KONSUMEN WANITA GADGET PENGARUH CUSTOMER SATISFACTION TERHADAP BRAND

3 Comparison Hal ini dilakukan dengan membandingkan harapan kinerja barang atau jasa sebelum membeli dengan persepsi kinerja aktual barang atau jasa tersebut. Customer satisfaction terjadi ketika harapan sebelum pembelian sesuai atau melebihi persepsi mereka terhadap kinerja aktual produk. 4 Confirmationdisconfirmation Harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terhadap penggunaan merek dari barang atau jasa yang berbeda dari orang lain. Confirmation terjadi bila harapan sesuai dengan kinerja aktual produk. Sebaliknya disconfirmation terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih rendah dari kinerja aktual produk. 5 Discrepancy Discrepancy mengindikasikan bagaimana perbedaan antara level kinerja dengan harapan. Untuk negative disconfirmations, yaitu kinerja aktual berada dibawah level harapan, kesenjangan yang lebih luas lagi akan mengakibatkan tidak terciptanya customer satisfaction.

C. KONSUMEN WANITA

Semua manusia adalah konsumen, maka semua wanita juga merupakan konsumen termasuk pelaku bisnis atau produsen sendiri Keraf,1998. Beberapa penelitian menemukan terdapat perbedaan perilaku konsumen yang signifikan antara responden wanita dan responden pria. Universitas Sumatera Utara Konsumen wanita mencari informasi secara komprehensif dibandingkan dengan konsumen pria Darley Smith, 1995. Dalam kasus pakaian bermerek atau merek terkenal, konsumen wanita cenderung bersedia untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi dan mencari utilitarian value nilai yang berdasarkan asas manfaat serta hedonic value nilai yang berdasarkan emosi, kepuasan, dan kenikmatan melalui pengalaman pembelian. Penelitian Brennan 2009 juga menguatkan asumsi pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap perilaku konsumen dimana beliau melakukan penelitian dengan meneliti beberapa perbedaan cara pandang wanita dan pria dalam perilaku membeli. Beliau menemukan bahwa konsumen wanita lebih tertarik dengan produk yang menyenangkannya atau memiliki kesan emosional sedangkan pria lebih memfokuskan pada hal-hal yang teknis dan bersifat sportif. Suatu produk yang sudah terbukti bagus dan banyak dipakai, mereknya cenderung disukai oleh wanita dan membuat wanita berperilaku konsumtif terhadap produk tersebut Schmoll, Hafer, Hilt, Reilly, 2006. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa merek mengambil peran besar pada perilaku konsumtif dari konsumen wanita.

D. GADGET

Menurut Wikipedia, Gadget adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Inggris untuk merujuk pada suatu peranti atau instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang berguna, yang umumnya diberikan terhadap sesuatu yang baru. Gadget dalam pengertian umum dianggap sebagai suatu Universitas Sumatera Utara perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap perangkatnya. Contohnya: komputer, handphone, game, tablet, dan lainnya.

