langkah tersebut tanpa mengesampingkan saran-saran yang dianjurkan secara teoritis. Langkah ini diharapkan dapat menjamin pengumpulan data
yang berkualitas. 7.
Menyertakan partner atau orang-orang yang dapat berperan sebagai pengkritik yang memberikan saran-saran dan pembelaan ‘devil’s
advocate’ yang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap analisis yang dilakukan peneliti. Partner yang terlibat antara lain dosen
pembimbing sebagai professional judgment terhadap alat pengumpulan data dan strategi analisa serta interpretasi data. Selain itu peneliti
menyertakan beberapa orang mahasiswa psikologi USU untuk menilai efektifitas pedoman wawancara dan rangkaian cerita pada analisa data.
8. Melakukan pengecekan dan pengecekan kembali checking and
rechecking data, dengan usaha menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda.
9. Melakukan analisis data penelitian berdasarkan ”validitas argumentatif”
yang dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah
F. Prosedur Penelitian
F.1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan penelitian, peneliti menggunakan sejumlah hal yang
diperlukan untuk melaksanakan penelitian Moleong, 2006 yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Mengumpulkan data
Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori-teori yang berhubungan dengan aspek – aspek yang mengukur kepuasan perkawinan
khususnya yang berkaitan dengan kepuasan perkawinan beda agama. b.
Menyusun pedoman wawancara Penyusunan pedoman wawancara dimulai terlebih dahulu dengan
menyusun landasan teori yang digunakan. Berdasarkan landasan teori tersebut disusunlah sejumlah pertanyaan yang menjadi pedoman
wawancara. Setelah pedoman wawancara disusun, peneliti melakukan professional judgement dengan dosen pembimbing serta mencoba
pertanyaan ke beberapa orang mahasiswa psikologi untuk menilai efektifitas pedoman wawancara sekaligus merecek kembali apakah tujuan
yang ingin dicapai telah terpenuhi. Selanjutnya, hasil akhir dari pedoman wawancara yang tersusun dan disetujui oleh dosen pembimbing dapat
dibaca pada lampiran. Pedoman wawancara ini dibuat agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian.
c. Membuat informed consent Pernyataan pemberian izin oleh responden
Pernyataan ini dibuat sebagai bukti bahwa responden telah menyepakati bahwa dirinya akan berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini
tanpa adanya paksaan dari siapapun. Peneliti menjelaskan tentang penelitian ini beserta dengan tujuan dan manfaat penelitiannya.
Universitas Sumatera Utara
d. Mempersiapkan alat-alat penelitian
Alat-alat yang dipersiapkan agar mendukung proses pengumpulan data seperti tape recorder, alat pencatat kertas dan alat tulis serta pedoman
wawancara yang telah tersusun.
e.
Mengurus izin pengambilan data Pengurusan izin dilakukan dengan meminta Surat Permohonan Izin
Penelitian pada Administrasi Fakultas Psikologi USU. f.
Persiapan untuk mengumpulkan data Peneliti mengumpulkan informasi tentang calon responden penelitian dari
teman-teman peneliti dan memastikan bahwa calon responden tersebut telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Setelah mendapatkannya,
lalu peneliti menghubungi calon responden untuk menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan menanyakan kesediaannya untuk
berpartisipasi dalam penelitian. g.
Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara Setelah memperoleh kesediaan dari responden penelitian, melalui
ditandatanganinya surat pernyataan kesediaan oleh responden informed consent, peneliti membuat janji bertemu dengan responden dan berusaha
membangun rapport yang baik dengan responden. Setelah itu, peneliti dan responden penelitian menentukan dan menyepakati waktu untuk
pertemuan selanjutnya untuk melakukan wawancara penelitian.
Universitas Sumatera Utara
F.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki
beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain: a.
Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan
tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan responden. Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan
dengan tujuan agar memastikan responden dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara.
b. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara
Sebelum melakukan wawancara, peneliti meminta responden untuk menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan
bahwa responden mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari
penelitian sewaktu-waktu serta memahami bahwa hasil wawancara adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah itu,
peneliti mulai melakukan proses wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti melakukan beberapa
kali wawacara untuk mendapatkan hasil dan data yang maksimal. c.
Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip verbatim. Setelah proses wawancara selesai dilakukan dan hasil
Universitas Sumatera Utara
wawancara telah diperoleh, peneliti kemudian memindahkan hasil wawancara ke dalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan
koding dengan membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi
data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari Poerwandari, 2007.
d. Melakukan analisa data Bentuk transkrip verbatim yang telah selesai dibuat kemudian dibuatkan
salinannya. Peneliti kemudian menyusun dan menganalisa data dari hasil transkrip wawancara yang telah di koding menjadi sebuah narasi yang baik
dan menyusunnya berdasarkan alur pedoman wawancara yang digunakan saat wawancara. Peneliti membagi penjabaran analisa data responden ke
dalam faktor – faktor dalam pemilihan pasangan. e. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran
Setelah analisa data selesai, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan. Kemudian peneliti menuliskan diskusi
berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian. Setelah itu, peneliti memberikan saran-saran sesuai dengan kesimpulan, diskusi dan data hasil
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
F.3. Tahap Pencatatan Data Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam
sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin
kepada responden untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan tape recorder. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim
untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas.
F.4. Prosedur Analisa Data Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif adalah berupa kata-kata.
Untuk itu perlu melakukan analisis data. Analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif yaitu suatu analisa data dengan cara
menggambarkan atau mendeskripsikan keadaan obyek penelitian berdasarkan faktor yang ada kemudian pemaknaan data yang disesuaikan dengan makna yang
terkandung di dalamnya secara objektif Nawawi, 1993. Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari
2007, yaitu : a.
Organisasi data Organisasi data secara rapi, sistematis, dan selengkap mungkin untuk
memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisa yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan, serta menyimpan data dan analisa yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.
Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah
diproses sebagiannya transkrip wawancara, data yang sudah ditandaidibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang
kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis. Peneliti melakukan organisasi data secara sistematis untuk memperoleh kualitas
data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan dan menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penyelesaian
penelitian. b.
Koding Setelah melakukan organisasi data, peneliti melakukan koding dan
analisis. Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan
mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari.
Koding dan analisa, dilakukan dengan menyusun transkrip verbatim atau catatan lapangan sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah
kanan dan kiri transkrip untuk tempat kode-kode atau catatan tertentu, kemudian secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris
transkrip, lalu memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu
Universitas Sumatera Utara
c. Pengujian terhadap dugaan
Peneliti kemudian melakukan pengujian terhadap dugaan. Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dengan mempelajari data peneliti mengembangkan
dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji
ketepatannya. Berbagai perspektif harus disesuaikan untuk memungkinkan keluasan analisis serta mengecek bias-bias yang tidak disadari oleh
peneliti. d.
Analisis tematik Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan ‘pola’
yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia.
Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks,
kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat
mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena.
e. Tahapan interpretasi
Setelah itu, peneliti melakukan interpretasi data. Interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Peneliti
memiliki perspektif mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui perspektif tersebut. Peneliti beranjak
Universitas Sumatera Utara
melampaui apa yang secara langsung dikatakan responden untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna
yang tidak segera tertampilkan dalam teks data mentah atau transkrip wawancara.
Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poerwandari, 2007, yaitu : pertama, konteks interpretasi pemahaman diri
self understanding, yaitu interpretasi tidak dilihat dari sudut pandang peneliti, melainkan dikembalikan pada pemahaman diri responden
penelitian. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis criticial commonsense understanding terjadi bila peneliti berpijak lebih
jauh dari pemahaman diri responden penelitiannya. Peneliti mungkin akan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada kerangka
pemahaman responden, bersifat kritis terhadap apa yang dikatakan responden, baik dengan memfokuskan pada ‘isi’ pernyataan maupun pada
responden yang membuat pernyataan. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkat ketiga
ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan- pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri
responden ataupun penalaran umum.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISA DATA DAN INTERPRETASI
Pada bagian ini akan diuraikan hasil wawancara dalam bentuk narasi. Untuk mempermudah pembaca memahami aspek kepuasan pernikahan maka data
akan dijabarkan, dianalisa, dan diinterpretasi per-subjek. Interpretasi akan dijabarkan dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam pedoman
wawancara.
A. Deskripsi Data