Infeksi Primer Tuberkulosis Paru Pasca Primer Post Primary Tuberculosis Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis Paru

Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan kaya oksigen Achmadi, 2008. Bila dijumpai BTA dalam dahak orang yang sering batuk-batuk maka orang tersebut didiagnosis sebagai penderita TB Paru aktif dan sangat berbahaya karena memiliki potensi yang amat berbahaya Achmadi, 2011. Secara khas bakteri berbentuk granula dalam paru menimbulkan nekrosis atau kerusakan jaringan. Bakteri Mycobacterium tuberculosis akan cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh dapat dormant, tertidur lama selama bertahun tahun Achmadi, 2008

2.1.3 Patogenesis Penyakit Tuberkulosis Paru

Patogenesis penyakit tuberkulosis paru berawal dari penderita tuberkulosis paru BTA positif sebagai sumber penularan. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan bakteri dalam bentuk droplet percikan dahak. Droplet yang mengandung bakteri dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya. Patogenesis penyakit tuberkulosis paru dibedakan berdasarkan proses terjadinya, sebagai berikut:

A. Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi pada seseorang yang terpapar pertama kali dengan bakteri tuberkulosis paru. Droplet yang terhisap sangat kecil ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosiller broncus dan terus berjalan sampai di Universitas Sumatera Utara alveolus terminalis dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat bakteri tuberkulosis paru berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa bakteri tuberkulosis paru ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadi infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu Depkes RI, 2006.

B. Tuberkulosis Paru Pasca Primer Post Primary Tuberculosis

Tuberkulosis paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis paru pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura Depkes RI, 2002.

C. Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis Paru

1 Pneumutoraks spontan terjadi bila udara memasuki rongga pleura sesudah terjadi robekan pada kavitas tuberkulosis paru. 2 Cor pulmonale adalah gagal jantung kongestif karena tekanan balik akibat kerusakan paru, dapat terjadi bila terdapat destruksi paru yang amat luas. 3 Aspergilomata dimana kavitas tuberkulosis paru yang sudah diobati dengan baik dan sudah sembuh kadang-kadang tinggal terbuka dan dapat terinfeksi dengan jamur Aspergillus fumigatus. 4 Hemoptis berat perdarahan dari saluran nafas bawah yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Universitas Sumatera Utara 5 Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkhial. 6 Bronkhiektasis pelebaran broncus setempat dan fibrosis pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan pada paru. 7 Insufisiensi Cardio Pulmoner. 8 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya Depkes RI, 2002. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat bakteri, maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut Depkes RI, 2002.

2.1.4 Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Paru

Epidemiologi penyakit tuberkulosis paru adalah ilmu yang mengkaji distribusi, frekuensi serta determinan. Kajian tersebut menyangkut interaksi antara Mycobacterium Tuberculosis sebagai bakteri agent, manusia host dan lingkungan environment. Disamping itu mencakup perkembangan dan penyebarannya, termasuk didalamnya juga mencakup prevalensi dan insidensi penyakit tersebut yang timbul dari populasi yang tertular Depkes RI, 2006.

A. Distribusi Penyakit Tuberkulosis Paru