BAB 3 ELABORASI TEMA
3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema
Perencanaan dan perancangan bangunan dengan memanfaatkan potensi lingkungan yang ada dalam upaya mewujudkan wadah kegiatan transportasi memerlukan suatu
pendekatan arsitektural yang baik dan tepat. Dalam salah satu prinsip teori dan bentuk bangunan yang mendukung penerapan
arsitektur high-tech, menurut Colin Davis, bangunan High-Tech umumnya memiliki pelapis yang tipis dan lebar atau besar untuk menunjukkan kepada dunia luar aktivitas
yang berlangsung di dalamnya. Pada umumnya penampilan bangunannya secara keseluruhan adalah ringan, biasanya dengan sebuah kombinasi kurva yang dramatis
dan garis-garis lurus. Prinsip ini menjadi bahan pemikiran dalam menciptakan dan mengembangkan penampilan bentuk bangunan. Bagaiman keinginan menampilkan
suatu bangunan yang dapat mewakili fungsi stasiun. Dimana nantinya diharapkan mempunyai suasana tersendiri bagi pengguna terutama pengunjung dan dapat
memberikan suatu kesan yang berhubungan dengan karakter teknologi. Arsitek sebagai koordinator dari banyak disiplin yang terlibat dalam proses konstruksi
saat sekarang ini adalah kunci preservasi antara lingkungan dan bangunan dimana semua orang berpergian dengan menggunakan transportasi umum seperti kereta api..
Perancangan yang baik justru berarti bagi keuntungan jangka panjang bagi bangunan stasiun dan publik sebagai pengguna.
3.2 Pengertian Tema
Tema yang akan diterapkan pada Revitalisasi Stasiun Kereta Api Pematangsiantar ini adalah
Arsitektur High – Tech. 3.2.1 Pengertian Arsitektur
Arsitektur berasal dari bahasa Latin ’Architecture’ dan bahasa Yunani yaitu ’arkhi’ yang berarti ketua dan ’tekton’ yang berarti pembangun, tukang kayu, orang yang memimpin
pembangunan. - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia :
Universitas Sumatera Utara
Arsitektur : seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan,
jembatan, dsb ; metode dan gaya rancangan suatu bangunan. - Menurut James C. Snyder, Anthony J. Catanesse, dalam buku Pengantar
Arsitektur, bahwa: Arsitektur : lingkungan buatan yang mempunyai bermacam – macam
kegunaan melindungi manusia dan kegiatan – kegiatannya serta hak miliknya dari elemen, dari musuh, dan dari kekuatan – kekuatan adikodrati,
membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan sosial dan
menonjolkan status.
3.2.2 Pengertian High-Tech
High tech berasal dari bahasa Inggris, high berarti tinggi, tech merupakan singkatan dari kata technology yang berarti teknologi.Hariyono, Rudi. dan Idel Antoni. 2005.
Kamus Lengkap Inggris-Indonesia Jadi secara harfiah arsitektur high tech adalah gaya rancangan suatu bangunan yang berteknologi tinggi.
High Tech dalam arsitektur mempunyai arti yang berbeda dengan High Tech dalam industri, High Tech dalam industri berarti elektronik, komputer, chip silicon, robot, dan
sebagainya. Dalam arsitektur, High Tech berarti suatu style bangunan tertentu. Arsitek yang mempelopori style ini adalah Richard Rogers, Norman Foster, Nicholas
Grimshaw dan Michael Hopkins. Dalam arsitektur, rancangan High Tech meliputi penggunaan material yang
berhubungan dengan industri High Tech tahun 1980-an dan 1990-an, seperti space frame, metal cladding serta material dari bahan komposit. Bangunan High Tech
umumnya memiliki pelapis yang tipis dan lebar atau besar untuk menunjukkan kepada dunia luar aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Pada umumnya penampilan
bangunannya secara keseluruhan adalah ringan, biasanya dengan sebuah kombinasi kurva yang dramatis dan garis-garis lurus. Davies, Colin. High tech architecture.
