menunjukkan nilai mean empirik yang lebih tinggi dari nilai mean hipotetik 58,93 57, yang berarti bahwa secara umum pembelian impulsif pada subjek penelitian
lebih tinggi daripada pembelian impulsif populasi pada umumnya. Selanjutnya, subjek akan digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu tingkat
pembelian impulsif tinggi, sedang, dan rendah. Kategorisasi tingkat pembelian impulsif dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Kategorisasi Tingkat Pembelian Impulsif Rentang Nilai
Kategori Tingkat Pembelian Impulsif
X 44,33 Rendah Tidak Impulsif
44,33 ≤ X 69,67
Sedang Cukup Impulsif X ≥ 69,67
Tinggi Sangat Impulsif Dari kategorisasi di atas, subjek dapat dikategorikan sesuai dengan tingkat
pembelian impulsifnya. Gambaran subjek penelitian berdasarkan tingkat pembelian impulsif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pembelian Impulsif
Kategorisasi Tingkat Pembelian Impulsif Jumlah N Persentase
Rendah Tidak Impulsif 20
14,49 Sedang Cukup Impulsif
89 64,49
Tinggi Sangat Impulsif 29
21,02
Total 138
100
C. Pembahasan
Hasil penelitian pada 138 orang sampel menunjukkan bahwa hipotesa penelitian yang berbunyi “Ada pengaruh positif antara pembelian impulsif terhadap
penyesalan pasca pembelian pada wan ita” diterima. Hal ini dapat dilihat dari nilai F
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hitung sebesar 60,280 dengan taraf signifikansi 0,000 p 0,05. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pembelian impulsif individu, maka semakin tinggi pula
tingkat penyesalan pasca pembelian yang dialaminya. Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa
tokoh, dimana mereka menyatakan adanya pengaruh yang positif antara pembelian impulsif
dengan penyesalan pasca pembelian. M’Barek dan Gharbi 2011 menemukan bahwa individu yang terlibat dalam pembelian impulsif merasa lebih
bertanggung jawab akan kesalahan yang mereka lakukan dalam proses membeli. Ketika individu melakukan pembelian yang impulsif, maka sisi emosional yang akan
lebih berperan karena individu tidak mempertimbangkan apa yang dapat terjadi di masa mendatang. Pemikiran mereka lebih didorong oleh adanya ketertarikan fisik
yang dirasakan dengan sebuah barang tertentu, didominasi oleh ketertarikan emosional dengan barang tersebut, dan dipengaruhi oleh adanya kepuasan yang dapat
langsung dirasakan setelah mendapatkan barang tersebut Rook dan Fisher, 1995. Van Dijk, dkk. 1999, Bell 1985, Gilovich dan Medvec 1995, dan
Zeelenberg, dkk. 2000 menemukan bahwa individu yang tidak mempertimbangkan kebutuhannya, tidak melakukan usaha yang cukup untuk mencari informasi,
melakukan penilaian yang tidak rasional, dan tidak mempertimbangkan alternatif- alternatif yang ada, maka individu tersebut akan akan merasa lebih menyesal. Esensi
dari penyesalan adalah pemikiran bahwa individu dapat mencegah terjadinya kegagalan. Adanya perasaan muncul dalam diri individu bawah dia tidak berusaha
keras membuatnya lebih merasa bertanggung jawab terhadap hasil yang didapatkan,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sehingga meningkatkan intensitas penyesalan yang dirasakan individu. Semakin banyak usaha yang dilakukan individu dalam pengambilan keputusan maka individu
tersebut akan kurang merasa bertanggung jawab jika terjadi kegagalan Van Dijk, dkk., 1999.
Hoch dan Loewentein 1991 dalam Saleh, 2012 menyimpulkan bahwa pembelian impulsif yang disebabkan keterlibatan individu yang rendah dalam proses
membeli dapat mengakibatkan munculnya penyesalan pasca pembelian. Individu yang terlibat dalam pencarian informasi saat proses membeli dapat mengurangi
timbulnya konflik pasca pembelian meskipun harapan individu tidak terpenuhi. Namun, dalam pembelian impulsif individu kurang terlibat dalam proses membeli
sehingga menimbulkan penyesalan pasca pembelian Rook dan Fisher, 1995; Zaichkowsky, 1985.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pembelian impulsif berhubungan secara signifikan dengan penyesalan pasca pembelian juga konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Inman, dkk. 1997, Taylor dan Schneder 1998, Tsiros dan Mittal 2000 dalam Saleh, 2012, dimana mereka menemukan bahwa
penyesalan pasca pembelian bisa diatribusikan kepada perasaan tidak rasional ketika individu membeli secara impulsif. Perasaan tidak rasional tersebut akan menimbulkan
ketidakpuasan pada keputusan yang diambil individu saat melakukan proses pembelian. Ketidakpuasan kemudian akan menyebabkan penyesalan pasca pembelian
pada diri individu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan disimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Selanjutnya, pada akhir bab, peneliti akan memberikan
saran bagi konsumen, produsenpenjual, dan peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang berkaitan dengan penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
1. Hipotesa dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara pembelian impulsif dengan penyesalan pasca pembelian pada wanita dapat
diterima. 2. Sumbangan efektif yang diberikan variabel prediktor pembelian impulsif
terhadap variabel tergantung penyesalan pasca pembelian adalah sebesar 30,7, yang berarti bahwa pada penelitian ini variabel prediktor mempengaruhi variabel
kriteria sebesar 30,7 3. Berdasarkan deskripsi data penelitian pada variabel prediktor yaitu pembelian
impulsif, diperoleh bahwa rata-rata sampel dalam penelitian ini adalah orang- orang yang dalam perilaku membeli cukup impulsif.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA