Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang Dalam Karangan Narasi Siswa Kelas Xi.1 Semester Ganjil Sma Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014

(1)

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh

Ety Fitriyah

109013000023

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ORANG DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI.1

SEMESTER GANJIL SMA MUHAMMADIYAH

SAWANGAN DEPOK JAWA BARAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ety Fitriyah NIM 109013000023

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Dra. Hindun, M. Pd. NIP 19701215 200912 200 1

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

(4)

(5)

i

Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan kata ganti orang dalam karangan narasi. Adapun karangan narasi yang diteliti sebanyak dua puluh enam karangan. Tetapi yang dianalisis hanya dua puluh lima karangan, karena satu karangan tidak termasuk karangan narasi melainkan karangan deskripsi. Objek dalam penelitian ini adalah karangan narasi yang ditulis oleh siswa SMA Muhammadiyah Sawangan kelas XI.1 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan dideskripsikan dalam bentuk tabel dan kata-kata.

Dari dua puluh lima karangan narasi tersebut, kata ganti yang paling banyak digunakan yakni kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak (kami) dan kata ganti yang paling sedikit digunakan yakni kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna jamak (kalian).


(6)

ii

Indonesian Language and Literature Education Department Faculty of Tarbiya and Teacher Learning Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2013.

The aim of this research is to know the use of personal pronoun at narrative text. There are twenty six text of narrative text but in this case only twenty five text which are analyzed because one text is including descriptive text. The objective of this research is the result of student’s work at SMA Muhammadiyah Sawangan Depok at XI.1 grade in the academic year 2013/2014.

This is qualitatif research. After collecting data; the data will be explained by using table and description.

“We” (plural) is personal pronoun which is the most used by students and

the least is “you” (plural).


(7)

iii

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap keluarga dan sahabat-Nya yang selalu menjaga kemurnian sunnah-Nya. Skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI.1 Semester Ganjil SMA Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014” ini disusun dan diajukan untuk melengkapi program studi jenjang S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lupa penulis haturkan banyak terimakasih kepada:

1. Nurlena Rifa‟i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

3. Dra. Hindun, M.Pd., Dosen Pembimbing dan sekretaris jurusan, yang dengan segala kebijaksanaannya telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini, dan selalu memberi motivasi serta dukungan kepada penulis sampai akhirnya perkuliahan;

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang tak hentinya memberikan asupan ilmu kepada penulis selama empat tahun perkuliahan;

5. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari referensi;


(8)

iv

Fadillah, S.Pd. dan Tri Amalia, S.Pd. yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian;

7. Bapak, Ibu, dan Kakak tersayang, serta keluarga tercinta yang dengan kasih sayang, pengorbanan, kesabaran, dan doanya tidak pernah putus untuk kesuksesan penulis;

8. Dodo Mulyawan, seseorang yang selalu ada di sisi penulis dalam suka dan

duka, memberikan nasihat, serta kasih sayang dan do‟a yang tiada henti;

9. Kawan-kawan mahasiswa Jurusan PBSI kelas A angkatan 2009, khususnya Ikawati, Rhani, dan Ulfi yang telah berjuang bersama-sama dan saling menguatkan serta mengajari arti kebersamaan, kekeluargaan, persaudaraan, dan persahabatan. Terimakasih telah memberikan pelajaran kehidupan dan arti sebuah pertemanan.

Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, hanya doa yang tulus yang dapat penulis panjatkan kepada Allah Swt, semoga Allah Swt memberikan balasan yang melimpah. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca.

Jakarta, 19 Agustus 2013


(9)

v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... .. i

ABSTRACT ... . .. ii

KATA PENGANTAR ... .. iii

DAFTAR ISI ... ... v

DAFTAR TABEL ... ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... ... 5

C. Batasan Masalah ... ... 6

D. Rumusan Masalah ... ... 6

E. Tujuan Penelitian ... ... 6

F. Manfaat Penelitian ... ... 6

BAB II : LANDASAN TEORETIS A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa ... ... 8

B. Tujuan Analisis Kesalahan ... 9

C. Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan ... 9

D. Pengertian Kata Ganti ... ... 10

E. Macam-macam Kata Ganti ... ... 11

F. Pengertian Menulis ... ... 12

G. Karangan ... ... 13

1. Pengertian Karangan ... ... 14

2. Jenis-jenis Karangan ... ... 14

3. Kerangka Karangan ... ... 16

4. Bagian Utama Karangan ... ... 17


(10)

vi

3. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi ... ... 21

4. Contoh Karangan Narasi ... ... 22

I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 22

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

B. Metode Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian ... 26

D. Instrumen Penelitian ... 27

E. Teknik Penelitian ... 27

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah ... 28

1. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Sawangan ... ... 28

2. Keadaan Tenaga Pengajar ... . ... 28

3. Keadaan Siswa ... .. ... 29

B. Deskripsi Data ... 29

C. Tabel Analisis Karangan Narasi Siswa ... ... 30

D. Interpretasi Data ... ... 70

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... ... 71

B. Saran ... ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... . ... 72


(11)

vii

Tabel 3 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Aidha Radyana.

Tabel 4 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Anisa Wahidah.

Tabel 5 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ardiansyah. Tabel 6 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ariyani

Hidayati.

Tabel 7 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Averous Karim Panji.

Tabel 8 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Awal Prasetio.

Tabel 9 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Bagus Prasetyo.

Tabel 10 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Belinda Zahara Dewi.

Tabel 11 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Erhan Angga Wira Sanjaya.

Tabel 12 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Eva Sahara. Tabel 13 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ferdian Hadi

Cahya.

Tabel 14 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Fitri Handayani.

Tabel 15 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Haidar Fahmi Saddam.

