5 Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkhial. 6 Bronkhiektasis pelebaran broncus setempat dan fibrosis pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan pada paru. 7 Insufisiensi Cardio Pulmoner.
8 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya Depkes RI, 2002.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif tidak terlihat bakteri,
maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB Paru ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut Depkes RI, 2002.
2.1.4 Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Paru
Epidemiologi penyakit tuberkulosis paru adalah ilmu yang mengkaji distribusi, frekuensi serta determinan. Kajian tersebut menyangkut interaksi antara
Mycobacterium Tuberculosis sebagai bakteri agent, manusia host dan
lingkungan environment. Disamping itu mencakup perkembangan dan penyebarannya, termasuk didalamnya juga mencakup prevalensi dan insidensi
penyakit tersebut yang timbul dari populasi yang tertular Depkes RI, 2006.
A. Distribusi Penyakit Tuberkulosis Paru
Penyakit tuberkulosis paru sumber infeksi adalah manusia yang mengeluarkan basil tuberkel dari saluran pernafasan. Kontak yang rapat misalnya
dalam keluarga menyebabkan banyak kemungkinan penularan melalui droplet. Kerentanan penderita tuberkulosis paru meliputi risiko memperoleh infeksi dan
Universitas Sumatera Utara
konsekuensi timbulnya penyakit setelah terjadi infeksi, sehingga bagi orang dengan uji tuberkulin negatif risiko memperoleh basil tuberkel bergantung pada
kontak dengan sumber-sumber bakteri penyebab infeksi terutama dari penderita tuberkulosis paru dengan BTA positif. Konsekuensi ini sebanding dengan angka
infeksi aktif penduduk, tingkat kepadatan penduduk, keadaan sosial ekonomi yang merugikan dan perawatan kesehatan yang tidak memadai Depkes RI, 2006.
Berkembangnya penyakit secara klinik setelah infeksi dimungkinkan adanya faktor komponen genetik yang terbukti pada hewan dan diduga terjadi pada
manusia, hal ini dipengaruhi oleh umur, kekurangan gizi dan kenyataan status immunologik serta penyakit yang menyertainya.
B. Frekuensi Penyakit Tuberkulosis Paru
Sebagian besar dari kasus TB ini 95 dan kematiannya 98 terjadi dinegara-negara yang sedang berkembang. Di antara mereka 75 berada pada
usia produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65 dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian
yang muncul di Asia. Di negara maju dapat dikatakan penyakit TBC dapat dikendalikan, namun adanya peningkatan kasus penyakit HIV merupakan
ancaman yang sangat potensial dalam pengkatan kasus penyakit TBC baru. Pada tahun 1955 diseluruh dunia terdapat 17 kasus infeksi HIV dan kira-kira ada 6 juta
kasus AIDS pada orang dewasa dan anak sejak timbulnya pandemi HIV. Kira-kira sepertiga dari semua orang yang terinfeksi HIV juga terinfeksi tuberkulosis. Dari
jumlah ini 70 berada di Afrika, 20 di Asia dan 80 di Amerika Latin. Crofton, 2002
Universitas Sumatera Utara
WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC global health emergency
pada tahun 1993, karena disebagian besar negara didunia, penyakit TBC tidak terkendali. Hal ini karena banyaknya penderita TBC yang tidak
berhasil disembuhkan. Di negara-negara miskin kematian TBC merupakan 25 dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara
menanggung bagian yang terberat dari beban TBC global yakni sekitar 38 dari kasus TBC dunia. Depkes RI, 2005
C. Determinan Penyakit Tuberkulosis Paru