E. PENGARUH CUSTOMER SATISFACTION TERHADAP BRAND

LOYALTY PADA WANITA PENGGUNA GADGET APPLE Pada dasarnya brand loyalty pada konsumen bukan karena tindakan membeli karena tidak adanya alternatif merek lain. Brand loyalty tidak terbentuk dalam waktu singkat tetapi melalui proses belajar dan berdasarkan hasil pengalaman dari konsumen itu sendiri dari pembelian konsisten sepanjang waktu. Pengalaman yang dialami bisa mengakibatkan satisfaction ataupun sebaliknya. Bila yang didapat sudah sesuai dengan harapan, maka proses ini akan menimbulkan satisfaction dan pembelian berulang. Adanya customer satisfaction akan menimbulkan kepercayaan, karena adanya konsistensi merek dalam memenuhi harapan konsumen. Customer satisfaction yang tinggi akan menyebabkan konsumen berperilaku positif, terjadinya kelekatan emosional terhadap merek, dan juga preferensi rasional sehingga hasilnya adalah brand loyalty pada konsumen yang tinggi Winarto, 2008. Hal itu sesuai dengan pendapat Dharmayanti 2006 yang menyatakan bahwa satisfaction adalah salah satu di antara beberapa penyebab terbentuknya brand loyalty. Schiffman dan Kanuk 2004 menerangkan bahwa dimensi brand loyalty terdiri atas empat macam, yaitu kognitif cognitive yang berisikan persepsi, kepercayaan dan stereotype seorang konsumen mengenai suatu merek, afektif affective yang didasarkan pada perasaan dan komitmen konsumen terhadap Universitas Sumatera Utara suatu merek, konatif conative yang direpresentasikan melalui kecenderungan perilaku konsumen untuk menggunakan merek yang sama di kesempatan yang akan datang, dan tindakan action yang berupa tingkah laku membeli ulang sebuah merek oleh seorang konsumen dalam kategori produk tertentu dan merekomendasikan atau mempromosikan merek tersebut kepada orang lain. Hal itu sejalan dengan tahapan brand loyalty menurut Oliver 1997 yang terbagi atas tiga tahapan, yaitu fase kognitif, fase afektif dan fase konatif. Ketiga tahapan diatas terjadi secara berurutan satu dengan lainnya. Tahap pertama adalah fase kognitif, dimana informasi tentang produk, jasa dan merek yang diterima oleh konsumen mengindikasikan bahwa produk, jasa dan merek yang ditawarkan lebih diinginkan konsumen dibandingkan dengan produk, jasa dan merek alternatif. Tahapan yang kedua adalah tahap afektif, dimana brand loyalty diperoleh sebagai akumulasi dari satisfaction atas penggunaan produk, jasa dan merek tertentu. Yang terakhir adalah fase konatif, dimana ini adalah tahapan akhir dalam membentuk brand loyalty secara benar. Tahapan ini terjadi sebagai akibat dari pengulangan secara positif atas pembelian produk, jasa dan merek tertentu. Ketika konsumen menggunakan produk dari suatu merek dan mendapat hal-hal positif dari setiap dimensi tersebut, maka hal itu akan menimbulkan customer satisfaction dan pada akhirnya akan mendorong terjadinya pembelian ulang dan rekomendasi dari mulut ke mulut. Menurut Jones dan Sasser 1995 brand loyalty merupakan suatu variabel endogen yang disebabkan oleh kombinasi dari customer satisfaction sehingga brand loyalty merupakan fungsi dari satisfaction. Jika hubungan antara customer Universitas Sumatera Utara satisfaction dengan brand loyalty adalah positif, maka customer satisfaction yang tinggi akan meningkatkan brand loyalty. Hal itu sejalan dengan Tjiptono Chandra 2005 yang menyatakan bahwa adanya customer satisfaction akan menciptakan dasar yang baik bagi pembelian ulang serta terciptanya brand loyalty dan membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang akan dapat menguntungkan sebuah perusahaan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi brand loyalty salah satunya customer satisfaction. Customer satisfaction menjadi pemicu penting dalam sikap positif terhadap sebuah merek. Hal tersebut merupakan hasil evaluasi yang dirasakan oleh diri konsumen atas merek yang ia gunakan sekaligus menyatakan bahwa jika terdapat customer satisfaction, maka konsumen akan memperlihatkan sikap dan perilaku positif terhadap produk yang dibelinya. Konsumen kemungkinan akan membeli kembali, akan mengalami loyalitas atau bahkan tidak segan-segan merekomendasikanya kepada orang lain sebaliknya jika konsumen tidak mendapatkan satisfaction, maka konsumen cenderung akan bersikap negatif dan menghentikan pembeliannya. Adanya sikap yang positif serta customer satisfaction yang dialami, diharapkan konsumen akan terus melakukan pembelian berulang yang pada akhirnya mengarah pada brand loyalty Suryani, 2008. Pada awal berlangsungnya decision process, konsumen dapat dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh situasi yang mengkondisikan terjadinya pembelian, mengenali adanya masalah, mencari informasi mengenai suatu produk untuk mengatasi masalah tersebut, mengevaluasi alternatif dari produk dan melakukan proses seleksi, dan diikuti dengan pemilihan toko atau outlet. Setelah melewati Universitas Sumatera Utara tahap tersebut, konsumen akan melakukan pembelian. Setelah proses pembelian dilakukan post-purchase process, secara umum konsumen akan melakukan pemakaian produk, mengevaluasi keputusan pembelian yang telah dilakukan, dan mengalami satisfaction atau sebaliknya atas penggunaan produk yang telah dibeli. Tahap satisfaction inilah yang menentukan konsumen akan terus mengulangi pembelian atau malah berhenti membeli. Akan tetapi tidak jarang terdapat konsumen yang merasakan disonansi pasca pembelian, tidak melakukan pemakaian, pembuangan produk, dan perilaku mengeluh yang menjadikan proses pasca pembelian menjadi bervariasi Hawkins, Mothersbaugh Best, 2007. Selain itu, konsumen juga dapat merasakan penyesalan pasca pembelian Lee Cotte, 2009. Anderson, Fornell dan Lehman 1994 maupun Kandampully dan Suhartanto 2000, menyatakan bahwa apabila terjadi customer satisfaction terhadap barang atau pelayanan yang diterima, maka hal itu akan mengarah pada brand loyalty pada konsumen. Demikian juga dengan