Salah satu pertimbangan High-Tech dimasukkan ke dalam post modernisme adalah karena pada prakteknya sekarang ini, High-Tech bukan hanya merujuk pada fungsi
yang merupakan ciri khas dari modernisme sebagai rujukannya melainkan juga pada nilai estetis dari teknologi yang diterapkan pada bangunan misalnya bangunan-
bangunan hi-rise sekarang ini menggunakan material baja dan kaca, bukan beton
Universitas Sumatera Utara
yang lebih murah dan praktis dalam fungsi dan penggunaannya. Dalam bukunya The Languange of Post-Modrenisme Architecture, Jenck mengistilahkan Post Modren
sebagai dual-coding, yaitu makna ganda atau makna dua arah.Yang diaterjemahkan bahwa bentuk desain tidak seharusnya dipahami oleh si perancang saja tetapi juga
harus dipahami oleh masyarakat umum sebagai pemakai atau pengamat. Arsitektur Post Modren merupakan kombinasi antara teknik modern dengan sesuatu yang lain
biasanya bangunan tradisional agar arsitektur dapat berkomunikasi dengan masyarakat pemakai agar asitektur dapat berkomunikasi dengan masyarakat pemakai,
dengan prinsipnya:
Komunikasi
Pluralisme
Kontekstualisme Hal yang dapat dipelajari adalah bangunan High Tech pada dasarnya memiliki
keseimbangan antara fungsi dan simbolisme. Berdasarkan sejumlah penjabaran diatas dapat di tarik sejumlah kesimpulan, sebagai
berikut :
Bangunan High Tech pada dasarnya memiliki keseimbangan antara fungsi dan simbolisme
Konsep Arsitektur High Tech seperti rangka baja, kabel yang diekspose
ditunjukkan agar terjadi ruang dalam yang memiliki fleksibilitas maksimal.
Arsitektur High Tech meletakkan performance yang proporsional antara aspek arsitektur, struktur, dan mekanikal.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengertian arsitektur High Tech adalah: 1. Arsitektur yang mempunyai karakteristik material kaca dan baja.
2. Pada pokoknya mengikuti ekspresi “kejujuran” suatu keagungan yang ditampilkan melalui kejelasan material yang digunakan, maupun material yang
digunakan diproduksi secara massal. 3. Biasanya membubuhkan ide-ide tentang produk industri.
4. Digunakan oleh industri-industri lainnya tidak hanya sebagai bangunan namun juga sebagai sumber imajinasi.
Konsep arsitektur High Tech seperti rangka baja, kabel, zona service dan utilitas yang diekspose ditujukan agar terjadi ruang dalam yang memiliki fleksibelitas yang
maksimal.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Interpretasi Tema
High tech adalah sebuah fenomena abad 20 pada industri bangunan yang berpengaruh pada dunia arsitektur dan desain. Istilah High Tech adalah sebuah
penemuan pada tahun 1970-an terhadap perancangan bangunan dan objek untuk rumah dan menjadi popular setelah Joan Kron dan Suzanne Slesin, menulis buku yang
menjadi best selling tahun 1978 berjudul “High Tech : The Industrial Style and Source Book for The Home”. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa high tech adalah istilah
arsitektural yang digunakan untuk menerangkan bertambahnya bangunan dengan pengeksposan struktur dan elemen-elemen lainnya yang terbuat dari bahan
prefabrikasi yang biasa digunakan untuk membangun gudang dan pabrik. Pada buku ini Suzanne Slesin dan Joan Kron juga mengikutsertakan trend pararel dalam design
interior seperti penggunaan peralatan industri di rumah ke dalam pengertian high-tech. Akan tetapi, jauh sebelum tahun 1970, high-tech sudah ada dan diterapakan. Menurut
Colin Davies dalam bukunya yang berjudul ‘High tech architecture’ pada tahun 1779 dibangun jembatan di river severn di Coalbrookdale. Jembatan ini merupakan
jembatan yang pertama kali terbuat dari besi dan strukturnya terbuat dari material prefabrikasi. Pada tahun 1848 dibangun Decimus Burton’s Palm House yaitu sebuah
struktur bentang lebar dari besi,baja, dan beratap kaca. Pada tahun 1889 menara Eiffel dibangun dengan menggunakan material prefabrikasi dan struktur yang canggih.
