BAB IV
ANALISA DATA DAN INTERPRETASI
Pada bagian ini akan diuraikan hasil wawancara dalam bentuk narasi. Untuk mempermudah pembaca memahami aspek kepuasan pernikahan maka data
akan dijabarkan, dianalisa, dan diinterpretasi per-subjek. Interpretasi akan dijabarkan dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam pedoman
wawancara.
A. Deskripsi Data
Peneliti melakukan wawancara terhadap 3 orang responden dan melalukan wawancara masing-masing sebanyak 4 kali. Peneliti melakukan
rapport disetiap pertemuan dengan tiap-tiap responden. Adapun perincian pertemuan perincian pertemuan peneliti dengan ketiga responden sebagai berikut :
Tabel 1. Waktu Wawancara
Responden 1 Opening = 10 menit
Hari kamis, 30 September ; pukul 15.00-17.20 WIB Body = 120 menit
Closing = 10 menit Responden 1
Opening = 10 menit Hari Selasa, 5 Oktober ; pukul 12.00-14.20 WIB
Body = 120 menit
Universitas Sumatera Utara
Closing = 10 menit Responden 1
Opening = 10 menit Hari Minggu, 10 Oktober ; pukul 19.15-21.15 WIB
Body = 100 menit Closing = 10 menit
Responden 1 Opening = 5 menit
Hari Rabu, 10 November 2010; pukul 12.30-14.00 WIB
Body = 80 menit Closing = 5 menit
Responden 2 Opening = 20 menit
Hari Jumat, 15 Oktober ; pukul 10.00-12.20 WIB Body = 110 menit
Closing = 10 menit Responden 2
Opening = 5 menit Hari Sabtu, 23 Oktober ; pukul 10.00-11.50 WIB
Body = 95 menit Closing = 10 menit
Responden 2 Opening = 5 menit
Hari Sabtu, 30 Oktober ; pukul 11.00-12.00 WIB Body = 50 menit
Closing = 5 menit Responden 2
Opening = 5 menit Hari Minggu, 31 Oktober ; pukul 11.00-12.15 WIB
Body = 60 menit Closing = 10 menit
Universitas Sumatera Utara
Responden 3 Opening = 20 menit
Hari Senin, 1 November ; pukul 12.00-14.10 WIB Body = 100 menit
Closing = 10 menit Responden 3
Opening = 5 menit Hari Senin, 8 November ; pukul 15.00-16.30WIB
Body = 80 menit Closing = 5 menit
Responden 3 Opening = 5 menit
Hari Sabtu, 13 November; pukul 16.00-17.00 WIB Body = 45 menit
Closing = 10 menit Responden 3
Opening = 5 menit Hari Rabu, 24 November ; pukul 17.00-18.20 WIB
Body = 65 menit Closing = 10 menit
B. Analisa Data Gambaran Umum Responden
Tabel 2. Gambaran Umum Responden 1
Keterangan Responden 1
Nama Repi
Universitas Sumatera Utara
Usia 38 Tahun
Jumlah Anak 2 Orang Putri
Agama Istri Islam
Agama Suami Protestan
Pendidikan Istri S1
Pendidikan Suami Tamat SMA
Pekerjaan Suami Wiraswasta
Repi bukan nama sebenarnya seorang wanita berdarah batak mandailing yang berusia 38 tahun dan telah menikah dengan seorang lelaki yang menganut
paham kepercayaan yang berbeda dengan dirinya, repi beragama Islam sedangkan suaminya beragama Kristen Protestan. Repi merupakan anak bungsu dari 9
bersaudara. Repi menamatkan pendidikan S1-nya dengan mengambil jurusan Management disalah satu Universitas islam swasta di kota Medan.
Keluarganya merupakan keluarga yang taat beragama. Ayahnya adalah salah satu tokoh agama yang dituakan di lingkungan rumahnya. Didikan sang
Ayah sangat otoriter, setiap anak tidak bisa dengan leluasa mengemukakakan pendapatnya. Karena didikan sang Ayah yang sangat keras dan otoriter, repi
merasa tumbuh menjadi gadis yang tertutup. Repi mulai mengenal pasangannya saat duduk dibangku kuliah tingkat
kedua, ia mengenal pasangannya dari salah seorang temannya yang juga kuliah dijurusan yang sama. Perkenalan pertama itu terjadi pada saat pasangannya datang
Universitas Sumatera Utara
ke kampus repi karena ingin bertemu dengan teman repi, selanjutnya pasangannya merasa tertarik dan akhirnya ia dan pasangannya pun mulai pacaran. Masa
pacaran yang hampir 6 tahun mereka jalani membuat repi banyak tau tentang pasangannya, dan merasa yakin untuk melangkah kejenjang hubungan yang lebih
serius. Diawal masa pacaran repi sudah tau konsekuensi apa yang akan dia alami
nantinya, tetapi repi tidak pernah berpikir akan sampai menikah dengan lelaki yang berbeda agama dengan dirinya. Pihak keluarga repi sangat menentang
hubungan mereka dari awal perkenalan, terutama orangtua repi yang sangat kecewa dengan keputusan repi berani menerima pasangannya sebagai pacar.