Tabel 16 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ikrar Nusa Bhakti.


(12)

viii

Tabel 19 Penggunaan Kata ganti Orang dalam Karangan Narasi Nur Hidayati. Tabel 20 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Nurali

Samalo.

Tabel 21 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Buggy A. Tabel 22 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Rio Ikhwan

Nur.

Tabel 23 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Serliana Eka Putri.

Tabel 24 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Sisi Nada Riski.

Tabel 25 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Tubagus Renaldi.

Tabel 26 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Wiwi Lestari. Tabel 27 Penggunaan Kata ganti Orang dalam Karangan Narasi Zanah Safitri. Tabel 28 Rekapitulasi Temuan Hasil Penggunaan Kata Ganti Orang.


(13)

ix Lampiran 3 Surat Keterangan

Lampiran 4 Karangan Narasi Siswa Lampiran 5 Data Guru dan Karyawan Lampiran 6 Uji Referensi


(14)

1

Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional yang harus dikuasai oleh bangsa Indonesia. Kedudukannya sebagai Bahasa Nasional merupakan sarana pemersatu bangsa diatas berbagai perbedaan bahasa yang dimiliki oleh berbagai suku di Indonesia. Namun, pada praktik pengajarannya, banyak ditemukan berbagai kesalahan berbahasa, terutama dikalangan para pelajar. khususnya kesalahan dalam penggunaan kata ganti orang.

Dalam kegiatan berbahasa, membaca dan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang penting di samping dua kemampuan bahasa yang lain yaitu mendengar dan berbicara. Dari membaca dituntut kemampuan untuk dapat memahami dengan baik apa yang ditulis oleh orang lain, sedangkan dari menulis dituntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan kepada orang lain apa yang dirasakan, dikehendaki, dan dipikirkan dengan bahasa tulisan. Untuk berkomunikasi dengan baik, siswa dituntut mempunyai pengetahuan yang luas, terutama dalam berkomunikasi secara tertulis yang dirasakan lebih sulit daripada berkomunikasi secara lisan.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama menjalani Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMP Islamiyah Sawangan Depok (dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2013), ditemukan bahwa keterampilan menulis sering menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari siswa SMP Islamiyah Sawangan khususnya siswa kelas VII.1, VII.2, dan VII.3. Mereka tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai atau mengawali paragraf. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan oleh gurunya. Di dalam kegiatan menulis ini, siswa sering melakukan kesalahan ketika menggunakan kata ganti orang khususnya penggunaan kata ganti orang pertama dan ketiga.


(15)

Kesalahan tersebut terjadi karena minimnya pengetahuan mengenai kata ganti orang yang benar, dalam menulis karangan kata ganti orang pertama jamak kerap mengalami kesalahan penggunaan, siswa tidak bisa membedakan makna antara kata „kami‟ dan „kita‟, misalnya pada kalimat “Kita akan berangkat pukul enam

pagi”. Kata „kita‟ pada kalimat tersebut seharusnya menggunakan kata „kami‟, karena dalam kalimat tersebut kata „kita‟ bersifat inklusif; artinya, pronomina itu mencakupi tidak saja pembicara/penulis, tetapi juga pendengar/pembaca, dan mungkin pula pihak lain. Sebaliknya, kata „kami‟ bersifat ekslusif; artinya promomina itu mencakupi pembicara/penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain di pihak pendengar/pembacanya. Selain kata ganti orang pertama jamak, kesalahan penggunaan pada kata ganti orang ketiga tunggal ini biasanya terjadi pada kata -nya, misalnya pada kalimat, “Atas perhatiannya,

diucapkan terimakasih”, seharusnya kalimat tersebut menjadi “Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terimakasih” atau “Atas perhatian Bapak, kami ucapkan

terimakasih”.

Keterampilan menulis hanya diajarkan pada saat pembelajaran menulis di kelas, padahal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran keterampilan yang lainnya di kelas. Pengintegrasian ini dapat bersifat internal maupun eksternal. Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dengan pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Menulis dapat pula diintergrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran bahasa Indonesia. Komunikasi secara tertulis bisa didapatkan dari banyak hal, misalnya dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, lingkungan, peristiwa alam, bahkan dari khayalan pun dapat dijadikan komunikasi secara tertulis. Komunikasi secara tertulis dapat berupa menjadi sebuah karangan, puisi, cerpen, novel, dan lain sebagainya.

Keterampilan menulis hanya bisa diperoleh melalui proses latihan yang ketat dengan penguasaan konsep-konsep tertentu dan dipraktikan secara teratur. Oleh karena itu tidak semua orang dapat menulis dengan baik dan banar. Sebagian orang ada yang menyamakan antara menulis dan mengarang. Menulis merupakan


(16)

suatu kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan, sedangkan mengarang merupakan kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan yang dapat diekspresikan ke dalam bentuk sebuah karangan. Jadi, menulis dan mengarang itu berbeda tetapi saling berkaitan. Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang diterima dari proses menyimak dan membaca. Jadi, semakin banyak seseorang menyimak atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk diekspresikan secara tertulis. Dengan penguasaan keterampilan menulis, diharapkan seseorang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimiliki setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi.

