WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC global health emergency
pada tahun 1993, karena disebagian besar negara didunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini karena banyaknya penderita TBC yang tidak
berhasil disembuhkan. Di negara-negara miskin kematian TBC merupakan 25 dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara
menanggung bagian yang terberat dari beban TBC global yakni sekitar 38 dari kasus TBC dunia. Depkes RI, 2005
C. Determinan Penyakit Tuberkulosis Paru
Menurut teori Gordon dalam Soemirat 2000, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit
agent, penjamu host, dan lingkungan environment. Ketiga faktor penting ini disebut segi tiga epidemiologi epidemiologi triangle, hubungan ketiga faktor
tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan
sebagai penumpunya. Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan
seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat, perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit, penurunan daya tahan tubuh akan
menyebabkan bobot agent penyebab menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit, demikian pula bila agent penyakit lebih banyak atau lebih ganas
sedangkan faktor penjamu tetap, maka bobot agent penyebab menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya tahan tubuh seseorang baik atau meningkat maka ia dalam
keadaan sehat Soewasti, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Apabila faktor lingkungan berubah menjadi cenderung menguntungkan agent
penyebab penyakit, maka orang akan sakit, pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor berikut :
A. Agent
Mycobacterium Tuberculosis
adalah suatu
anggota dari
famili Mycobacteriaceae
dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan penyakit pada manusia dan sering menyebabkan
infeksi. Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium Leprae
, Mycobacterium paratuberkulosis paru dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan
Depkes RI, 2006. Agent
adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila penyakit timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficientmemenuhi syarat untuk
menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar penyakit dapat manifest. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit
tuberkulosis paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pathogenitas, infektifitas dan
virulensi Soewasti, 2000. B. Host
Manusia merupakan reservoar untuk penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis,
bakteri tuberkulosis paru menular melalui droplet nuclei. Seorang penderita tuberkulosis paru dapat menularkan pada 10-15 orang Depkes RI,
2002. Menurut penelitian Pusat Ekologi Kesehatan 1991, menunjukkan tingkat
Universitas Sumatera Utara
penularan tuberkulosis paru di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam
rumahnya. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan penyakit Tb paru adalah : Umur, Jenis Kelamin,Status Gizi.
1 Umur Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit TB Paru. Dari hasil
penelitian di New York menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi TB Paru aktif meningkat secara bermakna sesuai umur. Di Indonesia diperkirakan
75 penderita TBC adalah usia produktif, yakni 15 hingga 50 tahun Achmadi, 2010.
Berdasarkan Profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menggambarkan presentase penderita TB adalah usia 25-34 tahun 23,67, diikuti 35-44 tahun
20,46, 15-24 tahun 18,08, 45-54 tahun 17,48, 56-64 tahun 12,32, lebih dari 65 tahun 6,68, dan yang terendah adalah 0-14 tahun 1,31. Risiko
penularan TB paru tertinggi yaitu pada usia di bawah 3 tahun, rendah pada masa kanak-kanak dan meningkat lagi pada masa remaja dan dewasa muda berusia 15-
50 tahun usia produktif dan pada usia lanjut Widoyono, 2008. 2 Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak menderita TB Paru. Hal ini disebabkan laki-laki lebih banyak melakukan mobilisasi dan
mengkonsumsi alkohol dan rokok Depkes RI, 2005. Penelitian dengan pendekatan prospektif observasional analitik di RS Persahabatan tahun 2005
Universitas Sumatera Utara
melaporkan bahwa laki-laki 0,5 kali lebih sulit untuk sembuh dari pada wanita pada penderita TB Paru.
3 Status Gizi Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan
timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang buruk dapat mempermudah terkena penyakit
infeksi Supariasa, 2001. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya kasus penyakit tuberkulosis karena daya tahan tubuh yang rendah Girsang, 2000.
Penelitian Firdaus 2005 dengan desain prospektif observasional analitik di RS Persahabatan tahun 2005 melaporkan bahwa status gizi buruk 9,59 kali lebih sulit
untuk sembuh dari pada status gizi baik pada penderita TB Paru. C. Environment
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat
interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain. Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi
menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola skuler tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis. Pada penularan Tb Paru, faktor
lingkungan environment yang sangat berpengaruh adalah kelembaban, intensitas cahaya dan suhu juga kepadatan hunian Depkes RI, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru
Dalam program pencegahan penyakit tuberkulosis paru dilakukan secara berjenjang, mulai dari pencegahan primer, kemudian pencegahan sekunder, dan
pencegahan tertier, sebagai berikut:
A. Pencegahan Primer