Repi menikah saat usianya 25 tahun. Tentangan keras dari keluarganya tidak menjadi halangan bagi repi untuk menikah dan hidup bersama pasangannya.
Pernikahan beda agama yang dijalani repi berlangsung di luar kota Medan. Pernikahan itu sendiri berlangsung tanpa dihadiri oleh pihak keluarga repi, karena
pada saat repi meminta izin kepada orangtuanya untuk menikah dengan pasangannya justru orangtuanya menolak dengan keras dan ingin memisahkan
repi dengan pasangannya. Setelah tidak mendapat restu, akhirnya repi memberanikan diri untuk pergi dari rumah tanpa ijin dan menikah dengan
pasangannya di luar kota. Repi mengakui sangat sulit mengrurus administrasi untuk melangsungkan
pernikahan beda agama di Indonesia, karena Indonesia tidak mengakui adanya pernikahan beda agama. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dulu dari pihak
Universitas Sumatera Utara
mempelai, dan tidak bisa sembarang orang yang menikahkan pasangan beda agama.
Repi menikah secara protestan tetapi tanpa pembaptisan. Pernikah itu berlangsung tidak di dalam gereja tetapi di halaman salah satu rumah keluarga
dari pihak mempelai laki-laki. Pendeta yang menikahkan mereka merupakan keluarga dari pihak laki-laki. Untuk bisa mendaftarkan pernikahan mereka ke
catatan sipil, repi harus membuat kartu identitas baru yang menyatakan bahwa dirinya beragama protestan.
Setelah pernikahan itu berlangsung, repi kembali ke Medan dan tinggal bersama mertuanya karena pada saat itu pasangan repi belum memiliki rumah
pribadi. Repi mengakui mertuanya sangat sayang dan baik padanya. Selama masih tinggal bersama mertuaya, repi mengaku tidak pernah menjalankan kegiatan
ibadah demi menjaga perasaan pasangan dan mertuanya. Repi juga mengakui rumah tangganya hampir hancur karena mertuanya yang terlalu ikut campur
masalah anak-anaknya. Tapi perceraian itu tidak terjadi karena keteguhan pasangan repi yang ingin mempertahankan rumah tangga yang utuh.
Setelah 3 tahun menikah dan memiliki seorang anak, repi memberanikan diri untuk pulang dan meminta maaf kepada keluarganya. Repi sudah siap dengan
semua konsekuensi yang akan dia terima atas perilakunya, dan ternyata benar kalau ibunya sangat marah bahkan sampai mengusir repi dan cucunya dari rumah.
Setelah kejadian itu repi tidak lagi berani datang ke rumah ibunya. Selang setahun kemudian repi kembali memberanikan diri untuk datang ke rumah
Universitas Sumatera Utara
orangtuanya tepat dihari raya Idul Fitri, dan akhirnya ibu beserta keluarga repi memaafkan dan mau menerima repi menjadi bagian dari keluarga mereka
kembali. Saat ini repi lebih memilih menjadi ibu rumah tangga yang lebih fokus
untuk mengurus keperluan anak-anaknya, sedangkan suami repi berprofesi sebagai pengusaha yang bergerak dibidang properti. Keseharian repi lebih banyak
dihabiskan di rumah dengan kedua putrinya. Repi mengakui dengan profesi pasangannya yang tidak memiliki jadwal kerja tetap membuat mereka jarang
bertemu dan berkumpul bersama. Tetapi itu tidak menjadi masalah yang cukup besar dalam mereka berkomunikasi satu sama lain.
Saat ini ekonomi kelurga repi masuk dalam golongan menengah ke atas, repi memiliki dua rumah di kota Medan. Dulunya pasangan repi sering menginap
di rumah yang berbeda dengan rumah yang repi tempati bersama anak-anaknya, tetapi setelah rumah yang satu itu disewakan kurang lebih sudah empat tahun,
sekarang pasangan repi setiap hari pulang ke rumah yang repi dan anak-anak mereka tempati. Biasanya dulu sebelum rumah mereka disewakan, pasangan repi
seminggu dua kali pasti akan menginap di rumah itu. Repi mengakui walau dulu setiap hari mereka belum tentu bisa tidur dalam
satu kamar, tetapi komunikasi repi dengan pasangan sampe sejauh ini lancar- lancar saja sama seperti pasangan-pasangan lainnya. Karena walau malam hari
suami repi pindah ke rumah mereka yang lain, tetapi dalam satu hari itu mereka
Universitas Sumatera Utara
pasti bertemu, pasangan repi pasti akan datang ke rumah yang repi dan anak-anak mereka tempati.
“Oh iya rumah te emang ada dua, di komplek TPI satu lagi. Itu dulu sih win si om jarang tidur disini karena jaga rumah yang sana. Kalo sekarang
sih rumah itu kan udah disewa jadi si om ya disini sama tante.”
R1W1k. 8-11hal. 22
“Empat tahun belakangan ini lah udah sama, rumah itu enam tahun yang lalu kami beli jadi selama dua tahun lah si om jaga disana tapi itu pun
seminggu dua kali aja si om tidur sana.”