Karangan dapat dibedakan berdasarkan bobot isi dan jenis isi. Karangan berdasarkan bobot isinya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah. Karangan ilmiah terdiri dari makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan lain sebagainya yang memiliki aturan baku dan persyaratan khusus baik dalam sistematika penulisannya maupun penggunaan bahasanya. Karangan semiilmiah terdiri dari artikel, laporan, berita, opini, dan lain sebagainya. Sedangkan karangan nonilmiah terdiri dari cerpen, novel, puisi, dan lain sebagainya yang memiliki aturan yang sebaliknya dari karangan ilmiah. Ketika seseorang membuat sebuah karangan, kerangka karangan sangat diperlukan guna mempermudah membuat karangan. Dengan adanya kerangka karangan, penulis akan dapat menulis karangannya sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan berdasarkan topik atau tema. Selain itu karangan pun akan terlihat lebih rapih, terarah, dan sistematis. Karangan berdasarkan cara penyajiannya dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu karangan deskripsi, karangan narasi, karangan eksposisi, karangan argumentasi, dan karangan persuasi.

Tulisan narasi berupaya semaksimal mungkin agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan oleh pengarang. Menceritakan adalah kata kunci dari pengertian tulisan narasi. Dengan kata kunci tersebut dapat dipahami bahwa fungsi sosial dari tulisan narasi adalah penulis atau pengarang menceritakan peristiwa atau suatu kejadian kepada para pembaca.


(17)

Karangan narasi merupakan jenis karangan yang bersifat menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar para pembacanya seolah-olah mengalami kejadian yang telah diceritakan tersebut. Dalam menulis sebuah karangan penggunaan kata ganti sangat diperlukan. Sebagian besar kata ganti orang (pronomina persona) dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari dua wujud. Hal ini disebabkan oleh budaya bangsa Indonesia yang sangat memperhatikan hubungan sosial antarmanusia. Tatakrama dalam kehidupan bermasyarakat menuntut adanya urutan yang serasi dan sesuai dengan martabat masing-masing. Pada umumnya ada tiga parameter yang dipakai sebagai ukuran: (1) umur, (2) status sosial, dan (3) keakraban.

Secara budaya orang yang lebih muda diharapkan menunjukkan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Sebaliknya, orang yang lebih tua diharapkan pula menunjukkan rasa tenggang rasa terhadap yang muda. Unsur timbal balik seperti itu tercermin dalam pemakaian kata ganti (pronomina) dalam bahasa kita. Pronomina saya, misalnya, lebih umum dipakai daripada aku oleh orang muda terhadap orang tua. Untuk menunjukkan rasa hormat, pronomina beliau dipakai alih-alih dia. Sebaliknya, orang tua mungkin akan merasa senang memakai sapaan seperti adik daripada kamu bila menyapa orang muda yang tidak begitu dikenalnya atau yang bukan bawahannya.

Status sosial, baik kedudukan dalam masyarakat maupun badan resmi di suatu instansi ikut pula mempengaruhi pemakaian kata ganti (pronomina). Seorang kepala kantor dapat memakai pronomina kamu, misalnya, apabila ia berbicara dengan pengawainya, apabila jika umurnya lebih muda. Sebaliknya, ia akan memakai kata Saudara atau Bapak jika yang diajak berbicara itu adalah tamu yang sebaya, baik dalam segi umur atau kedudukan.

Parameter ketiga, yakni keakraban, dapat menyilang garis pemisah umur dan status sosial meskipun kadang-kadang hanya dalam situasi-situasi tertentu. Dua orang yang sejak kecil telah bersahabat dapat saja tetap memakai pronomina

kamu meskipun yang satu telah menjadi menteri, misalnya, sedangkan yang lain hanyalah guru di sekolah dasar. Dalam pertemuan resmi, guru sekolah dasar itu akan menyapa menteri itu dengan sapaan Bapak: Pendapat Bapak dalam soal ini


(18)

bagaimana? Sebaliknya, pada resepsi pengantin, dapat saja guru itu berkata Kamu tinggal di rumah pribadi atau rumah dinas? Hal seperti itu sering ditentukan oleh pribadi dan kepribadian masing-masing. Demikian pula seorang kepala kantor yang menikah dengan seorang wanita yang menjadi bawahannya tidak akan merasa pantas menyapa ayah mertuanya dengan kamu. Akan lebih layak baginya untuk memakai kata sapaan Bapak. Demikian pula ayah mertua yang sudah tua itu akan menyapa menantunya dengan sapaan Bapak waktu mereka berada di kantor.

Dengan gambaran di atas, pemakaian kata ganti (pronomina) sangatlah penting karena pemakaian yang salah dapat menimbulkan hal yang mengganggu keserasian pergaulan. Oleh karena itu, mengingat begitu pentingnya penggunaan kata ganti (pronomina) dalam mendukung gagasan atau ide yang ingin diungkapkan untuk menulis sebuah karangan, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi penggunaan kata ganti (pronomina) yang dipakai siswa sudah tepat atau belum dalam penulisannya maupun penerapannya. Untuk itu penulis mengambil judul “ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA GANTI ORANG DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI.1 SEMESTER GANJIL SMA MUHAMMADIYAH SAWANGAN DEPOK JAWA BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dilakukan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai dibandingkan keterampilan yang lainnya, dan pada umumnya siswa kurang terampil dalam menulis.

2. Kurangnya pemahaman siswa terhadap penggunaan kata ganti orang.

3. Banyak siswa yang tidak bisa membuat karangan sesuai kerangka karangan yang baik.

4. Guru kurang terampil dalam menyampaikan pembelajaran, terutama pembelajaran menulis.


(19)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memfokuskan penelitian terhadap objek yang akan diteliti, penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada penggunaan kata ganti orang dalam menulis karangan narasi siswa SMA Muhammadiyah Sawangan Depok kelas XI.1 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merumuskan pokok permasalahan dalam skripsi ini, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana penggunaan kata ganti orang dalam karangan narasi siswa kelas XI.1 semester ganjil SMA Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat tahun pelajaran 2013/2014?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan kata ganti orang dalam karangan narasi siswa kelas XI.1 semester ganjil SMA Muhammadiyah Sawangan tahun pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Untuk menguji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, suatu penelitian harus memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Oleh karena itu manfaat yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan di bidang bahasa khususnya penggunaan kata ganti orang dalam karangan narasi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi guru untuk mengembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan tentang penggunaan kata ganti;

b. Bagi peneliti sebagai wahana untuk memperdalam penggunaan kata ganti terutama dalam pengembangan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi;


(20)

c. Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan kata ganti dalam sebuah karangan.

d. Bagi siswa agar dapat mengarang dengan baik dan dapat menggunakan kata ganti dengan tepat.


