PEMBAHASAN 1. Kepuasan Perkawinan pada Istri yang Memiliki Pasangan Beda Agama.

R1W3k. 138-141hal. 20 “oh kalo masalah pekerjaan ya sesuai dengan peran te jadi istri lah atau ibu rumah tangga. Beresin rumah, urusan dapur, ya ngurus adek-adek juga. Ya tapi sumber dana atau uang di rumah ini jadi tanggung jawab sepenuhnya sama si om, ya dia berperan jadi kepala rumah tangga lah, semua keputusan pun dia yang buat.” R1W3k. 117-122hal. 19 “Ya mudah-mudahan si om maulah berbagi peran untuk ngasuh adek- adek, jangan peran itu diambil sama ibu mertua tante, apalagi masalah pengetahuan agama.” R1W4k. 99-101hal. 24

C. PEMBAHASAN 1.

Gambaran Kepuasan Pernikahan Responden 1 a. Communication Setiap harinya responden 1 berkomunukasi dengn pasangannya dengan lancar, baik bertemu langsung maupun melalui telefon selular. Mereka senang dengan gaya komunikasi yang diterapkan dari awal pernikahan. Mereka selalu menceritakan berbagai hal, dan apa saja yang mereka alami selama seharian. Mereka juga selalu mengutarakan apa saja yang mereka rasakan kepada pasangan. Berdasarkan Fowers dan Olson 1989 ; 1993 komunikasi yang baik dalam Universitas Sumatera Utara hubungan suami istri dapat dilihat dari tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh pasangan dalam membagi dan menerima informasi emosional dan kognitif. Responden 1 merasa tidak ada hambatan dalam komunikasi antara dirinya dengan pasangan. Komunikasi antara responden 1 dan pasangannya mengandung beberapa elemen dasar komunikasi Laswell 1991 yaitu keterbukaan diantara pasangan openness, kejujuran terhadap pasangan honesty, dan sikap empati terhadap pasangan empathy. b. Leisure Activity Responden 1 lebih menyukai menghabiskan waktu senggang bersama pasangannya karena ia merasa menjadi orang yang lebih sempurna ketika bisa berkumpul dan melakukan banyak kegiatan secara besama-sama. Jam kerja pasangan responden 1 yang tidak tetap membuat responden 1 tidak bisa sering melakukan kegiatan bersama diwaktu senggang, tetapi pasangan responden 1 selalu meluangkan waktunya diakhir minggu untuk berkumpul dengan keluarga, dan memenuhi harapan responden 1 dab anak-anaknya. Ini seusia dengan teori Fowers dasn Olson 1989 ; 1999 yang menyatakan bahwa pilihan dan pemenuhan harapan untuk melakukan aktivitas di waktu senggang merupakan salah satu aspek kepuasan pernikahan. c. Religious Orientation Pernikahan beda agama yang dijalani responden 1 justru membuatnya menjadi individu yang lebih taat beragama, dan lebih sering melakukan kegiatan religi, karena responden 1 memiliki harapan nantinya anak-anak dan pasangannya Universitas Sumatera Utara mau masuk menjadi pemeluk agamanya. Bagi responden 1 ia sangat mencintai agamanya karena agama nya memberikan ketenangan secara psikologis kepada dirinya. Tetapi disatu sisi responden merasa ada kekosongan secara batin dan merasa memiliki jarak dengan pasangannya, reponden 1 juga merasa tidak memiliki pembimbing secara spritual dalam pernikahannya. Menurut Wolfinger Wilcox, 2008 nilai yang tinggi menunjukkan agama merupakan bagian yang penting dalam perkawinan. Agama secara langsung mempengaruhi kualitas perkawinan dengan memelihara nialai-nilai suatu hubungan, norma, dan dukungan sosial yang turut memberikan pengaruh besar dalam perkawinan. d. Conlfict Resolution. Responden 1 merasa masalah yang sering muncul dalam pernikahannya adalah rasa cemburu responden 1 yang berlebihan dan pandangan yang berbeda mengenai pengasuhan anak. Dalam setiap penyelesaian permaslahan dalam pernikahannya responden 1 mengaku selalu ada salah satu pihak yang mengalah, dan responden 1 merasa sangat