R1W1k. 13-15hal. 22
“Ya ketemu la win kalo si om gak keluar kot a ya. Si om pun malam aja kesananya, diatas jam sebelas lah.”
R1W1k. 17-19hal. 22
“Ya gitu lah, ya memang beda ya standar lancar menurut orang dengan lancar menurut tante. Tapi ya memang tidak ada masalah dalam
komunikasi te sama si om.”
R1W1k. 24-26hal. 22
Menurut pengakuan repi komunikasi yang mereka bangun cukup baik, mereka menceritakan hal apa saja yang terjadi selama satu harian beraktivitas, dan
menceritakan apa yang mereka rasakan terhadap pasangan, biasanya mereka akan
Universitas Sumatera Utara
menceritakan hal-hal yang tidak terlalu penting saat makan, dan hal-hal yang penting saat mereka berada di kamar tidur.
“ya apa ya? Semua lah, nanti dia kalo baru pulang gitu sukak nanyak masak apa ma? Udah bisanya dimakan? Yauda pas makan itu biasanya
kami ngobrol, ntah itu si om baru menang proyek bangunan gitu kan, te pun cerita lah ada kejadian apa aja hari ini, semua la win. Kalo masalah-
masalah penting biasanya kami ngobrol pas malam mau tidur.”
R1W1k.109-115hal. 3
“iya semua te omongin, termasuk uang zakat fitrah pas lebaran itu, si om ikut bayarnya. Atau misalnya te cemburu ma salah satu karyawan
perempuan di toko, te omongin ma si om, alhamdulillah tanggapan nya itu enak, jadi awak pun mikir positif kan. Karena emang semua udah
diomongin dari awal, ya baik-baik aja lah semua te rasa.”
R1W1k. 124-130hal. 3
Pada saat pasangan repi sedang berada di luar rumah, biasanya mereka akan berkomunikasi menggunakan telfon seluler untuk menyampaikan hal-hal
yang penting. Repi mengaku sudah sangat puas dengan gaya komunikasi yang diterapkan saat ini, yaitu gaya komunikasi yang terbuka dan saling jujur dengan
pasangan.
“Ya te tinggal telfon aja, lagian juga kan gak jauh sih kak, di ringroad itu kok.”
R1W1k. 21-22hal. 22
Universitas Sumatera Utara
“ohhh kalo masalah kecil kayak adek-adek sakit demam gitu te sms aja biasanya, tapi kalo masalah besar ntah itu ada orang asing ke rumah minta
ini itu, baru te telfon suru pulang. Si om terbuka masalah apa pun ma te, uang atau apalah semua dia percayakan ma tante.”
R1W1k. 118-122hal. 3
“alhamdulillah te puas-puas aja kok, yang penting jujur ma saling terbuka aja. Apa lagi yang mau ditutup-tutupi kan?”
R1W1k. 133-135hal. 4
Repi mengakui kesibukan pasanganya membuat mereka tidak banyak waktu untuk menghabiskan kegiatan bersama. Pasangannya hanya memiliki
waktu yang senggang dihari minggu saja, hari lainnya dihabiskan untuk bekerja di luar rumah. Kegiatan keluarga repi dihari minggu pagi biasanya pasangan dan
anak-anak mereka pergi ke gereja untuk ibadah, sedangkan repi tetap di rumah untuk membereskan rumah, siang setelah pasangan dan anak-anaknya pulang dari
gereja mereka pergi ke suatu mall dan menghabiskan weekend mereka disana. Kegiatan bersama yang dilakukan di luar rumah seperti makan siang bersama,
nonton film di biosokop, dan belanja.
“gak win, si om sibuk kali. Di rumah penuh Cuma minggu aja, laennya di luar rumah terus. Tapi dia selalu sms kan kadang telfon bilang lagi dimana
gitu, jadi te percaya aja.”
R1W1k. 138-140hal. 4
Universitas Sumatera Utara
“oh si om kalo minggu pagi pergi ke gereja ma adek-adek, te nunggu di rumah sampe siangan gitu kan, beres-beres biasanya te. Terus kalo mereka
pulang ya paling makan di luar la sama-sama, bawak adek-adek jalan ntah itu ke mall atau beli jajanan gitu di carefour.”
R1W1k. 148-152hal. 4
Repi juga mengatakan awalnya sedikit memprotes jam kerja pasangannya yang terlalu sibuk, tapi lama kelamaan repi menerima dan terbiasa dengan jam
kerja pasangannya yang terlalu padat. Repi juga mengatakan bahwa dirinya sekarang lebih mementingkan kualitas dari kebersamaan itu daripada
kwantitasnya, kegiatan apa pun itu baik di luar rumah atau kegiatan bersama yang dilakukan di dalam rumah asal berempat repi sangat bahagia dan merasa menjadi
manusia yang lebih sempurna.
“Awalnya iya, tapi kalo sekarang ya gak lah, mau cemana lagi karna emang gitu jam kerja dia.”