Struktur bangunan-bangunan tersebut memberikan pengaruh yang tidak sedikit pada perkembangan arsitektur high-tech sekarang ini. Bangunan-bangunan tersebut
merepresentasikan bentuk alternatif bangunan yang berdasar pada teknologi industri. Kemudian pada tahun 1920an yaitu pada zaman arsitektur modern, arsitektur high-
tech juga berkembang misalnya pada tahun 1927 Buckminster Fuller membangun Dymaxion House, sebuah rumah dengan struktur logam ringan berbentuk heksagonal.
Teknologi yang digunakan pada rumah ini adalah adaptasi dari teknologi yang digunakan untuk membangun pesawat terbang pada saat itu. Bangunan ini
menunjukkan ciri dari arsitektur high-tech secara keseluruhannya. Karena bangunan rancangannya ini, Colin Davies dalam bukunya yang berjudul ‘High tech
architecture’,mengatakan jika ada orang yang pantas disebut sebagai ‘bapak high- tech” maka Buckminster Fuller lah yang pantas.
Pada tahun 1960an, sebuah grup yang dikenal dengan Archigram Peter Cook, Warren Chalk, David Greene, Denis Crompton, Ron Herron dan Mike Webb mulai
Universitas Sumatera Utara
menmpublikasikan dan memamerkan proyek teoritis yang secara jelas menjabarkan tentang elemen-elemen dari arsitektur high-tech pada tahun 1970an dan 1980an.
Walaupun high-tech telah ada sebelum tahun 1970an, Istilah High-tech mulai terkenal sejak tahun 1970an. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi yang memang sangat
maju pada jaman tersebut yang ditandai dengan adanya pendaratan pertama di bulan oleh Neil Amstrong pada tahun 1969 sehingga masyarakat pada waktu itu mulai
berpikir ke depan dan menyukai perubahan-perubahan yang didapat dari teknologi. Dalam arsitektur, design High Tech meliputi penggunaan material yang berhubungan
dengan industri High Tech tahun 1980-an dan 1990-an, seperti space frame, metal cladding serta material dan bahan komposit bangunan High Tech umumnya memiliki
pelapis yang tipis yang lebar atau besar untuk menunjukkan kepada dunia luar aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Pada umumnya penampilan bangunannya
secara keseluruhan adalah ringan, biasanya dengan sebuah kombinasi kurva yang dramatis dan garis-garis lurus.
Karakteristik material yang biasa digunakan adalah metal atau logam dan kaca. Biasanya High Tech menunjukan ide-ide produksi industri, High Tech menggunakan
industri selain industri bangunan sebagai sumber teknologi dan High Tech juga memberi perhatian yang besar pada fleksibilitas penggunaan.
Karakter dari style high – tech secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut : -
terbuka -
struktur yang trasparan dan maju. -
menggunakan material dan teknik yang terbaru -
penggunaan warna penting pada bangunan -
terdiri dari lapisan yang banyak dan superimpose -
pengeksposan rangka yang menunjukkan artikulasi dari tiap lantai dan dinding. -
Pengeksposan elemen mekanikal elektrikal serta sambungan-sambungan struktur.
Struktur yang diekpose dan zona servis yang di ekspose adalah dua penampakan yang membanggakan dari arsitektur High Tech mengekspose struktur dan servis
bangunan. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan gaya dua arsitek Hi-Tech Inggris yang terkenal, yaitu
Norman Foster dan
Richard Rogers.
Universitas Sumatera Utara
Roger sangat suka menempatkan pipa-pipa dan saluran di seluruh fasade bangunan, meskipun mengakibatkan setiap orang harus berpisah-pisah, terlindung dari elemen-
elemen, namun memudahkan pemeliharaan. Di samping itu Rogers juga mengambil permainan cahaya dan bayangan.