(21)

8

dengan masalah penggunaan kata ganti. Penyusunan paragraf menjadi sebuah karangan perlu didukung oleh penggunaan kata ganti yang tepat. Penggunaan kata ganti yang kurang tepat, dapat memberi arti yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan. Kata ganti (pronomina) itu sendiri adalah “kata yang menggantikan nomina atau frase nominal.”1

A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Menurut Tarigan dan Tarigan (1988) dalam Bambang Yulianto dan Maria Mintowati analisis kesalahan berbahasa merupakan kajian terhadap segala aspek kesalahan dalam pembelajaran bahasa, baik kesalahan akibat interferensi maupun akibat penyamarataan (overgeneralisasi). Dari definisi ini, yang menjadi fokus adalah segala kesalahan yang dibuat oleh siswa yang sedang belajar B1/B2 dengan segala penyebabnya.2 Selanjutnya pendapat lain mengungkapkan bahwa analisis kesalahan berbahasa (AKB) adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasian berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengeveluasian keseriusannya.3

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, dan paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), dengan kata lain kesalahan berbahasa

1

Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 200, cet. Ke-2

2

Bambang Yulianto dan Maria Mintowati, Analisis Kesalahan Berbahasa. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), hlm. 2.5

3

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 139, cet. Ke-1


(22)

merupakan pemakaian bentuk-bentuk ucapan yang tidak sesuai atau menyimpang dari kaidah bahasa baku, penyimpangan-penyimpangan berbahasa yang dilakukan oleh seseorang secara sistematis dan konsisten.

B. Tujuan Analisis Kesalahan

Menganalisis kesalahan yang dibuat oleh para siswa jelas memberikan manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan-balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran si kelas. Analisis kesalahan bertujuan untuk:

1. “menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar.

2. menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai butir bahan yang diajarkan.

3. merencanakan latihan dan pengajaran remedial.

4. memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.”4

Sebelum kebangkitan kembali minat terhadap Anakes dapat dikatakan bahwa tujuan Anakes bersifat aplikatif, yakni memperbaiki dan mengurangi kesalahan berbahasa para siswa. Tujuan tersebut ternyata mengabaikan hal yang penting, yakni penyusunan atau pengembangan teori penjelasan mengenai performansi siswa. Padahal, tujuan Anakes tidak hanya bersifat aplikatif tetapi juga bersifat teoretis. Para pakar sependapat bahwa tujuan Anakes yang bersifat aplikatif kurang memadai. Tujuan ini memang cocok dengan konsep yang memandang pengajaran bahasa dari sudut-pandang guru. Kini pengajaran bahasa harus pula dilihat dari sudut-pandang siswa. Dengan perkataan lain, orientasi tujuan Anakes menghasilkan rumusan bahwa tujuan Anakes haruslah meliputi: tujuan yang bersifat teoretis dan tujuan yang bersifat aplikatif. Singkatnya, tujuan Anakes bersifat “teoretis-aplikatif”.5

C. Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata “kesalahan” dan “kekeliruan” sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai makna

4

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 69, cet. Ke-1

5


(23)

yang kurang-lebih sama. Istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa.

Kekeliruan pada umunya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis, kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui pengajaran remedial, latihan, praktik, dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang dipelajarinya.6

D. Pengertian Kata Ganti

Kata ganti adalah “kata benda yang menyatakan orang sering kali diganti kedudukannya di dalam pertuturan dengan sejenis kata yang lazim.”7

Definisi lain mengungkapkan kata ganti (pronomina) adalah “kata yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain, berfungsi untuk mengantikan nomina.”8 Selanjutnya pengertian kata ganti menurut Djoko Kentjono adalah “kata yang dipakai untuk mengganti atau mengacu kepada kata lain. Kata ganti dapat menggantikan kata benda dan menduduki fungsi kata benda tersebut, misalnya fungsi subjek atau fungsi objek.”9

Sedangkan menurut Hasan Alwi jika ditinjau dari segi artinya, “pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Sedangkan jika

6

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 75-76, cet. Ke-1

7

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 91, cet. Ke-1

8

Widjono, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi Edisi Revisi. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 135, cet. Ke-3

9

Djoko Kentjono, dkk., Tata Bahasa Acuan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing.


(24)

dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek dan objek.”10 Sumber lain mengungkapkan “pronouns are words that stand for or take the place of nouns.”11

Maksud dari pengertian tersebut adalah “kata ganti adalah kata yang berdiri untuk menggantikan kata benda.”

Dari semua pernyataan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata ganti adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina (kata benda) atau kata lain yang dibendakan (dianggap benda).

E. Macam-macam Kata Ganti

Pengelompokkan kata ganti yang lazim dikenal juga dengan pronomina dibedakan menjadi bermacam-macam jenis. Menurut Ida Bagus Putrayasa “subkategorisasi terhadap kata ganti (pronomina) didasarkan atas dua hal, yaitu: (a) Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya anteseden

dalam wacana. Berdasarkan hal tersebut pronomina dibagi menjadi: (1) Pronomina intratekstual yang menggantikan nomina yang terdapat dalam wacana. Jika anteseden terdapat sebelum pronomina, pronomina tersebut dikatakan bersifat anaforis. Akan tetapi, jika anteseden muncul sesudah pronomina, pronomina tersebut dikatakan bersifat kataforis. (2) Pronomina eksratekstual yang menggantikan nomina yang terdapat di luar wacana. Pronomina tersebut bersifat deiksis.

(b) Dilihat dari jelas atau tidaknya referennya, pronomina terdiri atas: (1) Pronomina takrif (menggantikan nomina yang referennya jelas), (2) Pronomina tak takrif (yang tidak menunjukkan orang atau benda tertentu)."12 Menurut Widjono ada tiga macam pronomina13, yaitu:

1. Pronomina persona adalah pronomina yang mangacu kepada orang. Persona pertama tunggal saya, aku, daku, -ku, dan persona jamak kami; persona kedua

10

Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Balai Pustaka, 2000), hlm. 249, cet. Ke-3

11

Charles W. Bridges and Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering Form and Meaning,

(California: Wadsworth Publishing Company Belmont, 1984), hlm. 390, cet. Ke-10

12

Ida Bagus Putrayasa, Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). (Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 51-53, cet. Ke-2

13


(25)

tunggal engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -mu dan persona jamak kalian, kamu sekalian, Anda sekalian; persona ketiga tunggal ia, dia, beliau, -nya.

2. Pronomina penunjuk: (a) pronomina penunjuk umum ialah, ini, itu, dan anu; pronomina penunjuk tempat sini, situ, sana;

3. Pronomina penanya adalah pronomina yang digunakan sebagai pemarkah (penanda) pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis, yaitu: (a) orang siapa,

(b) barang apa menghasilkan turunan mengapa, kenapa, dengan apa; dan (c) pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana, bagaimana, dan bilamana.

F. Pengertian Menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya. Menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu cacatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil.

Menulis menurut Nurhadi adalah “suatu proses penuangan ide atau gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol bahasa (huruf).”14

Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1) membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), (2) melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.15 Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.16 Menurut M. Atar Semi “menulis merupakan suatu proses kreatif. Artinya, menulis itu merupakan sebuah keterampilan yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat

14

Nurhadi, Tata Bahasa Pendidikan Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa. (Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), hlm. 343

15

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm 1219, cet. Ke-4

16

Siti Sahara, dkk., Keterampilan Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2008), hlm. 1


(26)

sehingga semuanya berjalan dengan efektif.”17 Selanjutnya pendapat lain mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.18

Sumber lain mengungkapkan “writing is the stage in which the writer

produces a rough draft of the paper.”19

Maksud dari pengertian tersebut adalah “menulis adalah langkah awal di mana penulis membuat draf (rancangan atau konsep) di atas kertas.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya. Di balik kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang.

G. Karangan

Mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan dengan bahasa tulis. Dilihat dari keluasan dan keterinciannya, gagasan dalam karangan memiliki janjang (hierarki) dan secara berjenjang pula gagasan itu dapat diungkapkan dalam dan dengan berbagai unsur bahasa.20 Adapun karang-mengarang menurut Wahyu Wibowo adalah “suatu penyampaian pikiran secara resmi atau teratur dalam tulisan. Karena disampaikan secara resmi atau teratur, berarti karang-mengarang memiliki mekanisme yang mau tak mau, mesti kita pahami secara sungguh-sungguh.”21

17

M. Atar Semi, Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. (Bandung: Angkasa, 1995), hlm. 45, cet. Ke-1

18

Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), hlm. 1.29, cet. Ke-11

19

Op cit, hlm. 7, cet. Ke-10

20

Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), hlm. 3.1, cet. Ke-11

21

Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 56, cet. Ke-2


(27)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan mengulas topik guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Selain itu mengarang juga dapat diartikan sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan penyampaian melalui bahasa tertulis kepada pembaca.

1. Pengertian Karangan

Berdasarkan makna katanya, karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi. Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi.22 Sumber lain mengatakan bahwa karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.23Karangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “hasil mengarang; cerita, buah pena; ciptaan; gubahan (lagu, musik, nyanyian); cerita mengada-ada (yang dibuat-buat); hasil rangkaian (susunan).”24

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil pemikiran dan ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan secara teratur dan sistematis.

2. Jenis-jenis Karangan

Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Kenyataannya, masing-masing bentuk itu tidak selalu dapat berdiri sendiri. Misalnya, dalam sebuah karangan narasi mungkin saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi. Dalam karangan eksposisi bisa saja terkandung bentuk deskripsi dan narasi.”25

22

Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), hlm. 228

23

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa.

(Jakarta: Diksi, 2010), hlm. 234, cet. Ke-18

24

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm 506, cet. Ke-4

25


(28)

1. Deskripsi (Pemerian)

Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.

2. Narasi (Penceritaan atau Pengisahan)

Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya dalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai frase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. Bentuk karangan ini dapat kita temukan misalnya pada karya prosa atau drama, biografi atau autobiografi, laporan peristiwa, serta resep atau cara membuat dan melakukan sesuatu hal. Ciri-ciri atau karakteristik karangan narasi biasanya menyajikan serangkaian berita atau peristiwa yang disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa dari awal sampai akhir, menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci.

3. Eksposisi (Paparan)

Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang akan disampaikannya.

4. Argumentasi (Pembahasan atau Pembuktian)

Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuannya menyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikannya sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis.


(29)

5. Persuasi

Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan untuk mencapai suatu kebenaran, persuasi lebih menggunakan pendekatan emosional. Seperti argumentasi, persuasi juga menggunakan bukti atau fakta. Hanya saja, dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang-kadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada diri pembaca bahwa apa yang disampaikan si penulis itu benar.

3. Kerangka Karangan

“Kegunaan kerangka karangan bagi penulis yakni:

a. Kerangka karangan dapat membantu penulis menyusun karangan secara teratur, dan tidak membahas satu gagasan dua kali, serta dapat mencegah penulis keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul; b. Sebuah kerangka karangan memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan

serta memberi kemungkinan bagi perluasan bagian-bagian tersebut. Hal ini akan membantu penulis menciptakan suasana yang berbeda-beda, sesuai dengan variasi yang diinginkan;

c. Sebuah kerangka karangan akan memperlihatkan kepada penulis bahan-bahan atau materi yang diperlukan dalam pembahasan yang akan ditulisnya nanti.”26

Karangka karangan adalah kerangka tulis yang menggambarkan bagian-bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis.27 Sumber lain mengatakan bahwa kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap.28

Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang mengandung ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka karangan juga akan manjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah

26

Sabarti Akhadiah, dkk., Pembinaan Kemampuan Menulis Bahsa Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 25-26, cet. Ke-13

27

Op cit, hlm. 3.8, cet. Ke-11

28


(30)

bagi pembacanya. Selain itu, kerangka karangan dapat menghindarkan kemungkinan kesalahan-kesalahan terutama dalam mengembangkannya.

4. Bagian Utama Karangan

Karangan yang tersusun lengkap biasanya memenuhi tiga bagian utama. Ketiga bagian itu adalah: pendahuluan, isi (tubuh) karangan, dan penutup.

a. Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan mengetengahkan hal-hal yang menarik perhatian pembaca tentang masalah yang dibahas dan alasan pembahasan. Karena itu, pendahuluan memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Latar belakang atau alasan pemilihan pokok masalah;

2) Aspek-aspek penting dari pokok masalah yang akan dibahas dan perumusannya;

3) Metode pembahasan;

4) Sistematika penyusunan, dan 5) Tujuan serta hasil yang diharapkan. b. Isi (tubuh) Karangan

Isi (tubuh) karangan berisi rincian atau pengembangan apa yang dinyatakan pada bagian pendahuluan. Pada bagian inilah segala persoalan dibahas secara sistematika dan menyeluruh.

c. Bagian Penutup

Bagian penutup diwujudkan dalam satu bab, yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan dalam pendahuluan. Saran adalah buah pikiran penulis yang berkaitan dengan pemecahan masalah, usaha perbaikan, dan lain-lain yang biasanya muncul sebagai akibat pembuatan kesimpulan.”29

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pada bagian pendahuluan terdapat alasan pengarang memilih pokok masalah yang akan dibahas. Pada bagian isi pengarang mengembangkan pokok masalah secara lebih rinci dan sistematis. Sedangkan pada bagian penutup pengarang menyimpulkan pokok masalah yang telah dibahas pada bagian pendahuluan dan isi, serta memberi saran kepada pembaca.

5. Tahapan Menyusun Karangan

Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan

29

Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), hlm. 232-233


(31)

(pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).30

a. Prapenulisan (persiapan)

Tahap prapenulisan (persiapan) adalah tahap sebelum melakukan kegiatan menulis. Pada tahap ini seseorang harus membuat persiapan-persiapan yang nanti akan digunakan untuk menyusun karangan. Dengan kata lain, pada tahapan ini penulis harus merencanakan karangan terlebih dahulu sebelum gagasan dituangkan dalam bentuk tulisan. Setidak-tidaknya ada dua hal yang harus dilakukan dalam tahapan awal ini, yaitu menentukan topik dan mencari bahan; b. Penulisan (pengembangan isi karangan)

Tahap penulisan adalah pengembangan gagasan yang telah direncanakan sebelumnya. Pada tahapan ini seseorang akan menuangkan segala gagasan dan ide ke dalam bentuk tulisan. Dalam tahapan ini sebaiknya seseorang membuat kerangka karangan terlebih dahulu. Setelah itu baru kerangka tersebut dikembangkan dalam bentuk karangan yang lebih terperinci;

c. Pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan)

Tahap pascapenulisan (revisi) adalah tahapan dimana seseorang mengkaji atau meneliti ulang karangan yang sudah diselesaikan, barang kali ada kesalahan atau kekurangan. Langkah ini perlu dilakukan demi kesempurnaan karangan agar tidak ada lagi kesalahan atau kekurangan dalam penulisan. Sebaiknya tahapan ini dilakukan lebih dari dua kali.

H. Pengertian Narasi

Menurut Jos. Daniel Parera narasi merupakan satu bentuk pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Pengarang bertindak sebagai seorang sejarawan atau tukang cerita. Akan tetapi ia mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Ia tetap ingin meyakinkan para pembaca atau pendengar dengan jalan menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui.31

30

Op cit, hlm. 1.14, cet. Ke-11

31


(32)

Pendapat lain mengungkapkan “Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau

tindakan.”32 Menurut Mahsusi pengertian narasi adalah bentuk karangan yang menceritakan, mengisahkan, atau menyejarahkan. Bentuk ini mementingkan urutan kejadian (kronologis) dan tokoh, baik manusia ataupun binatang.33

Pendapat lain mengatakan narasi atau kisahan adalah “jenis wacana yang

sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman dan pengamatan maupun berdasarkan rekaan pengarang.”34

Selanjutnya definisi lain mengungkapkan “Narasi ialah tulisan yang tujuannya menceritakan kronoligis peristiwa kehidupan manusia.”35

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.