R1W1k. 142-143hal. 4
“iyalah nonton sering juga sih. Ohh kalo di rumah si om mau tu bantuin lap-lap kaca rumah, ntik tante yang nyapu gitu atau biasanya nonton tivi
sama kami. Nanti si om pulang-pulang udah bawa kaset film, ada hantu lah, perang lah, macem-macem lah.”
R1W1k. 156-160hal. 4
Universitas Sumatera Utara
“ya alhamdulillah disyukuri win, puas kok tante. Walau cuma satu hari atau lima hari yang penting kualitasnya itu, bisa seharian sama-sama kan
enak, adek-adek pun senang jadinya.”
R1W1k. 168-172hal. 4
Repi merasa sekarang ini dirinya menjadi individu yang lebih taat beragama dan lebih sering menjalankan kegiatan ibadahnya setelah menikah
dengan pasangannya yang berbeda agama, justru sebelum menikah dengan pasangannya repi mengaku dirinya sangat jarang beribadah. Tetapi memang
diawal perkawinan repi menyimpan rasa segan dan lebih memilih tidak beribdah demi menghormati pasangan dan keluarga pasangannya. Alasan repi mulai rajin
beribadah setelah menikah dengan pasangannya yang berbeda agama adalah karena tidak ada lagi tempat mengadu selain yang di Atas, sebab keluarga repi
sudah tidak mau tau dengan repi.
“ya semenjak kami tinggal sama te risih la, segan pun kalo mau sholat tapi justru lama-kelamaan malah si om yang nyuruh te sholat, nanyak dia, kok
gak sholat-sholat rep? Ya te bilang aja kalo te rada segan, tapi lama kelamaan ya te kayak islam biasanya lah. Sholat lima waktu, sholat
taraweh, puasa juga, adek-adek pun sekarang mulai te ajarin puasa.”
R1W1k. 184-190hal. 5
“jujur ya win, dulu sebelum te menikah sama si om, te jarang kali sholat, sampe te pernah dipukul sama orangtua sangkin malasnya sholat, tapi kalo
puasa atau taraweh te rajin. Sekarang-sekarang ini te baru rajin sholat, setelah menikah lah karena gak ada lagi tempat te ngadu kalo gak sama
Universitas Sumatera Utara
yang di Atas. Sama mama atau kakak-kakak te kan gak mungkin, mereka saja tidak merestui pernikahan te.”
R1W1k. 271-278 hal. 7
Selama menjalani pernikahannya repi mengaku tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada pasangan maupun anak-anaknya agar mau ikut dengan
agama yang dianutnya. Tetapi repi memiliki harapan agar kelak nanti pasangan dan anak-anaknya mau ikut masuk ke dalam agama repi, karena menurut
pengakuan repi dirinya sangat kurang nyaman atau kurang kusyuk melakukan kegiatan ibadah ketika pasangannya sedang ada didekatnya atau sedang di rumah.
“gak ada komplen-komplen dia sejauh ini, te juga gak paksain anak-anak sampe penuh, setengah hari aja dulu. Puasa kan buat kita sehat, itu yang te
bilang ke adek-adek.”
R1W1k. 191-194hal. 5
“gak win, dia pun ngerti juga kan, banyak tanyak juga dia tentang islam tapi mungkin hatinya belum ada keputusan untuk sampe pindah. Tapi kalo
ngaji sampe sekarang ini te dalam hati, gak bisa keluar suara te kalo si om pas ada di rumah.”
R1W1k. 198-202hal. 5
“wah kalo si om gak di rumah, te jauh lebih kusyuk win ngapain-ngapain aja. Ntah itu sholat, ngaji atau apa lah. Mungkin karena beda agama itu, te
merasa tetep ada jarak lah.
R1W1k. 205-208hal. 5
Universitas Sumatera Utara
“iya win, karena kalo kita udah ambil wudhu, kok rasanya te agak gak enak gitu rasanya liat si om. Risih lah gitu, sholat pun jadi gak kusyuk.”
R1W1k. 244-246hal. 6
Rasa kurang nyaman ketika sedang melakukan kegiatan ibadah itu yang pada akhirnya membuat repi merasakan ketidakpuasan dalam pernikahannya.
Walau sebenarnya ada beberapa bentuk dukungan yang diberikan pasangan repi kepada dirinya, seperti menemani repi saat sahur dan berbuka puasa, atau
membelikan repi perlengkapan sholat, tetapi repi mangaku batinnnya tetap kosong karena dia tidak merasa memilki imam atau pembimbing secara spritual dalam
hidupnya.
“ya kalau seandainya te punya suami dengan agama yang sama dengan te kan jauh lebih puas kalo bisa melaksanakannya itu sama-sama, tapi kalo
begini kan te semua sendiri, tidak punya imam atau pembimbing secara spiritual. Memang si om ingetin jadwal sholat tapi tetep berjarak lah
rasanya. Cuma te yang sholat, dia kn gk...”
R1W1k. 210-216hal. 5
“kalo sahur diawal-awal puasa si om semangat ikut makan sahur, tapi udah pertengahan sampe ujung, ya te sendiri lah. Kalo buka kan sore ya, makan
sama-sama, sekalian adek-adek juga makan malam. Tapi ya secara batin tetep ngerasa sendiri win, kosong gitu.”