Foster sebaliknya, hampir tidak pernah mengekspose saluran-saluran pelayanan tepatnya diluar bangunan. Ia lebih memilih untuk menempatkan langit-langit gantung
atau lantai yang ditinggikan. Karya keduanya ditandai dengan penggunaan struktur yang kuat dan ekspresif,
khususnya struktur baja. Memberikan arsitektur High Tech kesempatan untuk mendramatisasi fungsi teknologi dari elemen bangunan.
Menurut Charles Jenks, ada 6 karakteristik Arsitektur High Tech: 1. Inside out
Bagian Interior yang diperlihatkan keluar dengan penggunaan material penutup yang transparan, seperti kaca. Fungsi-fungsi yang umumnya tertutup ditutupi ditonjolkan
keluar, seperti fungsi servis dan utilitas. 2. Celebration of process
Penekanan terhadap pemahaman mengenai konstruksinya bagaimana, mengapa, dan apa dari suatu bangunan, sehingga muncul suatu pemahaman dari seorang awam
ataupun seorang ilmuwan. Sebagai cacatan yang ditulis oleh Charles Jenks mengenai Norman Foster, yaitu ciri khas dari pekerjaan Norman Foster yang terkesan dapat
mengungkapkan sesuatu yang lebih daripada arsitek manapun dalam cara penyelesaian dengan ide-ide cemerlangnya yang mengembangkansuatu rancangan
sesuai dengan jamannya sehingga kegunaan dan tampak dari bangunan tersebut merupakan suatu mekanisme yang sempurna.
3. Transparansi, pergerakan dan pelapisan. Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan tanpa terkecuali. Kegunaan
yang lebih luas dari kaca yang transparan dan tembus cahaya, pelapisan dari pipa- pipa saluran, tangga dan struktur, serta penekanan pada escalator lift sebagai suatu
unsur yang bergerak merupakan arateristik dari bangunan high tech. 4. Pewarnaan yang cerah
Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas mengenai jenis struktur dan utilitas, sehingga memahami penggunaannya secara efektif. Pada karya Richard
Universitas Sumatera Utara
Rogers yaitu bangunan Pampidou Center dan Inmos Factory menggunakan warna- warna yang cerah pula.
5. A light weight filigree of tensile members Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari High Tech building. Sekelompok
kabel-kabel baja penopang dapat membuat mereka lebih ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya-gaya pada struktur.
6. Optimistic confidence in a scientific cultural Bangunan yang dapat mewakili kebudayaanperadaban masa depan yang serba
scientific, sehingga pada saat itu tetap bisa dipakaitidak ketinggalan zaman. Hasilnya lebih mendalam pada suatu metode kerja, perlakuan pada material, warna-warna dan
pendapatan, dibandingkan dengan prinsip-prinsip komposisi. Pada prakteknya High-Tech dikatakan sebagai bagian dari modernisme dan post
modernisme. High-Tech dimasukkan dalam modernisme karena ciri-ciri dari high-tech merupakan pengembangan dari ciri arsitektur modernisme yang menggunakan
teknologi dan bahan prefabrikasi sehingga high-tech disebut juga dengan ‘late modernism’ atau modernisme akhir.
Adapun kronologis dari konsep style High - Tech diurutkan mulai dari the Modern Movement selama tahun 1920-an :
- 1920-an, para arsitek modern telah menggunakan glass and steel dalam rancangan mereka,
- 1930-an, The Museum of Modern Art in New York telah memamerkan kepada publik keindahan dari produk-produk industri seperti “laboratory
glass”. - 1970-an Pompidou Centre di Paris oleh Renzo Piano and Richard Rogers,
yang memperlihatkan “heating ducts and utility conducts” sebagai elemen decorative untuk bagian luar bangunan.
- 1980-an, High Tech menjadi bagian dari “language of postmodernist design”.
3.4 Keterkaitan Tema dengan Judul