Budaya Kerja Organisasi Pemerintah
66
memberikan teori X yang menganggap bahwa setiap pekerja itu malas, maka gaya kepemimpinan harus keras; selanjutnya dia
mengoreksi teorinya dengan teori Y, di mana ia memandang setiap orang baik dan rajin bekerja, sehingga pemimpin lebih
banyak mempercayai mereka. Teori Abraham Maslow lebih banyak meneliti motivasi dari segi urutan prioritas kebutuhan
SDM terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, di mana yang
paling mendasar
adalah kebutuhan
fisiologis kelangsungan hidup, sandangpanganpapan, rasa aman, rasa
memiliki, harga diri dan aktualisasi diri secara pyramidal. Terakhir muncul teori Z dari William G. Ouchi, di mana
motivasi dapat lebih berhasil melalui cara kerja kelompok model Jepang dipadukan dengan budaya Amerika Serikat
seperti sifat rasional dan individualistik. Sebenarnya motivasi itu tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
manusia sehari-hari, orang yang tidak mempunyai motivasi kerja secara alami akan kalah bersaing dengan mereka yang
bermotivasi kerja tinggi. Motivasi kerja walaupun telah dimiliki bukan merupakan jaminan akan mampu bersaing. Mereka harus
cerdik memanfaatkan motivasi yang semakin lebih baik dalam mencapai kualitas SDM, kualitas kerja dan hasil kerja.
Motivasi yang digerakkan oleh pemimpin akan memberi bentuk dalam gaya manajemen. Banyak gaya manajemen yang bisa
dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan kerja dan tantangan yang dihadapi serta alat yang dimilikinya.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
67
E. Lingkungan Kerja
Untuk melakukan program Budaya Kerja diperlukan persiapan yang berupa penciptaan lingkungan kerja dengan paradigma
yang disepakati untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu kita sedikit
menengok pada diri kita sendiri sebagai SDM, yang oleh Prof. Dr. Kusnadi Harasumantri mantan Rektor Universitas Gajah
Mada menyatakan bahwa kekuatan SDM itu bukan pada jasmani atau jiwa yang dimiliki, namun kekuatan tersebut terletak pada
semangat dan kemampuan kerja. Karena kerjasama tersebut akan mampu meningkatkan mutu dan mutu yang dicapai terus
menerus, dipertahankan dan dikembangkan akan menjadi Budaya Kerja yang dimiliki oleh kelompok yang bersangkutan.
Budaya Kerja Organisasi Pemerintah
68
Nilai-nilai kerjasama tersebut banyak diungkapkan oleh ajaran agama, bahkan ada yang ekstrim menyatakan bahwa siapapun
yang tidak mau kerjasama, mereka tergolong temannya syaithan. Nilai tradisional juga terungkap dalam pepatah ataupun
peribahasa seperti Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh , Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”
Selanjutnya oleh Isaken, S.G. Dorval K.B. Treffinger, D.J.
dalam bukunya CREATIVE APPROACHES TO PROBLEM SOLVING mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif meliputi beberapa dimensi seperti :
1. Tantangan, keterlibatan dan kesungguhan;
2. Kebebasan mengambil keputusan;
3. Waktu yang tersedia untuk memikirkan ide-ide baru;
4. Memberi peluang untuk mencoba ide-ide baru;
5. Tinggi rendahnya tingkat konflik;
6. Keterlibatan dalam tukar pendapat;
7. Kesempatan humor, bercanda dan bersantai;
8. Tingkat saling kepercayaan dan keterbukaan;
9. Keberanian menanggung resikoboleh gagal.
Dengan dimensi lingkungan kerja seperti tersebut di atas, memberi peluang semua unsur manajemenadministrasi dapat
berfungsi seperti apa yang diharapkan, lebih-lebih nilai-nilai budaya dapat teraktualisasi dengan kerja berkelompok.
Modul Diklat Prajabatan Golongan III
69
F. Kerjasama Melalui Kelompok