puas dengan cara penyelesaian masalah yang diterapkan saat ini. Dan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Levenson dalam Lemme, 1995 bahwa kemampuan pasangan untuk memecahkan masalah serta strategi yang digunakan oleh pasangan untuk menyelesaikan konflik dapat mendukung kepuasan pernikahan pasangan tersebut. e. Financial Management Responden 1 merasa keuangan keluarganya saat ini sangat baik. Pasangannya memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengatur keuangan keluarga mereka sejak awal pernikahan. Responden 1 yang mendominasi dalam Universitas Sumatera Utara hal mengatur keuangan tetapi tetap mendiskusikannya pada pasangan jika responden 1 ingin menggunakan uang tersebut dalam jumlah yang besar. Dalam hal ini reponden 1 diberikan kepercayaan sepenuhnya oleh pasangan untuk mengelola keuangan keluarga dimana menurut Hurlock 1999 kepercayaan dari pasangan dalam mengurus keuangan dapat mengurangi munculnya konflik antar pasangan. f. Sexual Orientation Responden 1 mengaku saat ini aktivitas seksualnya dengan pasangan mulai menurun kuantitasnya tetapi tidak pada kualitasnya, karena menurut responden 1 pasangannya sangat hangat dalam berhubungan seks. Usia responden dan pasangannya yang sudah tidak muda lagi dan kesibukan mereka masing- masing salah satu faktor mengapa aktivitas seksualnya menurun. Tetapi responden 1 tetap beranggapan bahwa melakukan aktivitas seksual itu sangat penting dalam suatu ikatan pernikahan karena sudah menjadi satu kebutuhan bagi masing- masing pasangan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Fowers dan Olson 1989 ; 1993 bahwa penyesuaian seksual dapat menjadi penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak tercapai kesepakatan yang memuaskan. Kepuasan seksual dapat terus meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini dapat terjad i karena kedua pasangan telah memahami dan mengetahui kebutuhan mereka satu sama lain, mampu mengungkapkan hasrat dan cinta mereka, dan dapat membaca tanda-tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat tercipta kepuasan bagi pasangan suami isteri. g. Family and Friends Universitas Sumatera Utara Responden 1 mempunyai hubungan yang jauh lebih baik saat ini dengan keluarga dan teman-temannya. Responden 1 juga mengaku berhubungan baik dengan pihak keluarga dari pasangannya, ia mempunyai ibu mertua yang perhatian dan banyak membantu responden 1 diawal pernikahannya. Tetapi beberapa tahun belakangan ini responden merasa sangat tidak nyaman berhubungan dengan ibu mertuanya yang terlalu mencampuri kehidupan pernikahannya terutama masalah pendidikan agama anak-anak responden 1, tetapi rasa kesal dan tidak nyaman itu responden pendam karena tidak berani untuk berontak terhadap ibu mertuanya. Hal ini tidak sesuai dengan teori kepuasan pernikahan menurut Fowers dan Olson 1989 ; 1993 yang menyatakan bahwa aspek ini menunjukkan harapan untuk mendapatkan kenyamanan ketika berhubungan dengan teman dan keluarga. h. Children and Parenting Pola pengasuhan anak yang diterapkan responden 1 adalah otoriter, responden 1 mengaku mendidik anak-anak dengan sangat disiplin dan tidak mau memanjakan anak-anaknya. Sedangkan pasangan responden 1 terlalu memanjakan anak-anaknya dengan memberikan semua yang anak minta. Gaya pengasuhan yang berbeda ini membuat responden 1 selalu bertengkar dengan pasangannya. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fowers dan Olson 1989 ; 1993 yang menyatakan bahwa pentingnya kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak untuk meningkatkan kepuasan dalam pernikahan tersebut. i. Personality Issues Universitas Sumatera Utara Responden 1 merasa perubahan yang sangat signifikan dari pasangnnya adalah berkurangnya perhatian dari pasangannya terhadap diri responden 1 pribadi setelah memiliki anak, tetapi responden mengaku tidak menganggap hal itu menjadi masalah yang besar. Justru responden 1 berusaha unutk melihat perubahan tersebut dari sisi yang positif dan memahami perubahan tersebut dengan beranggapan bahwa pasangannya memang harus membagi perhatiannya untuk anak-anak mereka dan pekerjaannya. Hal sesuai dengan pernyataan Skolnick dalam Lemme, 1995 yang menyatakan bahwa salah satu kriteria penting dalam meningkatkan kepuasan dalam pernikahan adalah dengan menumbuhkan rasa saling memahami antar pasangan dan melengkapi kepribadian satu sama lain. j. Equalitarian Role Pasangan responden 1 tidak melarang apa pun yang ingin dilakukan oleh responden 1, tetapi pasangan responden 1 melarang responden 1 untuk bekerja mencari nafkah. Responden 1 mengaku saat ini sangat keberatan dengan pembagian peran orangtua dalam pengasuhan anak, ia merasa pasangannya terlalu membebankan tanggung jawab seutuhnya dalam hal pengasuhan anak kepada dirinya. Responden 1 juga merasa pasangannya seperti lepas tanggung jawab untuk mendidik anak-anak. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Fowers dan Olson 1989 ; 1993 yang mengatakan bahwa area ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam kehidupan pernikahan, fokusnya adalah pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan Universitas Sumatera Utara kepuasan pribadi oleh karena itu suami istri harus dapat bekerja sama menjadi rekan yang baik agar pasangan dapat merasakan kepuasan di dalam pernikahannya. Tabel 3. Gambaran Umum Responden II Responden bernama Ida bukan nama sebenarnya berusia 49 tahun. Ia berasal dari keluarga yang sangat berkecukupan, ida anak sulung dari dua bersaudara dan ia memiliki satu saudara laki-laki. Ida lahir dan besar di Jakarta, setelah lulus SMA ida nemutuskan untuk pindah ke kota Medan untuk meneruskan jenjang pendidikannya di perguruan tinggi setelah dirinya dinyatakan lulus seleksi sebagai mahasiswi disalah satu universitas negeri yang cukup bonafit di kota Medan. Tidak lama ida kuliah di Medan, ibunya mengenalkan ida dengan salah satu anak temannya yang juga kuliah di universitas yang sama dengan ida Keterangan Responden II Nama Ida Usia 49 Tahun Jumlah Anak 3 Orang Anak Agama Istri Islam Agama Suami Katolik Pendidikan Istri S1 Pendidikan Suami S1 Pekerjaan Suami Pegawai BUMN Universitas Sumatera Utara namun beda fakultas. Setelah ida dan pasangannya berkenalan, akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran karena merasa cocok satu sama lain. Selama berpacaran dengan pasangannya empat tahun, ida mengaku sudah mengenal pasangannya dengan baik. Ida mengatakan dari awal pacaran pasangannya memang tipe orang yang tertutup dan tidak mau banyak bicara. Setelah mendapatkan gelar S1 nya ida bekerja di salah satu kantor akuntan di kota Medan, sedangkan pasangannya bekerja di salah satu kantor pengacara di kota yang sama dengan ida. Setelah dua tahun ida bekerja akhirnya ida dan pasangan memutuskan untuk menikah. Awalnya Ayah ida sangat tidak merestui hubungan mereka, tetapi ibu ida sangat menginginkan ida dan pasangannya menikah, alasannya karena ibu ida sudah sangat mengenal keluarga pasangannya dengan sanagat baik dari dulu. Setelah ibu ida bisa meyakinkan Ayahnya bahwa pasangannya bisa menjamin kehidupan ida, akhirnya sang Ayah memberikan restu untuk ida dan pasangan dengan syarat ida tetap memeluk agama islam samapai akhir hayatnya. Ida menikah di usianya yang ke 26 tahun, jarak usia ida dan pasangannya 3 tahun. Pernikahan itu berlangsung disalah satu daerah di jawa dengan sederhana, ida menikah di rumah pasangannya dengan mengucap janji setia di depan kitab suci mereka masing-masing dan yang menikahkan mereka adalah Ayah mertuanya sendiri, dan Ayah ida yang menjadi saksi dipernikahan mereka. Ida mengaku sangat kesulitan ketika harus medaftarkan pernikahan mereka di KUA atau pun di kantor catatan sipil. Tetapi akhirnya solusi yang Universitas Sumatera Utara ditawarkan dari pihak kantor catatan sipil adalah dengan membuat kartu identitas ganda dengan memalsukan agama ida dan membayar beberapa pihak dengan jumlah yang tidak sedikit. Dan hal serupa juga dilakukan oleh pasangan ida dengan memalsukan identitas, tetapi ida menuturkan lebih sulit mengrus administrasi di KUA dari pada kantor catatan sipil.tapi ida mengaku tidak terlalu mempermasalahkan biaya, ida lebih melihat kedepan bagaimana nantinya kalau anak-anak mereka tidak memiliki akte lahir dan itu juga nanti akan mempersulit pendidikan anak-anaknya. Setelah mereka menggelar resepsi pernikahan yang sangat mewah, keesokan harinya pasangan ida mendapat surat panggilan kerja di salah satu perusahan perkebunan milik pemerintah yang berlokasi di Aceh. Dan saat itu juga ida memutuskan untuk berhenti bekerja dan lebih memilih ikut dengan pasangannya. Setahun setelah menikah ida dikarunia seorang anak perempuan. Dan sekarang ini ida telah memiliki tiga orang putra putri. Dua putrid ida yang pertama dan kedua lahir dan tumbuh dengan normal, tetapi putra ida yang ketiga lahir dengan abnormal istilah medisnya down syndrome. Ida mengaku sangat stress setelah melahirkan anak ketiganya, ida merasa seperti mendapat kutukan. Awalnya ida merasa sangat malu dan kecewa memiliki anak yang abnormal, tapi lama-kelamaan ida berusaha menerima dan tegar dengan cobaan yang diberikan, hal ini juga tidak lepas dari dukungan yang diberikan oleh pasangannya. Universitas Sumatera Utara Selama masa pernikahannya yang sudah hampir 23 tahun, ida mengaku memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan pasangannya. Pasangan ida merupakan orang yang sangat tertutup dan pendiam, tidak banyak hal yang mau ia bagi ke ida, ida jadi merasa seperti tidak dipercaya oleh pasangannya. “Hmm bapak itu gak banyak bicara win, persis seperti alm ayah saya, semua dipendam sendiri.” R2W1k. 133-134hal. 29 “Gak pernah cerita dia, ya dia simpen sendiri aja. Ibu pun terkadang takut liat bapak diam-diam gini, nanti bisa jantung.” R2W1k. 149-150hal. 29 “Yang pastinya perasaan saya kurang nyaman, bapak jadi terkesan tertutup atau justru saya ngerasa seperti tidak dipercaya karena kok bapak gak mau cerita ke saya. Tapi ya lama-lama saya terbiasa aja dengan gaya bapak yang kayak gitu, mau dibuat apa lagi kan, ya memang gitu orangnya.” R2W1k. 174-178 hal. 29-30 Ida merasa komunikasi dirinya dengan pasangan hanya satu arah, ia juga merasa komunikasi mereka sangat tidak efektif. Walau awalnya ida sudah tau kalau pasangannya memang sangat tertutup, tapi ida berharap nantinya setelah menikah ada perubahan yang terjadi, namun setelah berpuluh-puluh tahun mereka menikah pasangan ida tetap tidak merubah gaya komunikasinya. Universitas Sumatera Utara “Kalo ditanyak harapan saya maunya bapak terbuka lah, paling tidak mau cerita apa-apa yang dialami di kantor atau apa aja lah, jadi saya tau kan oh lagi ada masalah atau tidak.” R2W1k.180-182hal.30 “Kalo ditanyak harapan saya maunya bapak terbuka lah, paling tidak mau cerita apa-apa yang dialami di kantor atau apa aja lah, jadi saya tau kan oh lagi ada masalah atau tidak.” R2W1k.184-186hal. 30 Ida megakui bahwa pasangannya bukan orang yang hangat dengan keluarga, pasangannya juga tidak memiliki banyak waktu luang yang dihabiskan bersama keluarga. Pasangan ida lebih suka menghabiskan waktu luangnya dengan bermain tennis, setelah bermain tennis biasanya ida dan pasangan makan siang bersama dan menghabiskan sisa waktu luang mereka dengan menonton televisi di rumah. “Bapak sih sabtu pagi biasa tennis terus siang paling makan di rumah sama ibu sama rian, sore sampe malam biasa nonton tivi kami.” R2W1k. 208-210hal. 30 Dan biasanya setiap 2 minggu sekali ida bersama pasangannya melakukan perjalanan ke luar kota diwaktu luang mereka. Ida merasa sangat senang ketika melakukan perjalanan ke luar kota karena ia akan bertemu dan berkumpul bersama anak-anaknya yang lain. “Iya paling gitu aja lah tapi ibu sama bapak 2 minggu sekali selalu ke Medan liat kakak-kakak si rian disana.” Universitas Sumatera Utara R2W1k. 216-217hal. 30 “Perasaan saya ya biasa aja lah, paling saya senang kalau lagi pas mau jalan ke Medan kan, karena mau ketemu anak, terus kumpul gitu semua. Ya senang kalau udah bisa kumpul berlima.” R2W1k. 248-251hal. 31 Ida mengaku sangat jarang melakukan kegiatan ibadahnya, baik itu sholat lima waktu maupun puasa wajib. Ida merasa tidak ada perubahan dalam ibadahnya baik sebelum maupun sesudah menikah. Ida juga menyatakan bahwa dirinya memang tidak terlalu mengenal agama yang dianutnya tetapi ida tetap tidak akan pindah ke agama lain, karena ida percaya dengan agama yang dianutnya. “Gini ya win, jujur saya jarang sekali sholat atau puasa, atau kegiatan religi lainnya lah, tapi saya islam dari lahir dan saya mau saya mati pun tetap islam.” R2W2k.16-18hal. 32 “Karena saya percaya islam agama paling benar di dunia ini. Dulu ibu saya sebelum akhirnya mau masuk islam, dia nanyak sama ulama besar di jawa sana kenapa ulama itu meluk islam? Jawab ulama itu karena semua terjadi di dunia udah tertulis di Al-quran dan itu kitab sucinya orang muslim jadi gak ada lagi yang perlu diperdebatkan, karena Allah SWT maha tahu atas segala yang terjadi. Yaudah gitu dan ibu saya masuk islam sampai sekarang.” R2W2k.29-36hal.32 Universitas Sumatera Utara “Ya gimana ya win, saya juga memang percaya dengan islam, gak pernah ada terlintas sedikit pun niat saya buat pindah. Saya juga inget janjin saya sama alm. Ayah saya.” R2W1k. 41-43hal. 33 Menurut pengakuan ida, ia beberapa kali diminta oleh mertua dan anak sulungnya untuk pindah agama, tetapi ida selalu menolak. Begitu juga sebaliknya, ida pernah memaksa pasangannya untuk pindah keagama ya dianutnya, tetapi pasangannya menolak. Namun dari lubuk hati yang terdalam ida menyimpan harapan agar nantinya suami dan anak-anaknya mau ikut menganut agama yang sama dengan ida. “Kalau bapaknya sih gak pernah tapi mertua saya dan anak saya yang besar sering.” R2W2k. 26-27hal. 32 “Pernah tapi dia gak mau.” R2W2k. 60hal. 33 “Mmm..Harapan saya sih nantinya bapak sama semua anak-anak saya bisa meluk satu agama aja, biar nanti ketemu lagi di alam yang beda, cuman itu kok.” R2W3k. 5-7hal. 38 Universitas Sumatera Utara Ida mengaku jarang bertengkar dengan pasangannya karena biasanya pasangan ida lebih memilih untuk diam atau pergi ketika ida sedang marah. Tetapi justru ida merasa permasalahan-permasalahan yang terjadi itu dipicu oleh komunikasi pasangannya yang tidak mau terbuka. “Ya kalau masalah itu pasti ada aja kan, tapi memang saya jarang betengkar sama bapak, ya gimana mau betengkar kan bapak aja ngomong jarang. R2W2k. 70-72hal. 33 “Ya itu karna jarang mau cerita, gak pernah mau cerita apa gitu tadi kejadian di kantor atau kejadian apa aja lah, kalau di tanyak jawabnya gak apa-apa kok, aman katanya. Tapi kan saya istri nya jadi ada naluri yang bisa saya rasain.” R2W2k. 74-77hal. 33 Selain permasalahan komunikasi, ida dan pasangan biasanya bertengkar karena adik-adik dari pasangannya sering bersikap buruk terhadap ida dan putra bungsunya, tetapi dilain sisi adik-adik dari pasangan ida justru sering meminjam uang ke pasangan ida tanpa sepengetahuan ida, dan hal ini juga sering menjadi masalah antara ida dan pasangan, yang akhirnya timbul rasa tidak dihargai oleh pasangannya. “Ohh masalah keluarga biasanya. Adik-adik bapak itu win musuhin saya dari dulu, Cuma mertua saya aja yang baik, mungkin karna beda agama ya. Sampe-sampe itu si rian ya ampun dijahatin terus sama keponakan- keponakan bapak. Anak saya yang nomor dua itu benci kali liat tante-tante nya, Cuma anak saya yang besar bisa cocok kekeluarga itu.” Universitas Sumatera Utara R2W2k. 81-86hal. 33-34 “Sering juga win, soalnya adik-adiknya itu sering minjem uang atau ada perlu apa gitu ke bapak, si bapak pun gak pernah cerita ke saya, jadi kalo pas ketauan gitun kan, betengkar kami. Saya jadi ngerasa gak dihargai gitu. “ R2W2k. 93-96hal. 34 Setiap masalah-masalah yang terjadi, ida mengaku ia dan pasangan tidak pernah membahas atau mencoba menyelesaikannya. Justru masalah-masalah itu selesai dengan seiringnya waktu berjalan. Sebenarnya ida merasa sangat tidak puas dengan metode penyelesaian seperti ini, tetapi ida juga tidak mungkin memaksa pasangannya untuk berbicara. “Ya ilang dengan sendirinya, biasanya kalau udah betengkar, papa nya rian pergi keluar.” R2W2k.103-104hal. 34 “Ya kalau dibilang puas atau gak? Ya pasti ibu gak puas, tapi memang dari dulu udah kayak gitu win, ibu juga gak bisa maksa bapak untuk ngomongkan. Jadi yaudah mau diapain lagi.” R2W2k.112-115hal. 34 Saat ini ida mengaku dirinya memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan kelurga pasangannya, hal ini dipicu oleh pembagian harta warisan yang Universitas Sumatera Utara tidak sama jumlahnya. Ida merasa adik iparnya sangat cemburu dengan jumlah yang diterima ida dan keluarga lebih besar ketimbang adik-adik iparnya, tetapi ida mengaku itu sesuatu yang wajar dikarenakan pasangan ida yang merupakan satu- satunya anak laki-laki dikeluarga. “Kalau dengan ibu dan ayahnya, hubungan saya baik tapi kalau dengan saudara-saudaranya kurang harmonis lah.” R2W2k. 210-211hal. 36 “Iya gak ada, tapi apa mungkin karna bagi harta itu. Ayah mertua saya udah sakit, jadi bagi harta langsungkan dari sekarang, kebetulan papa rian paling tua, laki-laki sendiri pulak, jadi ya lebih besar buat kami, mungkin ada yang gak terima lah. Atau mungkin karna rian sakit kan, atau karna saya beda agamanya.” R2W2k. 222-227hal.36-37 Selain hubungannya yang tidak harmonis dengan keluarga pasangannya, ida juga tidak menjalin hubungan yang dekat dengan teman-teman disekitar tempat tinggalnya. Ida mengaku saat ini hanya memiliki dua orang teman yang merupakan tetangga-tetangga dekat. Ida beralasan pernikahannya yang berbeda agama sering menjadi omongan orang-orang disekelilingnya, dan hal itu membuat ida merasa sedikit minder ketika harus berinteraksi dengan orang banyak. Semenjak anak-anaknya mulai tumbuh dewasa, ida lebih sering mencurahkan isi hatinya ke anak-anaknya. Universitas Sumatera Utara “Waktu saya kerja dulu teman saya banyak, tapi kalau sekarang ini saya Cuma punya 2 orang.” R2W2k. 234-235hal. 37 “Saya disini gak bergaul, paling teman saya juga Cuma tetangga samping ma depan ini aja.” R2W2k. 237-238hal. 37 “Yah namanya juga lingkungan komplek ya, saya juga kan gak pernah ikut acara apa pun disini, males kalau ibu-ibu sini mulai nanyak-nanyak gitu.” R2W2k. 240-242hal. 37 “Yah wina tau kan ini Aceh gitu, pernikahan ibu bapak beda agama, jadi mungkin agak aneh buat mereka.” R2W2k. 244-245hal. 37 “Gak juga tapi memang rasa minder juga ada. Tapi rian juga sakit, ya semua lah… R2W2k. 247-248hal. 37 “Orangtua saya, tapi kalau curhat dalam banget gak ada. Eh tapi semenjak anak-anak saya udah gedek gini, saya justru sering curhat sama mereka, terutama yang nomor dua itu.” R2W2k. 250-252hal. 37 Universitas Sumatera Utara Keadaan ekonomi kelurga ida saat ini sangat baik, menurut ida semuanya serba berkecukupan. Selain pendapatan perbulan pasangannya juga besar, ida dan pasangan juga memiliki warisan yang diberikan oleh keluarga mereka masing- masing. “Kalau keuangan syukur sih kecukupan semua, gak ada yang kurang win.” R2W2k. 120-121hal. 34 “Iya syukur win, lagian juga kan ibu ada lah kalau warisan dari orangtua.” R2W2k. 123-124hal. 34 Ida merasa sangat bersyukur dengan ekonomi kelurganya yang sangat baik dan kepercayaan yang diberikan pasangannya untuk mengatur keuangan mereka. Pasangan ida menyerahkan semua pendapatannya ke ida tanpa terkecuali. Ida mengaku bisa dengan bebas menggunakan uang tersebut tanpa harus berdiskusi dulu dengan pasangannya. “Iya win, syukur kali ibu dikasi kepercayaan sama bapak” R2W2k.129hal. 34 “Iya suka hati ibu, bapak sih percaya-percaya aja.” R2W2k. 131hal. 34 Universitas Sumatera Utara “Gak, bapak juga gak pernah tanyak, yang penting semua lancar-lancar aja gak ada yang kurang, apa lagi untuk anak-anak.” R2W2k. 134-136hal. 34 Di usianya yang hampir kepala lima ida mengaku aktivitas seksnya saat ini mulai menurun. Ida merasa faktor usia yang membuatnya sekarang ini jarang berhubungan badan dengan pasangannya. Tetapi ida mengakui bahwa seks itu merupakan hal terpenting dalam satu pernikahan. “Kalau sekarang-sekarang ini sih udah sangat-sangat jarang berhubungan badan. “ R2W2k. 151-152hal. 35 “Gak juga, palingan ada 2 minggu sekali win.” R2W2k. 156-157hal. 35 “Saya pribadi ngerasa itu hal terpenting, karena dengan begitu kita bisa punya keturunan. Toh kita menikah juga kan tujuannya punya anak.” R2W2k. 173-175 hal. 35 Ida mengatakan dirinya dan pasangan sepakat untuk merencanakan setiap kelahiran anak. Awalnya ida dan pasangan berencana memiliki dua anak saja, tetapi ternyata yang di Atas memberi lebih untuk keluarganya. Universitas Sumatera Utara “Oh iya, saya awalnya sama suami sepakat cuma punya anak dua aja, jaraknya pun memang gak terlalu jauh, biar nanti besarnya juga sama, tapi ternyata yang di Atas ngasi lebih sama kami, ya diterima.” R2W2k. 178-181hal. 36 Saat ini ida memiliki tiga orang putra-putri, dan ida mengaku dirinya lah yang lebih berperan dalam pengasuhan anak-anaknya, tetapi ida tidak merasa keberatan karena ia berfikir mengasuh anak memang sudah tugas dari seorang ibu. Ida mendidik anak-anaknya dengan menerapkan gaya demokrasi, anak-anak dibebaskan melakukan yang mereka suka tapi tetap dalam pengawasan orangtua. “Ya demokrasi aja. Anak-anak saya bebasin kok, tapi tetap saya control.” R2W3k. 13-14hal. 38 “Kalau umpakan dengan angka ni, sekitar 80 saya, 20 bapak.” R2W3k.17-18hal. 38 “Iya mungkin juga karna saya yang 24 jam di rumah kan sama mereka, kalau bapak kan sibuk, apa lagi dulu masih sering dinas-dinas keluar kota.” R2W3k. 20-22hal. 38 Universitas Sumatera Utara “Saya gak keberatan karna saya piker ya tugasnya ibu itu di rumah jaga anak-anak. Sebenarnya gini win, saya cuma gak mau aja nanti anak-anak