R1W1k. 218-222hal. 5
Universitas Sumatera Utara
Alasan repi untuk tetap mempertahankan agamanya adalah karena rasa cintanya dan rasa damai menjadi bagian dari islam walau repi merasakan batinnya
kosong saat ini. Dan repi juga memiliki harapan yang sangat besar dengan mempertahankan agamanya, ia ingin menunjukkan pada keluarganya bahwa ia
bisa menjadi individu yang lebih baik denagn pilihannya, dan bisa memberikan contoh kepada anak-anaknya agar bisa bertanggung jawab dengan keputusan yang
sudah dibuat.
“ya seperti yang te bilang tadi, te cinta islam karena islam itu, sangat damai rasanya setelah ngadu sama yang di Atas atau setelah berwudhu. Te
gak pernah berhenti minta sama yang kuasa buat membuka kan pintu hati si om untuk mau ikut sama tante, perlahan-lahan lah te coba, walau sampe
detik ini pun hasilnya masih belum ada tapi manusia harus tetap berusaha.”
R1W1k. 279-285hal. 7
“iya win, lebih baik dari yang dulu-dulu, karena tante ingin kasi liat ni sama si om dan semua keluarga kalo tante jadi jauh lebih baik dengan
pilihan tante. Pingin juga nanti adek-adek ada pegangan, dia liat tante gimana, dia juga liat si om gimana dengan agama kami masing-masing.”
R1W1k. 288-293hal. 7
Masalah yang dihadapi repi dan pasangannya yang kadang-kadang sering memicu pertengkaran besar adalah rasa cemburu repi terhadap beberapa karyawan
wanita yang bekerja di toko milik pasangannya dan rasa tidak dihargai pasangan karena pasangan repi pernah beberapa kali memberikan uang kepada keluarganya
Universitas Sumatera Utara
dengan jumlah yang besar tanpa sepengtahuan repi. Biasanya untuk menyelesaiakan masalah yang besar repi dan pasangannya memilih untuk
berkomunikasi terbuka, menjelasakan secara rinci dan tidak gengsi untuk mengcapkan kata maaf pada pasangan, dan belajar memaafkan pasangan.
“Tapi kalo ada masalah besar kali sih jarang, paling te lah cemburu- cemburu gitu kalo si om lama pulang sampe larut gitu atau misalnya si om
kasi uang gitu ke keluarganya tapi gak bilang-bilang ke tante, oh marah besar tante waktu itu.”
R1W1k. 348-352hal. 8
“ya kalo misalnya cemburu-cemburu gitu, paling si om jelaskan baik-baik, biasanya kami masuk kamar tidur tu, dirayu-rayu si om la tante, ya luluh
juga la kita kan perempuan ya, mana bisa tahan sama rayuan laki-laki, ntah la itu gombal atau tidak, tetep aja senang hahaha sambil tertawa.”
R1W1k.365-370hal. 9
“ya paling te minta maaf, si om minta maaf, berjanji lah buat jaga prilaku masing-masing biar pasangan kita juga gak curigaan terus bawaan nya.
Diomongin semuanya baik-baik lah, saling terbuka aja.”
R1W1k. 372-375hal. 9
“oh itu tante marah besar lah, si om kok gak nganggap tante gitu kan. Ya nangis te, tersinggung lah. Si om langsung minta maaf la, terus dijelaskan
alasannya kenapa, ya te pada saat itu masih gak mau dengar karna masih emosi kan, tapi besoknya ya diomongin lagi sama si om, karna te udah
dingin, dan si om juga minta maaf dan janji gak gitu lagi, ya te maafkan. Besok-besoknya yaudah kayak biasa lagi aja.
Universitas Sumatera Utara
R1W1k. 385-392hal. 9 Sedangkan masalah lain yang sering muncul dalam kehidupan
perkawinannya adalah karean telfon tidak diangkat atau repi yang tidak di rumah saat pasangannya pulang, dan masalah pengasuhan anak. Repi mengaku tidak
pernah bisa satu pandangan dengan pasangannya masalah mendidik anak, dan hal ini yang sering memicu pertengkaran antara dirinya dan pasangan. Untuk
menyelesaikan masalah sepereti ini biasanya pasangan repi lebih memilih diam dan pergi meninggalkan repi yang sedang emosi, dan akhirnya masalah itu selesai
dengan seiringnya waktu.
“ya ada aja gitu win, ntah karna te telfon si om tapi gak diangkat, atau karna si om yang pulang-pulang marah-marah di rumah, atau seringnya sih
karna pas si om pulang, te gak ada di rumah. Tapi kalo ada masalah besar kali sih jarang, paling te lah cemburu-cemburu gitu kalo si om lama
pulang sampe larut gitu atau misalnya si om kasi uang gitu ke keluarganya tapi gak bilang-bilang ke tante, oh marah besar tante waktu itu.”
W1R1k. 345-352hal. 8
“ya paling kalo abis cekcok kecil gitu si om diam aja, terus pigi tidur. Tante pun gak ambil pusing. Besok pagi bangun paling diam-diaman lah,
pulang si om dari kerja baru ngobrol kayak biasa lagi. Yauda te pun udah lupa.”
W1R1k. 358-361hal. 8
Profesi pasangan repi saat ini adalah sebagai pengusaha dibidang property. Repi mengaku keuangan keluarganya sangat membaik, dan anak-anak mereka
Universitas Sumatera Utara
juga bersekolah di sekolah yang memang berkualitas baik di kota Medan. Repi juga mengatakan sangat bersyukur karena pasangannya mempercayai semua
pendapatan yang diperoleh dipegang dan diatur oleh repi. Semua pendapatan yang diperoleh pasangan akan masuk ke dalam rekening repi, dan repi bisa dengan
leluasa menggunakan uang tersebut, karena pasangan repi mempercayai semua uang yang diperoleh diatur oleh repi.
“si om kan macem pemborong-pemborong bangunan gitu, ntah misalnya buat perumahan kecil-kecil gitu, atau bangun ruko gitu. Ya gitu lah,
swasta.”
R1W2k. 20-22hal. 11
“iya alhamdulillah la win. Adek-adek pun bisa sekolah di tempat-tempat yang bagus.”
R1W2k. 26-27hal. 11
“alhamdulillah si om percayain semua uang ke tante. Emang kan yang menghasilkan cuma om, tante kan gak kerja. Jadi kalo ada proyek gitu,
terus uang yang di dapet si om langsung masuk ke rekening tante lah.”
R1W2k. 41-44hal. 12
“tante buat rata win perbulannya biar gak saling cemburu kan. Setiap ada pengeluaran pun tante tetep bilang ke om, walau pun terkadang dia suka
gak open gitu.Dari hal kecil lah sampe hal besar tante atur semua perbulan nya. Itu bayar kredit-kredit mobil sama kereta tante juga yang atur, kayak
kreditan mobil tu agak besar juga perbulan nya sampe 7 juta sekian.”
R1W2k. 54-60hal. 12
Universitas Sumatera Utara
Repi mngatakan hasrat seksual dirinya dan pasangan saat ini tidak lagi menjadi prioritas. Bahakan repi mengakui kalau hasrat seksual dirinya dan
pasangan saat ini memang menurun. Repi beralasan mungkin karena usianya yang sudah mulai tua dan kesibukan pasangannya yang membuat mereka cepat merasa
capek. Tapi repi juga mengatakan bahwa hubungan seksual itu tetap penting dalam sebuah ikatan perkawinan.
“ohh menurun win, paling seminggu dua kali lah. Beda sama dulu, bisa seminggu itu enam kali. Belakangan ini kan si om pun sibuk, pulang
malam udah capek, ya langsung aja tidur. Lagian juga te ngerasa udah tua, cepet capek. Belakangan ini te rasa kalo seks gitu te menurun kali lah, si
om pun gitu win.”
R1W2k.74-78hal. 12
“kalo hubungan badan sih kalo te piker ya itu penting win, ada saat-saat dimana kita atau pasangan emang butuh itu.”
R1W2k.90-91hal.13
Repi mengaku puas dengan hubungan seksual bersama pasangannya, tetapi repi juga masih memiliki keinginan yaitu bisa memiliki anak laki-laki
dalam keturunannya bersama pasangan. Walau sebenarnya pasangan repi tidak pernah menuntut agar repi bisa memberikannya keturunan laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
“hmmm tante sih puas-puas aja ya, si om itu orangnya hangat. Si om tau lah gimana cara memperlakukan tante kalo sedang berhubungan badan
gitu.”
R1W2k. 85-87hal. 12-13
“tante win sekarang ini justru lagi usaha biar dapat anak cowok. Si om sih gak nuntut untuk punya anak cowok, tapi kok tante rasanya pingin gitu
win punya satu aja pun jadi lah.”
R1W2k.106-108hal.13
Hubungan repi dan keluarganya sangat tidak baik setelah repi memutuskan pergi tanpa ijin dari rumah untuk menikah dengan pasangannya yang berbeda
agama. Tetapi setelah kelahiran anak pertamanya, repi memberanikan diri untuk pulang dan meminta maaf kepada ibunya dan semua saudara-saudaranya. Walau
awalnya repi ditolak dan bahkan diusir oleh keluarganya, tetapi repi tidak menyerah untuk meminta maaf dan berusaha agar bisa kembali diterima oleh
keluarga besarnya. “ya pas tante udah punya via kan te pulang ke rumah orangtua, minta maaf
sambil nunjukin kalo sekarang udah ada cucu gitu ke orangtua te.”
R1W2k.119-121hal. 13
“ohhh diusir tante sama mama tante, marah mereka semua. Ya tante tau pasti mereka kecewa sama tante, tapi ini lah pilihan hidup itu win.”
R1W2k. 125-127hal. 13
Universitas Sumatera Utara
“mungkin karna usaha sama doa juga ya, te datang tiap minggu ke rumah orangtua, minta maaf, mohon ampun sama mama. Ya nama nya orangtua
ya pasti luluh lah liat anak nya. Lama-lama membaik la hubungan kami, mulai berani la itu te ajak si om, awalnya kami gak dianggap gitu win kalo
pas datang bedua, ya terus kan si om namanya juga ibu mertua ya, kasi perhatiannya sama kayak dia perhatiin ibu kandungnya, lama-lama mama
tante pun jadi lebih ramah lah sampe sekarang.”
