b. Kebersamaan
Adanya rasa kebersamaan dan bersatu dalam keluarga. Setiap anggota keluarga merasa menyatu dan menjadi bagian dari keluarga.
c. Model parental role
Pola orang tua yang baik akan menjadi contoh yang baik bagi anak-anak mereka. Hal ini dapat membentuk keharmonisan keluarga.
d. Penerimaan terhadap konflik-konflik
Konflik yang muncul dalam keluarga dapat diterima secara normatif, tidak dihindari melainkan berusaha untuk diselesaikan dengan baik dan
menguntungkan bagi semua anggota keluarga. e.
Kepribadian yang sesuai Dimana pasangan memiliki kecocokan dan saling memahami satu sama
lain. Hal ini menjadi penting karena pasangan saling melengkapi, kelebihan pasangan yang satu dapat menutupi kekurangan pasangan yang
lain. f.
Mampu memecahkan konflik Kemampuan pasangan untuk memecahkan masalah serta strategi yang
digunakan oleh pasangan untuk menyelesaikan konflik yang ada dapat mendukung kepuasan perkawinan pasangan tersebut.
C. Perkawinan Beda Agama
Perkawinan dimana pihak suami dan pihak istri memeluk agama yang berbeda disebut sebagai interfaith marriage, mixed marriage, mixed faith marriage
Universitas Sumatera Utara
atau interreligious marriage.http:www.religioustolerance.orgifm-prob.htm. Dalam bahasa Indonesia, untuk semua itu, peneliti akan menggunakan istilah
perkawinan beda agama. Menurut Mandra dan Artadi dalam Eoh, 1996, perkawinan beda agama
adalah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita yang masing-masing berbeda agamanya dan mempertahankan perbedaanya itu sebagai suami istri dengan
tujuan unutk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Senada dengan Mandra dan Artadi, Rozakis 2001
mendefinisikan perkawinan beda agama sebagai hubungan dimana pemeluk agama atau kepercayaan yang berbeda. Yob 1998 mengartikan perkawinan beda
agama sebagai suatu hubungan yang menyatukan dua orang yang berlainan agama.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, perkawinan beda agama dapat disimpulkan sebagai sebuah ikatan perkawinan antara seorang pria dan wanita
yang berbeda agama dan kepercayaannya dan tetap mempertahankan perbedaanya tersebut.
Berdasarkan pada sebuah situs perkawinan beda agama http:www.religioustolerance.orgifm-prob.htm, perkawinan beda agama itu
sendiri dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Pasangan suami istri dapat berasal dari :
Universitas Sumatera Utara
1. Satu pihak berasal dari salah satu jenis agama tertentu dan satu berasal dari
suatu kepercayaan etis non-teologis, misalnya antara seorang katolik dengan seorang humanis.
2. Kedua pihak memeluk agama yang bertolak belakang, satu agama yang
berasal dari belahan bumi bagian barat dan yang satu lagi berasal dari belahan bumi bagian timur, seperti antara pemeluk Kristen dengan
pemeluk Taoisme, Hindu atau Budha. 3. Kedua belah pihak pemeluk agama yang berbeda, namun mempunyai
sedikit banyak persamaan. Agama-agama ini termasuk dalam agama ahli kitab, seperti antara pemeluk islam, kristen dan yahudi.
4. Kedua belah pihak memeluk agama yang berbeda, namun merupakan pembagian besar disatu agama yang sama seperti kristen protestan dan
kristen katolik. Perkawinan beda agama dapat terjadi karena interaksi yang semakin tinggi
antara orang yang berasal dari kelompok agama yang berbeda Duvall Miller, 1985. Interaksi antara orang yang berbeda agama ini semakin dimungkinkan
dengan semakin berkembangnya kehidupan sekarang ini. Interaksi ini kemudian menghasilkan ketertarikan , keinginan untuk membangun hubungan yang
selanjutnya dapat berlanjut dengan keinginan untuk melakukan perkawinan. Duvall Miller 1985 juga menyatakan perkawinan beda agama dapat terjadi
akibat toleransi dan penerimaan yang lebih besar diantara pemeluk agama.
Universitas Sumatera Utara
Perkawinan beda agama juga dapat terjadi karena semakin banyak kaum muda yang tidak terlalu memperhatikan lagi faktor –faktor seperti sosial ekonomi,
suku dan agama sebagai dasar pencarian pasangan hidup dan cenderung menekankan faktor cinta dan kecocokan sebagai dasar perkawinan yang mereka
lakukan Lasswel Lasswell, 1987. Jenkins dalam Levinson, 1995 juga menyatakan bahwa anak-anak
dengan orang tua yang melakukan perkawinan beda agama mempunyai kemungkinan lebih besar melakukan perkawinan beda agama dibanding anak-
anak dengan orang tua yang kawin satu agama. Pendidikan agama intensif yang diterima pada masa anak-anak juga dapat menurunkan kemungkinan anak tersebut
untuk melakukan perkawinan beda agama dikemudian hari. C.1 Hal-Hal yang Mendorong Melakukan Perkawinan Beda Agama
Menurut Blood 1978 hal-hal yang mendorong orang melakukan perkawinan beda agama antara lain :
1. Kecocokan pada hal-hal lain Sebagian besar pasangan yang melakukan perkawinan beda agama
didasari oleh kecocokan dalam hal-hal lain diluar agama, seperti latar belakang keluarga, pendidikan , status ekonomi, danb lain-lain. Kesamaan
diantara mereka menjadi sangat penting itu seperti perbedaan agama ini, dengan segala persamaan dan kecocokannya, dirasakan sebagai pilihan
yang terbaik.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemberontakan Seseorang dapat melakukan perkawinan beda agama sebagai bentuk
pemberontakan, misalnya kepada orang tua dan keluarga yang terlalu mengekang. Mereka berusaha keluar atau menunjukkan keberatan mereka
atas kekangan tersebut dengan cara melakukan perkawinan diluar harapan orang tua dan keluarganya.
