KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil pengujian dengan uji parsial t, diperoleh bukti
empiris bahwa variabelukuran kantor akuntan publik X1 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
2. Berdasarkan hasil pengujian dengan uji parsial t, diperoleh bukti
empiris bahwa variabel audit fee X2 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
3. Berdasarkan hasil pengujian dengan uji parsial t, diperoleh bukti
empiris bahwa variabel audit tenure X3
berpengaruhnegatiftetapitidak signifikan terhadap kualitas audit. 4.
Berdasarkan hasil pengujian dengan uji parsial t, diperoleh bukti empiris bahwa variabel gender komite audit X4 berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kualitas audit. 5.
Berdasarkan hasil pengujian dengan uji parsial t, diperoleh bukti empiris bahwa variabel usia komite audit X5 berpengaruh negatif
tetapitidak signifikan terhadap kualitas audit.
5.2. Keterbatasan
Universitas Sumatra Utara
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikanbahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan
hasilyang lebihbaik lagi. Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah sebagaiberikut:
1. Berdasarkanhasil uji koefisien determinasi, variabel Ukuran Kantor
Akuntan Publik X1,Audit FeeX2,Audit Tenure X3,Gender Komite Audit X4 dan Usia Komite Audit X5 secara bersama-sama
dapatmenerangkan atau menjelaskan variabel Kualitas Audit Y sebesar20,1, sisanya sebesar 79,9dipengaruhi oleh variabel atau
faktor lainnya. 2.
Penelitian tidak menggunakan variabel pemoderasi. 3.
Periode penelitian yang diamati terbatas karena hanya mencakup tahun 2013 sd 2015 sehingga belum bisa melihat kemungkinan kualitas
audit pada auditee dalam jangka panjang. 4.
Penelitian hanya memuat sektor manufaktur sebagai populasi dalam pengambilan sampelnya. Sehingga belum bisa melihat kemungkinan
kualitas audit dalam lingkup yang lebih luas.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan dan keterbatasan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui
hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu: 1.
Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk menambah jumlahvariabel di luar variabel yang telah digunakan dalam
Universitas Sumatra Utara
penelitianini, karena masih banyak variabel lain yang dapat mempengaruhivariabel kualitas audit.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel
pemoderasi untuk variasi penelitian selanjutnya. 3.
Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah tahun pengamatan sehingga dapat melihat kemungkinan kualitas audit dalam jangka
panjang untuk memperkuat hasil penelitian menjadi lebih akurat 4.
Untuk peneliti selanjutnya dapat memperluas sektor bisnis yang diteliti sehingga dapat melihat kemungkinan kualitas audit yang lebih
luas.
Universitas Sumatra Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teroritis
2.1.1. Kualitas Audit
Menurut I Gusti 2008;29, “secara sederhana, audit auditing adalah kegiatan membandingkan suatu kriteria apa yang seharusnya
dengan kondisi apa yang sebenarnya terjadi”. Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar benar harus dipertahankan oleh
Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau
kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Oleh sebab itu, keberpihakan auditor dalam hal ini seharusnya lebih
diutamakan pada kepentingan publik IAI, 2001. De Angelo 1981 mendefinisikan kualitas audit sebagai
sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor
tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.
Kualitas audit memiliki arti yang berbeda – beda. Dari sisi auditor, kualitas audit merupakan hasil kerja para auditor yang telah
sesuai dengan standar – standar serta kode etik profesi yang telah ditetapkan. Kualitas audit diharapkan dapat mengurangi ketidakpuasan
para pemakai informasi dan menjaga reputasi auditor. Sedangkan kualitas
Universitas Sumatra Utara
audit menurut para pengguna laporan keuangan adalah jika auditor dapat memberikan opini yang sesuai dan bertanggung jawab serta memberikan
jaminan bahwa tidak terdapat kecurangan atau salah saji material. Baik tidaknya kualitas suatu hasil audit bergantung kepada kemampuan
penyedia jasa audit dalam memenuhi harapan klien secara konsisten. Menurut Jackson et.al., 2008, kualitas audit terdiri atas Actual
Quality kualitas sebenarnya dan Perceived Quality kualitas yang dirasakan. Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari
pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang. Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan
percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material. Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai
bagi laporan - laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Peningkatan kualitas
adalah sebuah fungsi tidak hanya deteksi auditor atas salah saji material, tetapi juga perilaku auditor terhadap deteksi ini. Maka dari itu, jika
auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan, kualitasaudit yang lebih tinggi dihasilkan, sementara itu kegagalan untuk memperbaiki
salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit Al-Thuneibat et.al.,
2011. Dalam penelitian ini, opini going concern digunakan sebagaiproksivariabel Kualitas Audit.Dalam akuntansi, going
Universitas Sumatra Utara
concerndiartikankemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan kegiatan usahanya danterus berfungsi sebagai entitas bisnis.
2.1.2. Ukuran Kantor Akuntan Publik KAP
Ukuran Kantor Akuntan Publik KAP dalam penelitian ini diproksikan dengan reputasi kantor akuntan publik tersebut, yang diwakili
dengan kantor akuntan publik big four dan non big four. Kantor akuntan publik dengan reputasi big four dipastikan memiliki klien yang lebih
banyak daripada akuntan publik non bigfour. Hal ini didasari pada kualitas auditor yang ada dalam kantor akuntan yang punya reputasi big four, yang
dianggap memiliki kecepatan, ketepatan dan memiliki sarana serta prasarana yang lebih baik dari auditor kantor akuntan non big four.
Choi et al. 2010 dalam penelitiannya menemukan bahwa secara umum, kantor akuntan publik internasional dengan nama besar seperti big
four atau keahlian industri bisa menyediakan laporan auditan dengan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan kantor akuntan yang relatif kecil
yang kurang nama besar atau keahlian industri. Dengan demikian, ukuran kantor akuntan publik yang berklasifikasi bigfour akan memberikan hasil
audit yang lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang tidak terklasifikasi big four. Kantor Akuntan Publik KAP di Indonesia
yang berafiliasi dengan the Big 4, adalah : a.
KAP Purwantono, Suherman Surja – berafilisiasi dengan Ernst Young
Universitas Sumatra Utara
b. KAP Osman Bing Satrio – berafilisiasi dengan Deloitte Touche
Tomatsu c.
KAP Siddharta dan Widjaja – berafilisiasi dengan KMPG, dan d.
KAP Tanudiredja,Wibisana Rekan – berafilisiasi dengan PricewaterhouseCoopers PwC.
2.1.3. Biaya Eksternal Audit Audit Fee
Biaya audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang
diberikan,tingkat keahlian dan lain – lain. Menurut Sukrisno Agoes 2012 ; 18 fee audit adalah :
“ Besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutandan pertimbangan professional lainnya “.
Menurut Sukrisno Agoes 2012 : 18 indikator dari fee audit dapat diukur dari :
1. Resiko penugasan
2. Kompleksitas jasa yang diberikan
3. Struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan
danpertimbangan profesi lainnya 4.
Ukuran Kantor Akuntan Publik Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang
cukup penjang, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
Universitas Sumatra Utara
yang disebutkan diatas. Selain faktor tersebut, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal – hal
sebagai berikut : 1.
Kebutuhan klien 2.
Tugas dan tanggungjawab menurut hukum statutory duties 3.
Independensi 4.
Tingkat keahlian levels of expertise 5.
Tanggung jawab 6.
Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan Akuntan Publik.
Penetapan jasa audit yang dilakukan oleh KAP biasanya didasari perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung
dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri biaya tenaga, yaitu : Manager, Supervisor, Auditor Senior dan Auditor Junior. Sedangkan,
biaya tidak langsung seperti : percetakan, biaya penyusutan komputer, gedung dan asuransi.
Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik juga harus memperhatikan tahapan – tahapan pekerjaan audit dan
tahap pelaporan. Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik
merupakan salah satu objek yang menarik untuk diteliti. Selama dua decade terakhir penelitian mengenai pasar jasa audit telah tumbuh secara
signifikan.Namun, penelitian mengenai fee audit di Negara – Negara
Universitas Sumatra Utara
berkembang masih jarang dilakukan. Di Indonesia sendiri penelitian mengenai fee audit di Indonesia mungkin dilakukan tetapi tidak
terpublikasikan dijurnal ilmiah. De Angelo dalam Putri Dyah R. 2011 menyatakan bahwa fee
audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan
klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang
melakukan jasa audit. Sedangkan menurut Sankaraguruswamy et al. 2003 fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi
tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, keuangan klien, ukuran perusahaan klien, ukuran auditor KAP, keahlian yang
dimiliki auditor tentang industry, serta efisiensi yang dimiliki auditor. Institusi Akuntan Publik Indonesia IAPI menerbitkan Surat
Keputusan No.KEP.024IAPIVII2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit.Dalam bagian lampiran 1 dijelaskan
bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institusi Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai
akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa professional yang diberikannya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam
jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tungtutan
Universitas Sumatra Utara
standar professional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan
oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan
kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku.