R1W2k.129-137hal.13-14
Repi mengaku hubungannya saat ini dengan keluarganya sudah lebih baik walau terkadang masih sering ada konlfik-konflik kecil dengan ibu maupun
saudara-saudaranya. Begitu juga dengan hubungan pasangan repi dengan keluarga besar repi, sifat perhatian pasangan repi yang akhirnya membuat ibu repi bersikap
hangat dan mulai ramah dengan pasangan repi. “kasi perhatiannya sama kayak dia perhatiin ibu kandungnya, lama-lama
mama tante pun jadi lebih ramah lah sampe sekarang”
R1W2k.134-136hal 14
“ya naik turun gitu la win hubungannya. Kita aja pun ma sodara kembar suka salah paham juga, apa lagi sama orangtua yang udah lanjut kan.”
R1W2k. 141-143hal 14
“ya ikut membaik win sama semuanya, walau terkadang ada juga konflik antara kami. Justru kan win, kakak-kakak tante luan tu yang mulai terima
tante lagi, dukungan dari mereka juga lah buat tante brani ketemu sama orangtua.”
R1W2k. 145-148hal. 14
Universitas Sumatera Utara
Hubungan repi dengan keluarga pasangannya masih terjalin baik sampai sekarang ini, repi mengakui memiliki ibu mertua yang sayang dan perhatiannya
terhadap dirinya dan anak-anaknya. Tetapi lama-kelamaan justru repi merasa ibu mertuanya terlalu ikut campur dalam rumah tangganya, apalagi masalah
pendidikan agama anak-anaknya. Namun tidak ada hal yang bisa dilakukan repi untuk mebrontak, semua rasa kesal dan marah hanya repi simpan dalam hati.
Karena rasa hormat dan rasa terima kasih repi kepada ibu mertuanya yang akhirnya membuat repi hanya bisa diam.
“baik. Ya waktu te gak ada dukungan dari orangtua justru dukungan itu datang dari ibu mertua tante. Dia yang sangat menyetujui pernikahan
kami, dan dia juga lah yang banyak ikut campur dalam pernikahan tante.”
R1W2k. 152-155hal. 14
“ya kayak masalah adek-adek gitu kan, ajaran agamanya dia narik kali ke protestan. Jadinya anak-anak tante juga lebih deket ke dia ketimbang
keluarga tante. “
R1W2k. 157-159hal. 14
“gimana ya, dia udah sangat sayang gitu win ke tante, banyak bantu juga dulu-dulunya kan jadi untuk bersikap berontak gitu tante gak berani.”
R1W2k. 161-163hal. 14
Hubungan repi dengan teman-temannya sampai saat ini masih terjalin cukup baik, walau sebanarnya repi mengaku teman bukanlah menjadi prioritasnya
sekarang karena pasangan repi dulunya sering komplen kalau repi terlalu lama
Universitas Sumatera Utara
berada di luar rumah, tetapi repi selalu menyempatkan diri untuk bisa berkumpul dengan teman-temannya walau tidak sering.
“baik kok, kalau udah menikah ginikan win teman bukan lagi prioritas buat tante, tapi tante tetep butuh mereka.”
R1W2k. 82-83hal. 15
“kalo dibilang kurang setuju mungkin waktunya kali ya, sama orang-orang nya sih gak. Ya paling marah gitu aja.”
R1W2k. 191-192hal. 14
Repi mengatakan sering bertengkar dengan pasangannya masalah pengasuhan anak, dan repi juga merasa tidak pernah bisa satu pandangan dengan
pasngan mengenai pengasuhan anak. Repi memberikan didikan yang keras dan sangat dsiplin kepada anak-anaknya, sedangkan pasangan repi lebih memanjakan
dan selalu menuruti setiap permintaan anak-anaknya. Repi mengaku lebih dominan dalam pengasuhan anak-anak karena repi lebih memiliki banyak waktu
di rumah bersama anak-anaknya, sedangkan pasangan repi lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bekerja.
“ya berbagi juga sama si om, tapi kan karna tante yang lebih banyak waktu nya di rumah jadi tante lebih dominan la.”
R1W2k. 210-211hal 15
“si om terlalu manjain adek-adek, semua dipenuhi, buat salah pun gak pernah ditegur. Kalo tante gak gitu pulak, te dididik keras dari dulu sama
Universitas Sumatera Utara
orangtua jadi ke anak-anak tante pun gitu lah, terkadang kalo udah marah kali te pukul tu mereka. Ya terus marah la itu si om, berantem la kami
biasanya itu.”
R1W2k. 229-232hal. 16
Repi mengatakan tidak pernah ada kesepakatan antara dirinya dan pasanagan untuk menentukan agama yang dianut oleh anak, anak mereka nantinya
boleh menetukan sendiri agama apa yang mau dianut. Tetapi repi merasa ibu mertuanya justru terlalu mendominasi anak-anaknya dalam pendidikan agama.