kurang perhatian, apa lagi dengan tipe bapak yang gak hangat, kaku, pendiam pulak, jadi saya harus kerja ekstra istilahnya biar anak-anak gak jadi anak yang kaku.” R2W3k. 25-29hal. 38 Ia mengaku saat ini memiliki sedikit masalah untuk mengontrol anak bungsunya yang mulai tumbuh remaja. Ida juga merasa sangat stess kalau membayangkan kehidupan anak bungsunya ke depan bagaimana setelah dirinya tidak ada nanti, karena ida merasa anak-anaknya yang lain tidak perduli dengan si bungsu. “Kalau sekarang ini sih gak ada masalah dengan kakak-kakaknya rian, tapi ya justru saya agak susah ngontrol rian kalau dia udah marah. Sekarang kan dia udah remaja ya, jadi saya juga gak bisa buat dia kayak anak kecil lagi, tapi sebenarnya dia juga gak bisa saya perlakukan seperti remaja normal, terkadang ini yang buat saya stress karna bapak kurang ambil peduli gitu sama dia, yah gitu lah.” R2W3k. 36-42hal 38-39 “Iya terkadang saya suka stress karna udah mulai tua ni, gimana kalau saya nanti udah gaka ada, umur kan gak ada yang tau ya, si rian sama siapa, bapaknya aja gak bisa ngerti dia, kakak-kakaknya juga kurang peduli sama dia, sedih saya kalau mikir itu.” R2W3k. 44-48hal. 39 Universitas Sumatera Utara Begitu juga dengan pasangannya yang tidak mau terlalu berperan dalam mengasuh anak-anak. Ida mengaku saat ini mulai keberatan kalau hanya dirinya yang berperan lebih besar dalam mengasuh anak. Selain itu juga ida merasa pasangannya kurang berperan dalam mengatur dan memperbaiki barang-barang yang rusak di rumah. Tetapi ia mengaku tidak terlalu mempermasalahkannya, justru ida berharap pasangannya mau lebih berperan aktif untuk mengasuh anak- anak mereka terutama rian. “Mmm kalau itu mungkin kurang imbang karna peran saya yang lebih besar dari pada bapak.” R2W4k. 50hal. 42 “Dan saya rasa juga kebanyakan memang ibu yang megang peran lebih besar untuk anak.” R2W4k. 53-54hal. 42 Gak, bapak sih kurang mau tau kalo urusan rumah, biasanya saya yang urus keperluannya semua.” R2W4k. 57-58hal. 42 “Iya mau itu ntah atap bocor atau dinding mulai terkelupas, ya saya semua yang urus sampai bagus lagi.” R2W4k. 60-61hal. 42 Universitas Sumatera Utara “Gak, semua terserah saya. Maunya kan kalau yang gitu-gitu jadi urusan laki-laki ya.” R2W4k. 71-72hal. 42 Ida merasa tidak ada perubahan secara drastis dengan pasangannya baik sebelum atau setelah menikah. Pasangannya tetap menjadi pribadi yang dingin dan pendiam. Tetapi disisi lain ida senang karena pasangannya tetap ingat dan sering membelikan barang-barang yang ida suka ketika sedang berada di luar kota. Sedangkan ida pribadi merasa dirinya mengalami perubahan yang sangat drastis setelah memiliki anak. Ia mengaku menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab. “Saya rasa sama-sama aja dulu dengan sekarang, tapi kalau sekarang mungkin waktu bapak yang habis di luar rumah, jadi perhatiannya juga berkurang untuk orang rumah.” R2W4k. 18-20hal. 41 “Kepribadian bapak ya memang dari dulu tertutup gitu win, sampai sekarang pun masih gitu.” R2W4k. 23-24hal. 4 “Udah gak ada lagi lah, tapi yang belum berubah, papa nya rian itu kalau lagi keluar sering beli makanan yang ibu suka, atau kalau keluar kota ya, suka beli barang-barang untuk ibu. Dulu pas pacaran juga sering gitu, sampai sekarang itu sih yang gak berubah.” R2W4k. 30-34hal. 41 Universitas Sumatera Utara “Ohhh.. kalau saya sih jadi lebih bertanggungjawab gak Cuma dengan diri saya tapi dengan tugas-tugas saya sebagai ibu. Apalagi setelah ada rian, saya jadi lebih punya tugas yang berat dan saya maunya tugas itu bisa baik saya selesaikan.” R2W3k. 108-111hal. 40

C. PEMBAHASAN 2.