2.1.4. Masa Perikatan Auditor – Klien Audit Tenure
Menurut Nurul,Nur, azlina, 2012 “audit tenure adalah jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP dengan auditee yang sama”
Audit Tenure adalah Masa Perikatan keterlibatan antara Kantor AkuntanPublik KAP dan klien terkait jasa audit yang disepakati atau
dapat juga diartikan sebagai jangka waktu hubungan auditor dan klien. Isu mengenai Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap
independensi auditor. AlThuneibat et al. 2011 dalam
penelitiannyamenyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka,
cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Namun, Jackson et al. 2008 memiliki pandangan yang berbeda
dari hasilpenelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et al. 2011. Merekamenyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan
adanya hubungan antara auditor dan klien. Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute of
CertifiedAccountants AICPA dalam Al-Thuneibat et al.,2011, ditemukan
Universitas Sumatra Utara
bahwakegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari ikatan yangdibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian
tersebutmelakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit. Dua penelitian yangmemeriksa gugatan yang melibatkan auditor St Pierre dan
Anderson, 1984; Stice,1991 dalam Al-Thuneibat et al., 2011 menemukan bahwa kegagalan audit lebihumum terjadi pada tiga tahun atau kurang
dalam hubungan auditor-klien. Auditor dengan perikatan yang panjang, dibandingkan dengan auditor dengan perikatanyang pendek, lebih
mungkin untuk mengeluarkan opini going concern untuk klienyang kemudian menyatakan kebangkrutan Geiger dan Raghunandan, 2002
dalamAl-Thuneibat et al., 2011. Hubungan antara auditor klien bisa disimpulkan akan berpengaruh
terhadap kualitas hasil audit. Disatu sisi, hubungan auditor-klien yang panjang akan memungkinkan auditor dan manajemen mencapai
kenyamanan dalampekerjaan yang dapat mengancam independensi auditor tersebut. Namun disisi lain hubungan auditor-klien yang panajang juga
bisa saja mempunyai dampak posistif terhadap kualitas audit, dengan argumen bahwa auditor akan mengenali dan sangat memahami proses
bisnis perusahaan dan perilaku manajemen. Kemudian jika perusahaan menggunakan jasa auditor baru, maka auditor tersebut butuh masa
pengenalan dan penyesuaian terhadap bisnis kliennya yang akan sedikit mengganggu efektifitas dan efisiensi proses audit.
2.1.5. Komite Audit
Universitas Sumatra Utara
2.1.5.1. Definisi dan Karakteristik Komite Audit
Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada
tahun 1970-an, New York Stock Exchange NYSE mulai mewajibkan keberadaan komite audit sebagai persyaratan
pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat ketentuan mengenai komite audit. Sejalan dengan kecenderungan
internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di Indonesia melalui pedoman Good Corporate
Governance GCG yang diterbitkan pada bulan Mei 2002. Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaran
Bapepam Nomor SE-03PM2002 bagi perusahaan publik dan keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103MBU2002 bagi
BUMN. Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal
yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG 2006, jumlah komite
audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan.
Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawas dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum
memadai. Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance GCG.
Universitas Sumatra Utara
Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap
pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan
sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit harus memiliki keahlian yang memadai. Komite audit memiliki kewenangan dan
fasilitas untuk mengakses data perusahaan. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara
independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari
karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus
menjembatani antarafungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor.
Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat
berasal dari kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite
audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008 : 145.
Kebutuhan akan komite audit disebabkan oleh belum
memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan. Pemilihan anggota dewan komisaris yang berdasarkan
kedudukan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check andbalance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Fungsi audit internal dan eksternal belum berjalan optimal mengingat secara struktural, auditor tersebut berada pada posisi
yang sulit untuk bersikap independen dan objektif. Oleh karena itu,
Universitas Sumatra Utara
muncul tuntutan adanya auditor independen. Komite audit timbul untuk memenuhi tuntutan tersebut.
2.1.5.2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Komite Audit
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana 2006 : 148 , komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu :
1. Laporan Keuangan financial reporting
Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan
yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha,
rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang.
2. Tata Kelola Perusahaan corporate governance
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan
telah dijalankan sesuai undang – undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasa
secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.
3. Pengawasan Perusahaan corporate control
Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal – hal yang
berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang
dilakukan oleh auditor internal.
Sedangkan menurut pedoman GCG, tugas dan tanggung jawab komite audit adalah :
1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern
yang memadai. Adanya pengawasan intern ditujukan untuk mewujudkan prinsip pertanggungjawaban
responsibility. 2.
Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan. Prinsip transparansi transparency
dikembangkan dalam tugas ini.
Universitas Sumatra Utara
3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit,
kewajaran biaya eksternal audit, serta kemandirian dan objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal
ini menjalankan prinsip akuntabilitas accountability. 4.
Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa
eksternal audit. Hal ini terkait dengan prinsip pertanggungjawaban responsibility.
Komite audit juga memiliki wewenang, yaitu : 1.
Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya ;
2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan ;
3. Mengusahakan saran hokum dan professional lainnya
yang indepenten apabila dipandang perlu ; 4.
Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman sesuai, apabila dianggap perlu.
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu
perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan empowerment dewan komisaris. Oleh karena itu, pertanggungjawaban komite
audit kepada dewan komisaris.
Universitas Sumatra Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu