Deskripsi Data Analisa Data Gambaran Umum Responden

BAB IV ANALISA DATA DAN INTERPRETASI Pada bagian ini akan diuraikan hasil wawancara dalam bentuk narasi. Untuk mempermudah pembaca memahami aspek kepuasan pernikahan maka data akan dijabarkan, dianalisa, dan diinterpretasi per-subjek. Interpretasi akan dijabarkan dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam pedoman wawancara.

A. Deskripsi Data

Peneliti melakukan wawancara terhadap 3 orang responden dan melalukan wawancara masing-masing sebanyak 4 kali. Peneliti melakukan rapport disetiap pertemuan dengan tiap-tiap responden. Adapun perincian pertemuan perincian pertemuan peneliti dengan ketiga responden sebagai berikut : Tabel 1. Waktu Wawancara Responden 1 Opening = 10 menit Hari kamis, 30 September ; pukul 15.00-17.20 WIB Body = 120 menit Closing = 10 menit Responden 1 Opening = 10 menit Hari Selasa, 5 Oktober ; pukul 12.00-14.20 WIB Body = 120 menit Universitas Sumatera Utara Closing = 10 menit Responden 1 Opening = 10 menit Hari Minggu, 10 Oktober ; pukul 19.15-21.15 WIB Body = 100 menit Closing = 10 menit Responden 1 Opening = 5 menit Hari Rabu, 10 November 2010; pukul 12.30-14.00 WIB Body = 80 menit Closing = 5 menit Responden 2 Opening = 20 menit Hari Jumat, 15 Oktober ; pukul 10.00-12.20 WIB Body = 110 menit Closing = 10 menit Responden 2 Opening = 5 menit Hari Sabtu, 23 Oktober ; pukul 10.00-11.50 WIB Body = 95 menit Closing = 10 menit Responden 2 Opening = 5 menit Hari Sabtu, 30 Oktober ; pukul 11.00-12.00 WIB Body = 50 menit Closing = 5 menit Responden 2 Opening = 5 menit Hari Minggu, 31 Oktober ; pukul 11.00-12.15 WIB Body = 60 menit Closing = 10 menit Universitas Sumatera Utara Responden 3 Opening = 20 menit Hari Senin, 1 November ; pukul 12.00-14.10 WIB Body = 100 menit Closing = 10 menit Responden 3 Opening = 5 menit Hari Senin, 8 November ; pukul 15.00-16.30WIB Body = 80 menit Closing = 5 menit Responden 3 Opening = 5 menit Hari Sabtu, 13 November; pukul 16.00-17.00 WIB Body = 45 menit Closing = 10 menit Responden 3 Opening = 5 menit Hari Rabu, 24 November ; pukul 17.00-18.20 WIB Body = 65 menit Closing = 10 menit

B. Analisa Data Gambaran Umum Responden

Tabel 2. Gambaran Umum Responden 1 Keterangan Responden 1 Nama Repi Universitas Sumatera Utara Usia 38 Tahun Jumlah Anak 2 Orang Putri Agama Istri Islam Agama Suami Protestan Pendidikan Istri S1 Pendidikan Suami Tamat SMA Pekerjaan Suami Wiraswasta Repi bukan nama sebenarnya seorang wanita berdarah batak mandailing yang berusia 38 tahun dan telah menikah dengan seorang lelaki yang menganut paham kepercayaan yang berbeda dengan dirinya, repi beragama Islam sedangkan suaminya beragama Kristen Protestan. Repi merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara. Repi menamatkan pendidikan S1-nya dengan mengambil jurusan Management disalah satu Universitas islam swasta di kota Medan. Keluarganya merupakan keluarga yang taat beragama. Ayahnya adalah salah satu tokoh agama yang dituakan di lingkungan rumahnya. Didikan sang Ayah sangat otoriter, setiap anak tidak bisa dengan leluasa mengemukakakan pendapatnya. Karena didikan sang Ayah yang sangat keras dan otoriter, repi merasa tumbuh menjadi gadis yang tertutup. Repi mulai mengenal pasangannya saat duduk dibangku kuliah tingkat kedua, ia mengenal pasangannya dari salah seorang temannya yang juga kuliah dijurusan yang sama. Perkenalan pertama itu terjadi pada saat pasangannya datang Universitas Sumatera Utara ke kampus repi karena ingin bertemu dengan teman repi, selanjutnya pasangannya merasa tertarik dan akhirnya ia dan pasangannya pun mulai pacaran. Masa pacaran yang hampir 6 tahun mereka jalani membuat repi banyak tau tentang pasangannya, dan merasa yakin untuk melangkah kejenjang hubungan yang lebih serius. Diawal masa pacaran repi sudah tau konsekuensi apa yang akan dia alami nantinya, tetapi repi tidak pernah berpikir akan sampai menikah dengan lelaki yang berbeda agama dengan dirinya. Pihak keluarga repi sangat menentang hubungan mereka dari awal perkenalan, terutama orangtua repi yang sangat kecewa dengan keputusan repi berani menerima pasangannya sebagai pacar. Repi menikah saat usianya 25 tahun. Tentangan keras