga di lapangan yang ditemui adalah rokok. Cerana juga diantarkan kepada Wali Nagari, adapun isi cerananya adalah
sirih dan rokok disertai dengan jantung kambing yang belum dimasak ini dianggap sebagai undangan bagi Wali Nagari agar Pemerintahan Nagari mengakui acara
penerimaan kemenakan baru tersebut. Cerana disampaikan juga kepada seluruh masyarakat Nagari Ampang Kuranji sebagai isyarat undangan menghadiri acara
penyambutan kemanakan baru tersebut. Setelah cerana diantarkan pada seluruh ninik mamak yang lain maka pada hari
acara adat, datuk yang lain datuk yang delapan akan hadir untuk menyaksikan acara adat tersebut. Sebelum acara adat dimulai, salah satu ninik mamak yang hadir akan
mewakili ninik mamak yang diundang untuk berbicara dalam bahasa pantun dan menanyakan maksud mereka diundang, ninik mamak yang menjadi tuan rumah
menerangkan maksud undangan dan diadakannya acara adat tersebut. Setelah ninik mamak rumah minta izin pada ninik mamak yang diundang untuk melaksanakan acara
adat, barulah acara adat dibuka oleh salah satu ninik mamak rumah dengan didahului ucapan “Bismillahirohmanirrohim”.
Kemudian atas permintaan ninik mamak yang delapan maka ninik mamak rumah yang mengadakan acara tersebut memanggil supaya ibu dan ayah angkat dan
urang bainduak dihadirkan di hadapan seluruh ninik mamak yang hadir. Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
79
ninik mamak rumah bertanya pada orang tua yang mengangkat anak tentang asal usul anak yang diangkat.
Apabila anak yang diangkat masih mempunyai orang tua kandung, dan bertempat tinggal di daerah Kecamatan Koto Baru, biasanya orang tua kandung si
anak atau salah seorang ninik mamaknya diundang untuk hadir dalam acara tersebut. Namun apabila orang tua kandungnya berada di luar Kecamatan Koto Baru, cukup
yang menggantikannya melalui surat persetujuan dari keluarga asalnya bahwa yang bersangkutan bersedia diangkat sebagai anak angkat oleh salah satu suku di Nagari
Ampang Kuranji. Apabila upacara adat sudah berlangsung, surat yang dimaksud belum ada
maka ninik mamak meminta pada orang tua yang mengangkat anak untuk mengurus surat tersebut setelah acara adat, setelah surat itu selesai harus diperlihatkan pada
ninik mamaknya. Setelah pembahasan tentang surat-surat menyangkut anak angkat kemudian
dilakukan penggiliran kepala kambing yang telah dimasak untuk dicicipi oleh datuak dan salapan, untuk memberikan tanda persetujuan mereka. Mulai sejak upacara adat
maka anak angkat tersebut resmi menjadi anggota keluarga yang mengangkat dan resmi menjadi anggota suku ibu angkatnya serta diterima oleh bakonya keluarga
suku ayah angkatnya. Setelah acara adat selesai, ninik mamak berkewajiban untuk mendaftarkan acara adat pengangkatan anak tersebut pada Ketua Kerapatan Adat
Nagari KAN. Fungsi pendaftaran tersebut adalah untuk mendapatkan pengesahan,
Universitas Sumatera Utara
80
pengakuan dan pengumuman bahwa urang bainduak tersebut telah diterima secara sah adat di keluarga orang tua angkatnya.
Pengangkatan anak atau penerimaan kemenakan baru yang dapat didaftarkan pada Kerapatan Adat Nagari KAN hanyalah pengangkatan anak yang diangkat
secara adat, namun dari jumlah anak angkat yang ada di Nagari Ampang Kuranji masih ada yang belum didaftarkan walaupun telah dilaksanakan upacara adat
pengangkatan anak. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya sanksi adat apabila tidak didaftarkan. Anak yang diangkat tanpa upacara adattidak resmi, tidak dapat
didaftarkan pada Kerapatan Adat Nagari KAN karena keberadaan anak itu sendiri tidak diakui oleh Pemerintahan Nagari dan suku-suku se Nagari Ampang Kuranji.
110
Di Nagari Ampang Kuranji, tidak ditemukan seseorang pun yang mengangkat urang bainduak tanpa terlebih dahulu orang tua angkatnya induak menikah, hal
tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Amiluf Dt. Penghulu Sati, Wali Nagari Ampang Kuranji.
Menurut Amiluf Dt. Penghulu Sati, Wali Nagari Ampang Kuranji:
111
“Bahwa urang bainduak tidak dibenarkan untuk bainduak kepada orang yang belum menikah, apabila induaknya seorang janda atau duda harus terlebih
dahulu dimusyawarahkan kepada Wali Nagari dan seluruh tanganai yang ada, dan biasanya Wali Nagari dan tanganai akan menolaknya. Induaknya harus
sepasang, sehingga tidak dibenarkan seorang janda atau duda menerima pengangkatan urang bainduak
”.
110
Hasil wawancara dengan Erman Datuk Mangkudum Ketua Kerapatan Adat Nagari KAN Ampang Kuranji, pada hari Kamis, 23 Mei 2013, pukul 18.00 WIB.
111
Hasil wawancara dengan Amiluf Dt. Penghulu Sati, Wali Nagari Ampang Kuranji, pada hari Senin, 20 Mei 2013, pukul 10.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
81
Di Nagari Ampang Kuranji, tidak ada pembatasan jenis kelamin, akan tetapi mayoritas urang bainduak adalah laki-laki, walaupun masyarakat Minangkabau
di Nagari Ampang Kuranji menganut sistem kekerabatan berdasarkan garis ibu. Demikian halnya dengan batas usia juga tidak ada pembatasan, baik yang sudah
menikah maupun yang belum menikah, pada umumnya urang bainduak adalah mereka yang telah menikah.
Menurut Lili Suryani:
112
“Tidak ada batasan usia antara induak dan urang bainduak, yang terpenting kedua belah pihak senang dan para tanganai sepakatsetuju. Sewaktu saya
mengangkat urang bainduak bernama Sam, saat itu usia saya 37 tahun dan
usia Sam 30 tahun”.
B. Akibat Hukum Pengangkatan Urang Bainduak