Gambaran Kepuasan Perkawinan Pada Istri yang Memiliki Pasangan Beda Agama

E. Gambaran Kepuasan Perkawinan Pada Istri yang Memiliki Pasangan Beda Agama

Kepuasan perkawinan yang dirasakan oleh setiap pasangan berbeda-beda, kepuasan di dalam perkawinan merupakan perasaan subjektif dan cenderung berubah mengikuti siklus kehidupan perkawinan. Layaknya pasangan suami istri pada umumnya, pasangan beda agama juga mengharapakan kepuasan dalam perkawinan dan mempunyai penilaian terhadap kepuasan perkawinan itu. Dilihat dari aspek kepuasan perkawinan menurut Olson Fowers 1989; 1993, salah satu aspek yang dapat mengukur kepuasan adalah agama. Agama memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap terhadap perkawinan dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan perkawinan Clark, 1998. Masing-masing agama mempunyai tata cara sendiri dalam pelaksanaan ibadahnya. Perbedaan tata cara ini bisa menimbulkan permasalahan diantara pasangan. Dibutuhkan toleransi yang sangat besar untuk membiasakan diri dengan perilaku ibadah yang berbeda dari yang biasa dilakukan seseorang Rosenbaum Rosenbaum, 1999. Masalah juga dapat timbul ketika hari raya tiba. Menurut Shaw 1999, hari raya dapat menyebabkan masalah bagi pasangan beda agama, termasuk perbedaan tradisi masing-masing pihak. Hal-hal kecil seperti pohon Natal, perjamuan hari raya, dan makanan hari raya dapat mendatangkan masalah diantara pasangan Rozakis, 2001. Universitas Sumatera Utara Faktor lain yang berpotensi menjadi masalah bagi pasangan beda agama adalah kehadiran anak. Anak sangat mempengaruhi kepuasan perkawinan, ketika anak lahir maka pasangan akan mengalami dilemma dalam menentukan upacara ritual apa yang akan dilakasanakan, nama yang diberikan pada anak, serta pendidikan anak. Baik suami ataupun istri memiliki keinginan yang kuat agar si anak bisa ikut bersama keyakinannya. Hal ini lah yang akan memicu konflik pada pasangan beda agama. Pada umumnya istri lebih sensitif daripada suami dalam menghadapi masalah-masalah mengenai kehidupan perkawinannya. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Burr, 1970; Komarovsky, 1967; Renne, 1970 dalam O’Leary, Unger Wallstone, 1985 yang menemukan hasil bahwa suami menunjukkan kepuasan perkawinan yang lebih tinggi dibandingkan istri. Istri yang mengasuh dan menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak dirumah. Istri atau biasa disebut ibu oleh anak, akan mengajarkan perilaku baik atau buruk berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Yob 1998, agama yang dianut seseorang berperan sebagai dasar yang mempengaruhi nilai yang dianut, apa yang dianggap baik dan buruk, benar dan salah oleh orang tersebut. Inilah yang menjadikan masalah-masalah di dalam kehidupan perkawinan lebih kompleks dirasakan oleh istri yang memiliki pasangan beda agama. Di dalam setiap perkawinan baik yang memiliki pasangan seagama atau pun berbeda agama pasti memiliki tujuan untuk membentuk keluarga yang Universitas Sumatera Utara bahagia yang berujung pada kepuasan perkawinan yang dirasakan oleh pasangan baik istri maupun suami Ginanjar, 2002. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam suatu penelitian ilmiah, karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan Hadi, 2003. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif untuk mengetahui bagaimana gambaran kepuasan perkawinan pada istri yang memilki pasangan beda agama.

A. Pendekatan Kualitatif