dari keluarganya tidak menjadi halangan bagi repi untuk menikah dan hidup bersama pasangannya. Pernikahan beda agama yang dijalani repi berlangsung di luar kota Medan. Pernikahan itu sendiri berlangsung tanpa dihadiri oleh pihak keluarga repi, karena pada saat repi meminta izin kepada orangtuanya untuk menikah dengan pasangannya justru orangtuanya menolak dengan keras dan ingin memisahkan repi dengan pasangannya. Setelah tidak mendapat restu, akhirnya repi memberanikan diri untuk pergi dari rumah tanpa ijin dan menikah dengan pasangannya di luar kota. Repi mengakui sangat sulit mengrurus administrasi untuk melangsungkan pernikahan beda agama di Indonesia, karena Indonesia tidak mengakui adanya pernikahan beda agama. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dulu dari pihak Universitas Sumatera Utara mempelai, dan tidak bisa sembarang orang yang menikahkan pasangan beda agama. Repi menikah secara protestan tetapi tanpa pembaptisan. Pernikah itu berlangsung tidak di dalam gereja tetapi di halaman salah satu rumah keluarga dari pihak mempelai laki-laki. Pendeta yang menikahkan mereka merupakan keluarga dari pihak laki-laki. Untuk bisa mendaftarkan pernikahan mereka ke catatan sipil, repi harus membuat kartu identitas baru yang menyatakan bahwa dirinya beragama protestan. Setelah pernikahan itu berlangsung, repi kembali ke Medan dan tinggal bersama mertuanya karena pada saat itu pasangan repi belum memiliki rumah pribadi. Repi mengakui mertuanya sangat sayang dan baik padanya. Selama masih tinggal bersama mertuaya, repi mengaku tidak pernah menjalankan kegiatan ibadah demi menjaga perasaan pasangan dan mertuanya. Repi juga mengakui rumah tangganya hampir hancur karena mertuanya yang terlalu ikut campur masalah anak-anaknya. Tapi perceraian itu tidak terjadi karena keteguhan pasangan repi yang ingin mempertahankan rumah tangga yang utuh. Setelah 3 tahun menikah dan memiliki seorang anak, repi memberanikan diri untuk pulang dan meminta maaf kepada keluarganya. Repi sudah siap dengan semua konsekuensi yang akan dia terima atas perilakunya, dan ternyata benar kalau ibunya sangat marah bahkan sampai mengusir repi dan cucunya dari rumah. Setelah kejadian itu repi tidak lagi berani datang ke rumah ibunya. Selang setahun kemudian repi kembali memberanikan diri untuk datang ke rumah Universitas Sumatera Utara orangtuanya tepat dihari raya Idul Fitri, dan akhirnya ibu beserta keluarga repi memaafkan dan mau menerima repi menjadi bagian dari keluarga mereka kembali. Saat ini repi lebih memilih menjadi ibu rumah tangga yang lebih fokus untuk mengurus keperluan anak-anaknya, sedangkan suami repi berprofesi sebagai pengusaha yang bergerak dibidang properti. Keseharian repi lebih banyak dihabiskan di rumah dengan kedua putrinya. Repi mengakui dengan profesi pasangannya yang tidak memiliki jadwal kerja tetap membuat mereka jarang bertemu dan berkumpul bersama. Tetapi itu tidak menjadi masalah yang cukup besar dalam mereka berkomunikasi satu sama lain. Saat ini ekonomi kelurga repi masuk dalam golongan menengah ke atas, repi memiliki dua rumah di kota Medan. Dulunya pasangan repi sering menginap di rumah yang berbeda dengan rumah yang repi tempati bersama anak-anaknya, tetapi setelah rumah yang satu itu disewakan kurang lebih sudah empat tahun, sekarang pasangan repi setiap hari pulang ke rumah yang repi dan anak-anak mereka tempati. Biasanya dulu sebelum rumah mereka disewakan, pasangan repi seminggu dua kali pasti akan menginap di rumah itu. Repi mengakui walau dulu setiap hari mereka belum tentu bisa tidur dalam satu kamar, tetapi komunikasi repi dengan pasangan sampe sejauh ini lancar- lancar saja sama seperti pasangan-pasangan lainnya. Karena walau malam hari suami repi pindah ke rumah mereka yang lain, tetapi dalam satu hari itu mereka Universitas Sumatera Utara pasti bertemu, pasangan repi pasti akan datang ke rumah yang repi dan anak-anak mereka tempati. “Oh iya rumah te emang ada dua, di komplek TPI satu lagi. Itu dulu sih win si om jarang tidur disini karena jaga rumah yang sana. Kalo sekarang sih rumah itu kan udah disewa jadi si om ya disini sama tante.” R1W1k. 8-11hal. 22 “Empat tahun belakangan ini lah udah sama, rumah itu enam tahun yang lalu kami beli jadi selama dua tahun lah si om jaga disana tapi itu pun seminggu dua kali aja si om tidur sana.” R1W1k. 13-15hal. 22 “Ya ketemu la win kalo si om gak keluar kot a ya. Si om pun malam aja kesananya, diatas jam sebelas lah.” R1W1k. 17-19hal. 22 “Ya gitu lah, ya memang beda ya standar lancar menurut orang dengan lancar menurut tante. Tapi ya memang tidak ada masalah dalam komunikasi te sama si om.” R1W1k. 24-26hal. 22 Menurut pengakuan repi komunikasi yang mereka bangun cukup baik, mereka menceritakan hal apa saja yang terjadi selama satu harian beraktivitas, dan menceritakan apa yang mereka rasakan terhadap pasangan, biasanya mereka akan Universitas Sumatera Utara menceritakan hal-hal yang tidak terlalu penting saat makan, dan hal-hal yang penting saat mereka berada di kamar tidur. “ya apa ya? Semua lah, nanti dia kalo baru pulang gitu sukak nanyak masak apa ma? Udah bisanya dimakan? Yauda pas makan itu biasanya kami ngobrol, ntah itu si om baru menang proyek bangunan gitu kan, te pun cerita lah ada kejadian apa aja hari ini, semua la win. Kalo masalah- masalah penting biasanya kami ngobrol pas malam mau tidur.” R1W1k.109-115hal. 3 “iya semua te omongin, termasuk uang zakat fitrah pas lebaran itu, si om ikut bayarnya. Atau misalnya te cemburu ma salah satu karyawan perempuan di toko, te omongin ma si om, alhamdulillah tanggapan nya itu enak, jadi awak pun mikir positif kan. Karena emang semua udah diomongin dari awal, ya baik-baik aja lah semua te rasa.” R1W1k. 124-130hal. 3 Pada saat pasangan repi sedang berada di luar rumah, biasanya mereka akan berkomunikasi menggunakan telfon seluler untuk menyampaikan hal-hal yang penting. Repi mengaku sudah sangat puas dengan gaya komunikasi yang diterapkan saat ini, yaitu gaya komunikasi yang terbuka dan saling jujur dengan pasangan. “Ya te tinggal telfon aja, lagian juga kan gak jauh sih kak, di ringroad itu kok.” R1W1k. 21-22hal. 22 Universitas Sumatera Utara “ohhh kalo masalah kecil kayak adek-adek sakit demam gitu te sms aja biasanya, tapi kalo masalah besar ntah itu ada orang asing ke rumah minta ini itu, baru te telfon suru pulang. Si om terbuka masalah apa pun ma te, uang atau apalah semua dia percayakan ma tante.” R1W1k. 118-122hal. 3 “alhamdulillah te puas-puas aja kok, yang penting jujur ma saling terbuka aja. Apa lagi yang mau ditutup-tutupi kan?” R1W1k. 133-135hal. 4 Repi mengakui kesibukan pasanganya membuat mereka tidak banyak waktu untuk menghabiskan kegiatan bersama. Pasangannya hanya memiliki waktu yang senggang dihari minggu saja, hari lainnya dihabiskan untuk bekerja di luar rumah. Kegiatan keluarga repi dihari minggu pagi biasanya pasangan dan anak-anak mereka pergi ke gereja untuk ibadah, sedangkan repi tetap di rumah untuk membereskan rumah, siang setelah pasangan dan anak-anaknya pulang dari gereja mereka pergi ke suatu mall dan menghabiskan weekend mereka disana. Kegiatan bersama yang dilakukan di luar rumah seperti makan siang bersama, nonton film di biosokop, dan belanja. “gak win, si om sibuk kali. Di rumah penuh Cuma minggu aja, laennya di luar rumah terus. Tapi dia selalu sms kan kadang telfon bilang lagi dimana gitu, jadi te percaya aja.” R1W1k. 138-140hal. 4 Universitas Sumatera Utara “oh si om kalo minggu pagi pergi ke gereja ma adek-adek, te nunggu di rumah sampe siangan gitu kan, beres-beres biasanya te. Terus kalo mereka pulang ya paling makan di luar la sama-sama, bawak adek-adek jalan ntah itu ke mall atau beli jajanan gitu di carefour.” R1W1k. 148-152hal. 4 Repi juga mengatakan awalnya sedikit memprotes jam kerja pasangannya yang terlalu sibuk, tapi lama kelamaan repi menerima dan terbiasa dengan jam kerja pasangannya yang terlalu padat. Repi juga mengatakan bahwa dirinya sekarang lebih mementingkan kualitas dari kebersamaan itu daripada kwantitasnya, kegiatan apa pun itu baik di luar rumah atau kegiatan bersama yang dilakukan di dalam rumah asal berempat repi sangat bahagia dan merasa menjadi manusia yang lebih sempurna. “Awalnya iya, tapi kalo sekarang ya gak lah, mau cemana lagi karna emang gitu jam kerja dia.” R1W1k. 142-143hal. 4 “iyalah nonton sering juga sih. Ohh