pendapat Assael 1995 bahwa customer satisfaction dapat meningkatkan intensitas pembelian, dan dengan tingkat customer satisfaction yang optimal akan mendorong terciptanya brand loyalty. Wilkie 1994 berpendapat bahwa customer satisfaction terbentuk dari elemen-elemen seperti expectations yaitu harapan konsumen terhadap suatu barang atau jasa yang telah dibentuk sebelum konsumen membeli barang atau jasa tersebut, perfomance yaitu pengalaman konsumen terhadap kinerja aktual barang atau jasa ketika digunakan tanpa dipengaruhi oleh harapan mereka, comparison yaitu perbandingan antara harapan kinerja barang atau jasa sebelum membeli Universitas Sumatera Utara dengan persepsi kinerja aktual barang atau jasa tersebut, Confirmationdisconfirmation yaitu harapan konsumen dipengaruhi oleh pengalaman mereka terhadap penggunaan merek dari barang atau jasa yang berbeda dari orang lain. Confirmation terjadi bila harapan sesuai dengan kinerja aktual produk. Sebaliknya disconfirmation terjadi ketika harapan lebih tinggi atau lebih rendah dari kinerja aktual produk dan discrepancy yaitu perbedaan antara level kinerja dengan harapan. Untuk negative disconfirmations, yaitu kinerja aktual berada dibawah level harapan. Hal itu sejalan dengan pendapat Tse dan Wilson 1988 yaitu muncul atau tidaknya customer satisfaction dihasilkan dari evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya norma kinerja lainnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya. Terciptanya customer satisfaction dapat memberikan manfaat, diantaranya membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut word of mouth. Pelanggan yang mengalami satisfaction bahkan jika ia merasa sangat senang delighted customer cenderung akan menjadi duta yang royal bagi perusahaan apostles of a firm. Mereka akan membeli hanya dari satu pemasok dan menyebarkan berita yang baik tentang produk dan jasa dari perusahaan. Barang bermerek branded item seringkali dikaitkan dengan status sosial seseorang. Para pemakainya seringkali dipersepsikan sebagai pribadi kelas atas, elegan, dan terpandang. Bagi mereka, produk bermerek tersebut bisa mengangkat kepercayaan diri dan memacu keberanian untuk tampil dalam pergaulan. Riset dengan partisipan perempuan urban yang dilakukan oleh majalah Marketeers bersama MarkPlus Insight menghasilkan informasi menarik terkait perilaku Universitas Sumatera Utara konsumen mereka. Nyatanya peningkatan peran perempuan di berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, kebudayaan hingga politik berdampak pada perilaku konsumen mereka. Misalnya dengan peningkatan partisipasi dalam dunia pekerjaan, perempuan menjadi lebih sejahtera secara ekonomi sehingga memiliki daya beli yang lebih tinggi dan memiliki gaya hidup yang beragam Marketeers, 2012. Dalam kasus merek terkenal, konsumen wanita cenderung bersedia untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi dan mencari utilitarian value nilai yang berdasarkan asas manfaat serta hedonic value nilai yang berdasarkan emosi, satisfaction, dan kenikmatan melalui pengalaman pembelian Darley Smith, 1995. Penelitian Brennan 2009 juga menguatkan tersebut yaitu konsumen wanita lebih tertarik dengan produk yang menyenangkannya atau memiliki kesan emosional. Meningkatnya daya beli perempuan mulai berpengaruh terhadap minat mereka akan produk elektronik. Melalui riset yang dilaksanakan Consumer Lab memaparkan salah satu tren konsumen yang sedang berkembang pada tahun 2013 adalah wanita sebagai pendorong pasar smartphone Chandrataruna Ngazis, 2013. Oleh karena itu, industri telekomunikasi mempunyai potensi yang besar untuk segmentasi perempuan pada produk smartphone. Menurut survei yang diadakan pada tahun 2012 oleh majalah Marketeers bersama MarkPlus Insight, tercatat sebesar 50,3 persen perempuan di Indonesia menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari – hari. Dengan kata lain, setengah perempuan di Indonesia merupakan netizen penghuni dunia virtual. Tak heran apabila Universitas Sumatera Utara perempuan zaman sekarang menjadikan gadget sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Konsumen wanita melakukan pencarian informasi secara komprehensif sebelum keputusan pembelian dilakukan dibandingkan dengan konsumen pria Darley Smith, 1995. Konsumen wanita cenderung melakukan pembelian kembali untuk produk-produk ternama atau produk dengan merek yang telah dikenal luas terlepas dari apakah produk tersebut berharga mahal atau murah dan apakah produk tersebut memiliki keterlibatan tinggi atau rendah dalam kehidupan sehari-hari Akir Othman, 2010. Pada saat ini customer satisfaction terhadap gadget apple dinilai sangat baik. Hal itu diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh J.D. Power and Associates terhadap customer satisfaction atas ponsel yang dimiliki, Apple mendapat nilai tertinggi dalam kategori smartphone. Untuk kedelapan kalinya, Apple berperingkat tertinggi dalam customer satisfaction di antara perakit smarpthone . Apple mendapatkan nilai 849 dari 1000 dan memiliki prestasi yang baik dalam semua faktor, terutama dalam desain dan kemudahan penggunaan. HTC dengan nilai 790 mengikuti Apple dalam peringkat tersebut. Lain ceritanya dengan tablet. Di segmen ini, Cook mengatakan bahwa Apple memproduksi perangkat yang terbaik dan paling laku. Tablet iPad buatan Apple memang masih memiliki pangsa terbesar dengan 39,6 persen pada kuartal pertama 2013, meski turun dari 58,1 persen tahun sebelumnya. Nilai tertinggi Apple sendiri ada di kategori desain dan kemudahan pakai produknya Acehkita.com, 2013. Universitas Sumatera Utara Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa adanya customer satisfaction merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi brand loyalty secara langsung. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh customer satisfaction terhadap brand loyalty.

F. HIPOTESA PENELITIAN