Repi juga mengaku setahun yang lalu pernah meminta cerai dari pasangannya karena sudah tidak tahan dengan sikap ibu mertuanya yang terlalu ikut campur
dalam pengasuhan anak. “oh masalah itu gak pernah kami bahas, semua nya ngalir gitu aja sampe
sekarang ini mereka besar dan tau nya kalo mereka protestan bukan islam.”
R1W3k.11-13hal. 17
“iya la dulu kan pas baru-baru kawen tante masih tinggal ma mertua tu sampe si via umur 3 atau 4 taun gitu. Jadi ya via tumbuh dengan agama si
om lah.”
R1W3k.22-23hal 17
“Iya win, sampe pernah setahun yang lalu te minta cerai sama si om karna udah gak kuat liat tingkah mertua yang sangat mengatur dalam rumah
tangga te. Terutama ngatur anak te. Karena dari hal kecil kan alasan te minta cerai, sampe terbawa-bawa lah itu agama.”
R1W4k. 61-65hal. 23
Universitas Sumatera Utara
Repi mengatakan anak menjadi alasan mempertahankan rumah tangganya. Dan Repi merasa dengan hadirnya anak memberikan banyak pengaruh positif
untuk dirinya pribadi, dan hubungannya dengan pasangan. “Alhamdulillah gak win, karena anak lah. Adek-adek masih kecil, kasian
juga lah kalo te pisah gitu sama papa nya. Waktu itu pun te cuma emosi tapi memang udah pitam kali tante. Udah meledak lah semua rasa kesal
yang disimpan kemarin-kemarin itu.”
R1W4k. 67-71hal. 23
“oh besar la win efeknya kalo kita udah punya anak. Jadi gak lebih egois lah karna kan selain diri kita, ada anak yang harus dipikirin juga. Te rasa
sih hubungan te ma si om jadi lebih kuat lah gitu istilahnya.”
R1W4k. 71-74hal. 18
Repi mengaku tidak ada masalah yang begitu besar denagn perbedaan prilaku dan kepribadian pasangan baik sebelum menikah maupun setelah menikah
dan memiliki anak, tetapi repi merasakan perhatian pasangannya terhadap diri repi secara pribadi mulai berkurang, apalagi setelah kehadiran anak. Tetapi repi bisa
nerima itu karena repi sadar anak harus lebih diutamakan.
“apa ya? Hmmmm…. Kebiasaan si om yang jadi masalah pun te rasa gak ada. Gini win, kalo tante sih lebih ke nerima gitu, ya beradaptasi lah
dengan perbedaan-perbedaan itu. Tapi kalo sikap si om ke tante pas belum kawen atau udah kayaknya sama aja ya, tapi kalo sifat ya udah mulai
berkurang la emang perhatiannya ya ke tante pribadi, mungkin karna ada
Universitas Sumatera Utara
anak juga yang harus lebih ekstra diperhatikan, sibuk kerja juga si om, sedikit berubah la memang sama sebelum kawen ya.”
R1W3k. 91-98hal. 19
“Ya perhatian nya si om ke tante pribadi berkurang, tapi te paham mungkin karena ada yang jauh lebih ekstra harus kami perhatikan.”
R1W4k. 110-112hal. 24
Repi mengaku sering bertengkar dengan pasangannya mengenai pembagian peran orangtua di dalam rumah tangga. Karena repi merasa
pasangannya melepas tanggung jawab dalam pengasuhan anak. Tetapi dilain sisi repi merasa puas dengan perannya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Repi juga
mengatakan ia memiliki harapan agara nantinya pasangan repi mau mengambil peran lebih banyak dalam pengasuhan anak.
“te sih kurang pas nya itu masalah peran tante untuk didik adek-adek. Te ngerasa si om kasi semuanya ke tante, pada hal kan ada beberapa hal juga
yang harusnya anak dapat justru dari figure ayah kan.
R1W3k. 133-136hal. 20
“ya te maunya ya sama-sama lah, kan adek-adek punya nya ayah dan ibu bukan cuma ibu.”
R1W3k. 147-148hal. 20
“ya ini si om macem lepas tanggung jawab masalah pengasuhan, nanti kalo adek-adek buat salah, yang disalahkannya tante karna gak becus
ngurus anak, maunya kan sama-sama.”
Universitas Sumatera Utara
R1W3k. 138-141hal. 20
“oh kalo masalah pekerjaan ya sesuai dengan peran te jadi istri lah atau ibu rumah tangga. Beresin rumah, urusan dapur, ya ngurus adek-adek juga. Ya
tapi sumber dana atau uang di rumah ini jadi tanggung jawab sepenuhnya sama si om, ya dia berperan jadi kepala rumah tangga lah, semua
keputusan pun dia yang buat.”
R1W3k. 117-122hal. 19
“Ya mudah-mudahan si om maulah berbagi peran untuk ngasuh adek- adek, jangan peran itu diambil sama ibu mertua tante, apalagi masalah
pengetahuan agama.”
R1W4k. 99-101hal. 24
C. PEMBAHASAN 1.