kalo di rumah si om mau tu bantuin lap-lap kaca rumah, ntik tante yang nyapu gitu atau biasanya nonton tivi sama kami. Nanti si om pulang-pulang udah bawa kaset film, ada hantu lah, perang lah, macem-macem lah.” R1W1k. 156-160hal. 4 Universitas Sumatera Utara “ya alhamdulillah disyukuri win, puas kok tante. Walau cuma satu hari atau lima hari yang penting kualitasnya itu, bisa seharian sama-sama kan enak, adek-adek pun senang jadinya.” R1W1k. 168-172hal. 4 Repi merasa sekarang ini dirinya menjadi individu yang lebih taat beragama dan lebih sering menjalankan kegiatan ibadahnya setelah menikah dengan pasangannya yang berbeda agama, justru sebelum menikah dengan pasangannya repi mengaku dirinya sangat jarang beribadah. Tetapi memang diawal perkawinan repi menyimpan rasa segan dan lebih memilih tidak beribdah demi menghormati pasangan dan keluarga pasangannya. Alasan repi mulai rajin beribadah setelah menikah dengan pasangannya yang berbeda agama adalah karena tidak ada lagi tempat mengadu selain yang di Atas, sebab keluarga repi sudah tidak mau tau dengan repi. “ya semenjak kami tinggal sama te risih la, segan pun kalo mau sholat tapi justru lama-kelamaan malah si om yang nyuruh te sholat, nanyak dia, kok gak sholat-sholat rep? Ya te bilang aja kalo te rada segan, tapi lama kelamaan ya te kayak islam biasanya lah. Sholat lima waktu, sholat taraweh, puasa juga, adek-adek pun sekarang mulai te ajarin puasa.” R1W1k. 184-190hal. 5 “jujur ya win, dulu sebelum te menikah sama si om, te jarang kali sholat, sampe te pernah dipukul sama orangtua sangkin malasnya sholat, tapi kalo puasa atau taraweh te rajin. Sekarang-sekarang ini te baru rajin sholat, setelah menikah lah karena gak ada lagi tempat te ngadu kalo gak sama Universitas Sumatera Utara yang di Atas. Sama mama atau kakak-kakak te kan gak mungkin, mereka saja tidak merestui pernikahan te.” R1W1k. 271-278 hal. 7 Selama menjalani pernikahannya repi mengaku tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada pasangan maupun anak-anaknya agar mau ikut dengan agama yang dianutnya. Tetapi repi memiliki harapan agar kelak nanti pasangan dan anak-anaknya mau ikut masuk ke dalam agama repi, karena menurut pengakuan repi dirinya sangat kurang nyaman atau kurang kusyuk melakukan kegiatan ibadah ketika pasangannya sedang ada didekatnya atau sedang di rumah. “gak ada komplen-komplen dia sejauh ini, te juga gak paksain anak-anak sampe penuh, setengah hari aja dulu. Puasa kan buat kita sehat, itu yang te bilang ke adek-adek.” R1W1k. 191-194hal. 5 “gak win, dia pun ngerti juga kan, banyak tanyak juga dia tentang islam tapi mungkin hatinya belum ada keputusan untuk sampe pindah. Tapi kalo ngaji sampe sekarang ini te dalam hati, gak bisa keluar suara te kalo si om pas ada di rumah.” R1W1k. 198-202hal. 5 “wah kalo si om gak di rumah, te jauh lebih kusyuk win ngapain-ngapain aja. Ntah itu sholat, ngaji atau apa lah. Mungkin karena beda agama itu, te merasa tetep ada jarak lah. R1W1k. 205-208hal. 5 Universitas Sumatera Utara “iya win, karena kalo kita udah ambil wudhu, kok rasanya te agak gak enak gitu rasanya liat si om. Risih lah gitu, sholat pun jadi gak kusyuk.” R1W1k. 244-246hal. 6 Rasa kurang nyaman ketika sedang melakukan kegiatan ibadah itu yang pada akhirnya membuat repi merasakan ketidakpuasan dalam pernikahannya. Walau sebenarnya ada beberapa bentuk dukungan yang diberikan pasangan repi kepada dirinya, seperti menemani repi saat sahur dan berbuka puasa, atau membelikan repi perlengkapan sholat, tetapi repi mangaku batinnnya tetap kosong karena dia tidak merasa memilki imam atau pembimbing secara spritual dalam hidupnya. “ya kalau seandainya te punya suami dengan agama yang sama dengan te kan jauh lebih puas kalo bisa melaksanakannya itu sama-sama, tapi kalo begini kan te semua sendiri, tidak punya imam atau pembimbing secara spiritual. Memang si om ingetin jadwal sholat tapi tetep berjarak lah rasanya. Cuma te yang sholat, dia kn gk...” R1W1k. 210-216hal. 5 “kalo sahur diawal-awal puasa si om semangat ikut makan sahur, tapi udah pertengahan sampe ujung, ya te sendiri lah. Kalo buka kan sore ya, makan sama-sama, sekalian adek-adek juga makan malam. Tapi ya secara batin tetep ngerasa sendiri win, kosong gitu.” R1W1k. 218-222hal. 5 Universitas Sumatera Utara Alasan repi untuk tetap mempertahankan agamanya adalah karena rasa cintanya dan rasa damai menjadi bagian dari islam walau repi merasakan batinnya kosong saat ini. Dan repi juga memiliki harapan yang sangat besar dengan mempertahankan agamanya, ia ingin menunjukkan pada keluarganya bahwa ia bisa menjadi individu yang lebih baik denagn pilihannya, dan bisa memberikan contoh kepada anak-anaknya agar bisa bertanggung jawab dengan keputusan yang sudah dibuat. “ya seperti yang te bilang tadi, te cinta islam karena islam itu, sangat damai rasanya setelah ngadu sama yang di Atas atau setelah berwudhu. Te gak pernah berhenti minta sama yang kuasa buat membuka kan pintu hati si om untuk mau ikut sama tante, perlahan-lahan lah te coba, walau sampe detik ini pun hasilnya masih belum ada tapi manusia harus tetap berusaha.” R1W1k. 279-285hal. 7 “iya win, lebih baik dari yang dulu-dulu, karena tante ingin kasi liat ni sama si om dan semua keluarga kalo tante jadi jauh lebih baik dengan pilihan tante. Pingin juga nanti adek-adek ada pegangan, dia liat tante gimana, dia juga liat si om gimana dengan agama kami masing-masing.” R1W1k. 288-293hal. 7 Masalah yang dihadapi repi dan pasangannya yang kadang-kadang sering memicu pertengkaran besar adalah rasa cemburu repi terhadap beberapa karyawan wanita yang bekerja di toko milik pasangannya dan rasa tidak dihargai pasangan karena pasangan repi pernah beberapa kali memberikan uang kepada keluarganya Universitas Sumatera Utara dengan jumlah yang besar tanpa sepengtahuan repi. Biasanya untuk menyelesaiakan masalah yang besar repi dan pasangannya memilih untuk berkomunikasi terbuka, menjelasakan secara rinci dan tidak gengsi untuk mengcapkan kata maaf pada pasangan, dan belajar memaafkan pasangan. “Tapi kalo ada masalah besar kali sih jarang, paling te lah cemburu- cemburu gitu kalo si om lama pulang sampe larut gitu atau misalnya si om kasi uang gitu ke keluarganya tapi gak bilang-bilang ke tante, oh marah besar tante waktu itu.” R1W1k. 348-352hal. 8 “ya kalo misalnya cemburu-cemburu gitu, paling si om jelaskan baik-baik, biasanya kami masuk kamar tidur tu, dirayu-rayu si om la tante, ya luluh juga la kita kan perempuan ya, mana bisa tahan sama rayuan laki-laki, ntah la itu gombal atau tidak, tetep aja senang hahaha sambil tertawa.” R1W1k.365-370hal. 9 “ya paling te minta maaf, si om minta maaf, berjanji lah buat jaga prilaku masing-masing biar pasangan kita juga gak curigaan terus bawaan nya. Diomongin semuanya baik-baik lah, saling terbuka aja.” R1W1k. 372-375hal. 9 “oh itu tante marah besar lah, si om kok gak nganggap tante gitu kan. Ya nangis te, tersinggung lah. Si om langsung minta maaf la, terus dijelaskan alasannya kenapa, ya te pada saat itu masih gak mau dengar karna masih emosi kan, tapi besoknya ya diomongin lagi sama si om, karna te udah dingin, dan si om juga minta maaf dan janji gak gitu lagi, ya te maafkan. Besok-besoknya yaudah kayak biasa lagi aja. Universitas Sumatera Utara R1W1k. 385-392hal. 9 Sedangkan masalah lain yang sering muncul dalam kehidupan perkawinannya adalah karean telfon tidak diangkat atau repi yang tidak di rumah saat pasangannya pulang, dan masalah pengasuhan anak. Repi mengaku tidak pernah bisa satu pandangan dengan pasangannya masalah mendidik anak, dan hal ini yang sering memicu pertengkaran antara dirinya dan pasangan. Untuk menyelesaikan masalah sepereti ini biasanya pasangan repi lebih memilih diam dan pergi meninggalkan repi yang sedang emosi, dan akhirnya masalah itu selesai dengan seiringnya waktu. “ya ada aja gitu win, ntah karna te telfon si om tapi gak diangkat, atau karna si om yang pulang-pulang marah-marah di rumah, atau seringnya sih karna pas si om pulang, te gak ada di rumah. Tapi kalo ada masalah besar kali sih jarang, paling te lah cemburu-cemburu gitu kalo si om lama pulang sampe larut gitu atau misalnya si om kasi uang gitu ke keluarganya tapi gak bilang-bilang ke tante, oh marah besar tante waktu itu.” W1R1k. 345-352hal. 8 “ya paling kalo abis cekcok kecil gitu si om diam aja, terus pigi tidur. Tante pun gak ambil pusing. Besok pagi bangun paling diam-diaman lah, pulang si om dari kerja baru ngobrol kayak biasa lagi. Yauda te pun udah lupa.” W1R1k. 358-361hal. 8 Profesi pasangan repi saat ini adalah sebagai pengusaha dibidang property. Repi mengaku keuangan keluarganya sangat membaik, dan anak-anak mereka Universitas Sumatera Utara juga bersekolah di sekolah yang memang berkualitas baik di kota Medan. Repi juga mengatakan sangat bersyukur karena pasangannya mempercayai semua pendapatan yang diperoleh dipegang dan diatur oleh repi. Semua pendapatan yang diperoleh pasangan akan masuk ke dalam rekening repi, dan repi bisa dengan leluasa menggunakan uang tersebut, karena pasangan repi mempercayai semua uang yang diperoleh diatur oleh repi. “si om kan macem pemborong-pemborong bangunan gitu, ntah misalnya buat perumahan kecil-kecil gitu, atau bangun ruko gitu. Ya gitu lah, swasta.” R1W2k. 20-22hal. 11 “iya alhamdulillah la win. Adek-adek pun bisa sekolah di tempat-tempat yang bagus.” R1W2k. 26-27hal. 11 “alhamdulillah si om percayain semua uang ke tante. Emang kan yang menghasilkan cuma om, tante kan gak kerja. Jadi kalo ada proyek gitu, terus uang yang di dapet si om langsung masuk ke rekening tante lah.” R1W2k. 41-44hal. 12 “tante buat rata win perbulannya biar gak saling cemburu kan. Setiap ada pengeluaran pun tante tetep bilang ke om, walau pun terkadang dia suka gak open gitu.Dari hal kecil lah sampe hal besar tante atur semua perbulan nya. Itu bayar kredit-kredit mobil sama kereta tante juga yang atur, kayak kreditan mobil tu agak besar juga perbulan nya sampe 7 juta sekian.” R1W2k. 54-60hal. 12 Universitas Sumatera Utara Repi mngatakan hasrat seksual dirinya dan pasangan saat ini tidak lagi menjadi prioritas. Bahakan repi mengakui kalau hasrat seksual dirinya dan pasangan saat ini memang menurun. Repi beralasan mungkin karena usianya yang sudah mulai tua dan kesibukan pasangannya yang membuat mereka cepat merasa capek. Tapi repi juga mengatakan bahwa hubungan seksual itu tetap penting dalam sebuah ikatan perkawinan. “ohh menurun win, paling seminggu dua kali lah. Beda sama dulu, bisa seminggu itu enam kali. Belakangan ini kan si om pun sibuk, pulang malam udah capek, ya langsung aja tidur. Lagian juga te ngerasa udah tua, cepet capek. Belakangan ini te rasa kalo seks gitu te menurun kali lah, si om pun gitu win.” R1W2k.74-78hal. 12 “kalo hubungan badan sih kalo te piker ya itu penting win, ada saat-saat dimana kita atau pasangan emang butuh itu.” R1W2k.90-91hal.13 Repi mengaku puas dengan hubungan seksual bersama pasangannya, tetapi repi juga masih memiliki keinginan yaitu bisa memiliki anak laki-laki dalam keturunannya bersama pasangan. Walau sebenarnya pasangan repi tidak pernah menuntut agar repi bisa memberikannya keturunan laki-laki. Universitas Sumatera Utara “hmmm tante sih puas-puas aja ya, si om itu orangnya hangat. Si om tau lah gimana cara memperlakukan tante kalo sedang berhubungan badan gitu.” R1W2k. 85-87hal. 12-13 “tante win sekarang ini justru lagi usaha biar dapat anak cowok. Si om sih gak nuntut untuk punya anak cowok, tapi kok tante rasanya pingin gitu win punya satu aja pun jadi lah.” R1W2k.106-108hal.13 Hubungan repi dan keluarganya sangat tidak baik setelah repi memutuskan pergi tanpa ijin dari rumah untuk menikah dengan pasangannya yang berbeda agama. Tetapi setelah kelahiran anak pertamanya, repi memberanikan diri untuk pulang dan meminta maaf kepada ibunya dan semua saudara-saudaranya. Walau awalnya repi ditolak dan bahkan diusir oleh keluarganya, tetapi repi tidak menyerah untuk meminta maaf dan berusaha agar bisa kembali diterima oleh keluarga besarnya. “ya pas tante udah punya via kan te pulang ke rumah orangtua, minta maaf sambil nunjukin kalo sekarang udah ada cucu gitu ke orangtua te.” R1W2k.119-121hal. 13 “ohhh diusir tante sama mama tante, marah mereka semua. Ya tante tau pasti mereka kecewa sama tante, tapi ini lah pilihan hidup itu win.” R1W2k. 125-127hal. 13 Universitas Sumatera Utara “mungkin karna usaha sama doa juga ya, te datang tiap minggu ke rumah orangtua, minta maaf, mohon ampun sama mama. Ya nama nya orangtua ya pasti luluh lah liat anak nya. Lama-lama membaik la hubungan kami, mulai berani la itu te ajak si om, awalnya kami gak dianggap gitu win kalo pas datang bedua, ya terus kan si om namanya juga ibu mertua ya, kasi perhatiannya sama kayak dia perhatiin ibu kandungnya, lama-lama mama tante pun jadi lebih ramah lah sampe sekarang.” R1W2k.129-137hal.13-14 Repi mengaku hubungannya saat ini dengan keluarganya sudah lebih baik walau terkadang masih sering ada konlfik-konflik kecil dengan ibu maupun saudara-saudaranya. Begitu juga dengan hubungan pasangan repi dengan keluarga besar repi, sifat perhatian pasangan repi yang akhirnya membuat ibu repi bersikap hangat dan mulai ramah dengan pasangan repi. “kasi perhatiannya sama kayak dia perhatiin ibu kandungnya, lama-lama mama tante pun jadi lebih ramah lah sampe sekarang” R1W2k.134-136hal 14 “ya naik turun gitu la win hubungannya. Kita aja pun ma sodara kembar suka salah paham juga, apa lagi sama orangtua yang udah lanjut kan.” R1W2k. 141-143hal 14 “ya ikut membaik win sama semuanya, walau terkadang ada juga konflik antara kami. Justru kan win, kakak-kakak tante luan tu yang mulai terima tante lagi, dukungan dari mereka juga lah buat tante brani ketemu sama orangtua.” R1W2k. 145-148hal. 14 Universitas Sumatera Utara Hubungan repi dengan keluarga pasangannya masih terjalin baik sampai sekarang ini, repi mengakui memiliki ibu mertua yang sayang dan perhatiannya terhadap dirinya dan anak-anaknya. Tetapi lama-kelamaan justru repi merasa ibu mertuanya terlalu ikut campur dalam rumah tangganya, apalagi masalah pendidikan agama anak-anaknya. Namun tidak ada hal yang bisa dilakukan repi untuk mebrontak, semua rasa kesal dan marah hanya repi simpan dalam hati. Karena rasa hormat dan rasa terima kasih repi kepada ibu mertuanya yang akhirnya membuat repi hanya bisa diam. “baik. Ya waktu te gak ada dukungan dari orangtua justru dukungan itu datang dari ibu mertua tante. Dia yang sangat menyetujui pernikahan kami, dan dia juga lah yang banyak ikut campur dalam pernikahan tante.” R1W2k. 152-155hal. 14 “ya kayak masalah adek-adek gitu kan, ajaran agamanya dia narik kali ke protestan. Jadinya anak-anak tante juga lebih deket ke dia ketimbang keluarga tante. “ R1W2k. 157-159hal. 14 “gimana ya, dia udah sangat sayang gitu win ke tante, banyak bantu juga dulu-dulunya kan jadi untuk bersikap berontak gitu tante gak berani.” R1W2k. 161-163hal. 14 Hubungan repi dengan teman-temannya sampai saat ini masih terjalin cukup baik, walau sebanarnya repi mengaku teman bukanlah menjadi prioritasnya sekarang karena pasangan repi dulunya sering komplen kalau repi terlalu lama Universitas Sumatera Utara berada di luar rumah, tetapi repi selalu menyempatkan diri untuk bisa berkumpul dengan teman-temannya walau tidak sering. “baik kok, kalau udah menikah ginikan win teman bukan lagi prioritas buat tante, tapi tante tetep butuh mereka.” R1W2k. 82-83hal. 15 “kalo dibilang kurang setuju mungkin waktunya kali ya, sama orang-orang nya sih gak. Ya paling marah gitu aja.” R1W2k. 191-192hal. 14 Repi mengatakan sering bertengkar dengan pasangannya masalah pengasuhan anak, dan repi juga merasa tidak pernah bisa satu pandangan dengan pasngan mengenai pengasuhan anak. Repi memberikan didikan yang keras dan sangat dsiplin kepada anak-anaknya, sedangkan pasangan repi lebih memanjakan dan selalu menuruti setiap permintaan anak-anaknya. Repi mengaku lebih dominan dalam pengasuhan anak-anak karena repi lebih memiliki banyak waktu di rumah bersama anak-anaknya, sedangkan pasangan repi lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bekerja. “ya berbagi juga sama si om, tapi kan karna tante yang lebih banyak waktu nya di rumah jadi tante lebih dominan la.” R1W2k. 210-211hal 15 “si om terlalu manjain adek-adek, semua dipenuhi, buat salah pun gak pernah ditegur. Kalo tante gak gitu pulak, te dididik keras dari dulu sama Universitas Sumatera Utara orangtua jadi ke anak-anak tante pun gitu lah, terkadang kalo udah marah kali te pukul tu mereka. Ya terus marah la itu si om, berantem la kami biasanya itu.” R1W2k. 229-232hal. 16 Repi mengatakan tidak pernah ada kesepakatan antara dirinya dan pasanagan untuk menentukan agama yang dianut oleh anak, anak mereka nantinya boleh