3. Tujuan pencapaian pribadi Perkawinan beda agama dapat pula dilakukan seseorang untuk mencapai
tujuan pribadi tertentu misalnya untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi. Dengan motif ini seseorang tidak memperdulikan agama calon
pasangannya. Dengan harapan naiknya status sosial atau diperoleh tujuan lain setelah perkawinan.
4. Menikah terpaksa Seseorang dapat melakukan perkawinan beda agama karena terpaksa
melakukannya, seperti seseorang yang terpaksa menikah karena hamil diluar nikah. Dengan keadaan terpaksa ini seseorang tidak memperdulikan
atau terpaksa mengenyampingkan agama yang dipeluk oleh pasangannya. Perkawinan beda agama dapat juga terjadi karena hanya ini kesempatan
menikah yang dapat dilakukan oleh seseorang. 5. Keenggananketidaksabaran untuk mencari
Universitas Sumatera Utara
Terkadang perkawinan beda agama terjadi arena seseorang terlalu enggankurang sabar untuk mencari dan menunggu pasangan lain, yang
mungkin satu agama dengannya. 6. Hal ini jarang terjadi, namun perkawinan beda agama dapat terjadi karena
seseorang tertarik dengan pasangan yang berbeda agama hanya karena pasangan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda dengannya.
Misalnya seseorang yang tertarik dengan orang lain dikarenakan orang tersebut memiliki cara ibadah yang berbeda dengan dirinya.
C.2 Masalah-Masalah Perkawinan Beda Agama Latar belakang agama merupakan bagian penting dari diri seseorang.
Tertanam sejak kelahiran, agama membentuk cara pandang dan dinilai seseorang. Perbedaan agama dengan pasangan dalam perkawinan dapat menimbulkan banyak
permasalahan Rozakis, 2001. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan pandangan menyangkut isu dalam kehidupan perkawinan Yob, 1998.
Menurut beberapa ahli, masalah-masalah yang dapat timbul akibat perbedaan agama dengan pasangan dalam sebuah perkawinan beda agama adalah
sebagai berikut : 1.
Hubungan dengan keluarga Pasangan beda agama sering menghadapi reaksi negative dan sikap kurang
pengertian dari keluarga Gleekmarn Streicher dalam Horowitz, 1999. Reaksi terhadap pasangan ini sangat kerasdan banyak diantara mereka
Universitas Sumatera Utara
mendapat celaan dari keluarga Tertkovie, 2001. Tidak jarang pihak keluarga menganggap pasangan suami istri ini melakukan pelanggaran
terhadap tradisi yang ada dan telah mempermalukan keberadaan keluarga. Sebagian besar keluarga menginginkan keturunannya untuk menikah
dengan pasangan satu agama. Kenyataan bahwa perkawinan yang mereka lakukan adalah perkawinan beda agama, tentunya menghadirkan
permasalahan tersendiri. Rusaknya hubungan dengan pihak keluarga mewarnai kehidupan banyak pasangan perkawinan beda agama dan sedikit
banyak mempengaruhi kehidupan perkawinan suami istritersebut Rosenbaum Rosenbaum, 1999; Rozakis, 2001. Faktor penerimaan dari
pihak keluarga dan orang tua mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan perkawinan beda agama Rosenbaum Rosenbaum, 1999.
2. Pelaksanaan Ibadah
Masing-masing agama mempunyai tata cara sendiri dalam pelaksanaan ibadahnya. Perbedaan tata cara ini bisa menimbulkan permasalahan
diantara pasangan. Dibutuhkan toleransi yang sangat besar untuk membiasakan diri dengan perilaku ibadah yang berbeda dari yang biasa
dilakukan seseorang Rosenbaum Rosenbaum, 1999. Masalah juga dapat timbul ketika hari raya tiba. Menurut Shaw 1999, hari raya dapat
menyebabkan masalah bagi pasangan beda agama, termasuk perbedaan tradisi masing-masing pihak. Hal-hal kecil seperti pohon natal, perjamuan
hari raya, dan makanan hari raya dapat mendatangkan masalah diantara pasangan Rozakis, 2001.
Universitas Sumatera Utara
3. Anak
Keberadaan seorang anak membawa permasalahan yang cukup berat bagi pasangan. Masalah-masalah yang dapt muncul antara lain : bagaimana
upacara ritual kehadiran anak adzan, sunat, atau pembaptisan, nama anak, agama anak, pendidikan dan pendalaman agama anak, sekolah anak,
dan lain-lain Rosenbaum Rosenbaum, 1999; Rozakis, 2001. Masalah berkaitan dengan anak ini, menurut Cowan dan Cowan 1987, akan
semakin terasa anak mulai dapat berbicara dan menanyakan identitasnya. 4.
Seksualitas Perbedaan agama dapat pula menimbulkan masalah sekitar kehidupan
seksual.
D. Dewasa Dini