menetukan sendiri agama apa yang mau dianut. Tetapi repi merasa ibu mertuanya justru terlalu mendominasi anak-anaknya dalam pendidikan agama. Repi juga mengaku setahun yang lalu pernah meminta cerai dari pasangannya karena sudah tidak tahan dengan sikap ibu mertuanya yang terlalu ikut campur dalam pengasuhan anak. “oh masalah itu gak pernah kami bahas, semua nya ngalir gitu aja sampe sekarang ini mereka besar dan tau nya kalo mereka protestan bukan islam.” R1W3k.11-13hal. 17 “iya la dulu kan pas baru-baru kawen tante masih tinggal ma mertua tu sampe si via umur 3 atau 4 taun gitu. Jadi ya via tumbuh dengan agama si om lah.” R1W3k.22-23hal 17 “Iya win, sampe pernah setahun yang lalu te minta cerai sama si om karna udah gak kuat liat tingkah mertua yang sangat mengatur dalam rumah tangga te. Terutama ngatur anak te. Karena dari hal kecil kan alasan te minta cerai, sampe terbawa-bawa lah itu agama.” R1W4k. 61-65hal. 23 Universitas Sumatera Utara Repi mengatakan anak menjadi alasan mempertahankan rumah tangganya. Dan Repi merasa dengan hadirnya anak memberikan banyak pengaruh positif untuk dirinya pribadi, dan hubungannya dengan pasangan. “Alhamdulillah gak win, karena anak lah. Adek-adek masih kecil, kasian juga lah kalo te pisah gitu sama papa nya. Waktu itu pun te cuma emosi tapi memang udah pitam kali tante. Udah meledak lah semua rasa kesal yang disimpan kemarin-kemarin itu.” R1W4k. 67-71hal. 23 “oh besar la win efeknya kalo kita udah punya anak. Jadi gak lebih egois lah karna kan selain diri kita, ada anak yang harus dipikirin juga. Te rasa sih hubungan te ma si om jadi lebih kuat lah gitu istilahnya.” R1W4k. 71-74hal. 18 Repi mengaku tidak ada masalah yang begitu besar denagn perbedaan prilaku dan kepribadian pasangan baik sebelum menikah maupun setelah menikah dan memiliki anak, tetapi repi merasakan perhatian pasangannya terhadap diri repi secara pribadi mulai berkurang, apalagi setelah kehadiran anak. Tetapi repi bisa nerima itu karena repi sadar anak harus lebih diutamakan. “apa ya? Hmmmm…. Kebiasaan si om yang jadi masalah pun te rasa gak ada. Gini win, kalo tante sih lebih ke nerima gitu, ya beradaptasi lah dengan perbedaan-perbedaan itu. Tapi kalo sikap si om ke tante pas belum kawen atau udah kayaknya sama aja ya, tapi kalo sifat ya udah mulai berkurang la emang perhatiannya ya ke tante pribadi, mungkin karna ada Universitas Sumatera Utara anak juga yang harus lebih ekstra diperhatikan, sibuk kerja juga si om, sedikit berubah la memang sama sebelum kawen ya.” R1W3k. 91-98hal. 19 “Ya perhatian nya si om ke tante pribadi berkurang, tapi te paham mungkin karena ada yang jauh lebih ekstra harus kami perhatikan.” R1W4k. 110-112hal. 24 Repi mengaku sering bertengkar dengan pasangannya mengenai pembagian peran orangtua di dalam rumah tangga. Karena repi merasa pasangannya melepas tanggung jawab dalam pengasuhan anak. Tetapi dilain sisi repi merasa puas dengan perannya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Repi juga mengatakan ia memiliki harapan agara nantinya pasangan repi mau mengambil peran lebih banyak dalam pengasuhan anak. “te sih kurang pas nya itu masalah peran tante untuk didik adek-adek. Te ngerasa si om kasi semuanya ke tante, pada hal kan ada beberapa hal juga yang harusnya anak dapat justru dari figure ayah kan. R1W3k. 133-136hal. 20 “ya te maunya ya sama-sama lah, kan adek-adek punya nya ayah dan ibu bukan cuma ibu.” R1W3k. 147-148hal. 20 “ya ini si om macem lepas tanggung jawab masalah pengasuhan, nanti kalo adek-adek buat salah, yang disalahkannya tante karna gak becus ngurus anak, maunya kan sama-sama.” Universitas Sumatera Utara R1W3k. 138-141hal. 20 “oh kalo masalah pekerjaan ya sesuai dengan peran te jadi istri lah atau ibu rumah tangga. Beresin rumah, urusan dapur, ya ngurus adek-adek juga. Ya tapi sumber dana atau uang di rumah ini jadi tanggung jawab sepenuhnya sama si om, ya dia berperan jadi kepala rumah tangga lah, semua keputusan pun dia yang buat.” R1W3k. 117-122hal. 19 “Ya mudah-mudahan si om maulah berbagi peran untuk ngasuh adek- adek, jangan peran itu diambil sama ibu mertua tante, apalagi masalah pengetahuan agama.” R1W4k. 99-101hal. 24

C. PEMBAHASAN 1.