1. Karakteristik Karangan Narasi36

Istilah narasi atau sering juga disebut naratif berasal dari kata bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan

32

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm.135-136, cet. Ke-18

33

Op Cit, hlm. 230

34

Gunawan, dkk., Belajar Mengarang: Dari Narasi Hingga Argumentasi untuk SMU dan Umum. (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm. 26, cet. Ke-1

35

Op cit, hlm. 60, cet. Ke-1

36


(33)

semacam ini hendak memenuhi keingintahuan pembaca yang selalu bertanya, “Apa yang terjadi?”.

Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan (2) hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Tujuan pertama menghasilkan jenis narasi yang lazim disebut narasi informasional atau narasi

ekspositoris; sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca karangan tersebut, sedangkan tujuan hendak memberikan pengalaman estetis menghasilkan jenis narasi yang lazim disebut narasi artistik atau narasi sugestif; sasaran utamanya bukan memperluas pengetahuan seseorang tetapi berusaha memberikan makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman.

“Narasi sugesti merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan

sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Melalui narasi sugestif kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan makna yang tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif. Narasi sugestif berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen, novel, dan roman.

Narasi ekspositoris, berbeda dengan narasi sugestif yang menyajikan karangan dengan bahasa konotasi dan menimbulkan daya imajinasi, ekspositoris adalah bentuk karangan yang sebaliknya dari karangan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bersifat nonfiktif yang disajikan dengan bahasa denotatif dan tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional”.37

2. Perbedaan Pokok Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif38

Supaya perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif lebih jelas, maka di bawah ini akan dikemukakan sekali lagi secara singkat perbedaan antara kedua macam narasi tersebut. Perbedaan yang terpenting adalah:

37

Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010), hlm. 222-227, cet. Ke-8

38


(34)

Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif

Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau

suatu amanat yang tersirat. Menyampaikan informasi

mengenai suatu kejadian.

Menimbulkan daya khayal

Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.

Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif

Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik-beratkan penggunaan kata-kata konotatif.

3. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi

Untuk memandu Anda dalam menulis karangan narasi, berikut ini disajikan langkah-langkah praktis mengembangkan karangan narasi:

1. “Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan: Anda mau menulis tentang apa? Pesan apakah yang hendak disampaikan kepada pembaca?

2. Tetapkan sasaran pembaca kita. Siapa yang akan membaca karangan kita, orang dewasa, remaja, ataukah anak-anak?

3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur: kejadian-kejadian apa saja yang akan dimunculkan? Apakah kajadian-kejadian yang disajikan itu penting? Adakah kejadian penting yang belum ditampilkan?

4. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita: peristiwa-peristiwa apa saja yang cocok untuk setiap bagian cerita? Apakah peristiwa-peristiwa itu telah tersusun secara logis dan wajar?


(35)

5. Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita: kejadian-kejadian penting dan menarik apa saja yang berkaitan dan mendukung peristiwa utama?

6. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang”.39

4. Contoh Karangan Narasi

Pergi ke Taman Impian Jaya Ancol

Keluarga kami berencana pergi ke Taman Impian Jaya Ancol. Kami bersepakat bahwa yang akan pergi adalah ayah, ibu, saya, dan adik. Untuk itu, dipilihlah hari Minggu sebagai waktu yang tepat.

Setelah mempersiapkan bekal yang cukup, kami pun berangkat. Waktu itu hari masih pagi. Dari rumah, kami naik kendaraan umum.

Turun dari kendaraan umum kami berjalan kaki hingga pintu gerbang. Saya lihat ayah membeli karcis kepada penjaga pintu gerbang, kami diperbolehkan masuk ke dalam.

Banyak sekali yang dapat saya lihat setelah saya berada dalam kawasan Taman Impian Jaya Ancol. Pertama kali saya mengunjungi Pasar Seni. Ketika berjalan menuju Pasar Seni, saya sempat melihat sepasang ondel-ondel yang sedang diarak. Ketika berada di Gelanggang Samudera, saya juga melihat atraksi ikan lumba-lumba yang sangat menarik.

Setelah pertunjukan di Gelanggang Samudera selesai, saya sekeluarga pulang ke rumah. Sungguh, ada rasa gembira dihati. Saya merasa telah mendapatkan banyak pengalaman baru. Itulah pengalaman yang tidak akan terlupakan hingga sekarang.

I. Hasil Penelitian yang Relevan

Skripsi yang penulis teliti mempunyai kemiripan dengan skripsi yang ditulis oleh Liana Conchita Zaubin, Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun 1994 yang berjudul “Analisa Penggunaan Kata Ganti Orang Pertama dan Kata Ganti Orang Kedua pada Buku Cerita Bergambar Bahasa Jepang” dalam

penelitian tersebut Liana Conchita Zaubin melakukan penelitian mengenai penggunaan Kata Ganti Orang dilakukan dengan menggunakan data yang

39


(36)

diperoleh dari buku cerita bergambar sejumlah 10 jilid berisi 30 cerita dilakukan pada bulan September 1993 sampai dengan Desember 1993. Tujuannya untuk mengetahui ragam bahasa, tingkat kesopanan penggunaan, jangkauan usia pemakai dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penggunaan kata ganti orang pertama dan kata ganti orang kedua.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Liana Conchita Zaubin ini bukan merupakan gambaran menyeluruh yang mencakup semua karakteristik KGO I dan KGO II. Akan tetapi, dari penelitian yang dilakukan telah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kata ganti yang merupakan ragam bahasa pria adalah washi, boku, ore, oira, kisama, teme. Kata ganti yang merupakan ragam bahasa wanita adalah watai, atashi, atai. Kata ganti yang merupakan kata ganti netral yang dapat digunakan oleh pria dan wanita adalah watakushi, watashi, ware, waga, anatasama, anata, anta, kiwi, omae, onore walaupun kadangkala terdapat kecenderungan pemakaian oleh satu pihak saja. Untuk bentuk jamak, akhiran –tachi cenderung digunakan oleh wanita dan akhiran -ra cenderung digunakan oleh pria. 2) Bentuk jamak KGO I tidak dibatasi oleh jenis kelamin yang berbeda dan masuk tidaknya lawan bicara dalam ruang lingkup pembicaraan sedangkan bentuk jamak KGO II tidak dibatasi oleh jenis kelamin acuan yang berbeda dengan pembicara walaupun kata ganti tersebut merupakan ragam bahasa pria atau wanita. Bentuk jamak biasa ditunjukkan dengan akhiran -tachi atau -ra. Bentuk hormat menggunakan akhiran -gata dan bentuk merendahkan diri menggunakan akhiran -domo. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembicara dalam menentukan penggunaan KGO I dan KGO II adalah usia, jenis kelamin, kedudukan diri sendiri dan lawan bicara serta suasana hati.

Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, penulis berusaha meneliti dengan objek penelitian berupa karangan narasi siswa kelas XI.1 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan Liana Conchita Zaubin melakukan penelitian dengan menggunakan data yang diperoleh dari buku cerita bergambar sejumlah 10 jilid berisi 30 cerita dilakukan pada bulan September 1993 sampai dengan Desember 1993. Kemudian, tujuan penelitian yang ditulis oleh Liana Conchita Zaubin yaitu untuk mengetahui ragam bahasa,


(37)

tingkat kesopanan penggunaan, jangkauan usia pemakai dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penggunaan kata ganti orang pertama dan kata ganti orang kedua. Sedangkan penulis sendiri lebih menekankan penerapan kata ganti orang yang dipakai siswa dalam membuat karangan narasi.

Skripsi selanjutnya ditulis oleh Siti Nurjannah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Kaguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta tahun 1996 yang berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang (Dhamir) dalam Kemampuan Mengarang Terpimpin Siswa SMU Negeri 83 Jakarta Utara” dalam penelitian tersebut Siti Nurjannah bertujuan untuk memperoleh data empiris mengenai jenis, faktor penyebab dan frekuensi kesalahan penggunaan kata ganti orang (dhamir) dalam keterampilan mengarang terpimpin siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan yang frekuensinya umum tidak terjadi sedangkan kesalahan yang frekuensinya merata yaitu pada penggunaan kata ganti orang (dhamir) yang bersambung dengan kata benda sebanyak 31,5% yang meliputi kesalahan dengan jumlah pelaku dan genus pelaku, kemudian kesalahan dalam penggunaan kata ganti orang (dhamir) yang tepisah untuk pelaku sebanyak 27,1% dan kesalahan penggunaan kata ganti (dhamir) yang bersambung dengan kata kerja sebanyak 26,8 %, selanjutnya kesalahan yang jarang terjadi yaitu pada penggunaan kata ganti orang (dhamir) yang bersambung untuk kepunyaan sebesar 14,6%.

Skripsi selanjutnya dengan judul “Variasi Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Bahasa Minangkabau” dalam penelitian tersebut Leni Syafyahya melakukan penelitian mengenai variasi pengunaan kata ganti orang dalam bahasa Minangkabau. Hasil penelitian yang Leni Syafyahya lakukan didapatkan bahwa kata ganti orang dalam bahasa Minangkabau memiliki bentuk bervariasi, artinya kata ganti orang tersebut memiliki bentuk lebih dari satu. Bentuk kata ganti orang tersebut terdiri atas: kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua, dan kata ganti orang ketiga. Di antara kata ganti itu, ada bentuk yang berbentuk penuh, bentuk singkat, yang mengacu ke jumlah tunggal dan jumlah jamak. Bentuk singkat kata ganti orang terdiri atas bentuk singkat bebas dan bentuk singkat terikat. Berdasarkan kaidah penggunaan kata ganti orang, melalui etnografi


(38)

komunikasi yang diaktualisasikan dengan SPEAKING tampak dengan jelas mempilah-pilah penggunaan kata ganti orang yang dipandang dari segi setting, participant, ends, act sequence, key, instrumentalities, norm, dan genre. Di samping itu, dalam sosial budaya Minangkabau, penggunaan kata ganti orang ditentukan oleh ampek langgam kato, kato mandata, kato mandak, kato manlereng, dan kato manuruni. Artinya, dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu harus memperhatikan pemilihan penggunaan kata ganti orang, karena setiap langgam kato itu, memiliki kata ganti orang yang penggunaannya memperhatikan banyak hal dan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi variasi penggunaan kata ganti orang ialah, tergantung kepada siapa mitra tutur, wilayah penggunaan, dan kebiasaan serta adat istiadat daerah tersebut.

Berdasarkan kedua penelitian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Leni Syafyahya dan Siti Nurjannah. Leni Syafyahya melakukan penelitian untuk mengetahui variasi penggunaan kata ganti orang dalam bahasa Minangkabau. Selanjutnya Siti Nurjannah melakukan penelitian untuk memperoleh data empiris mengenai jenis, faktor penyebab dan frekuensi kesalahan penggunaan kata ganti orang (dhamir) dalam keterampilan mengarang terpimpin siswa. Sedangkan peneliti sendiri menekan penerapan kata ganti orang yang dipakai siswa dalam membuat karangan narasi.


(39)

26

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Sawangan, berlokasi di Jalan Abdul Wahab No.19 Sawangan Depok, dengan ancangan waktu pengambilan data pada tanggal 22-27 Juli 2013. Pengambilan data penelitian tersebut dilakukan pada siswa SMA Muhammadiyah Sawangan Depok kelas XI.1 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Adapun waktu penulisan skripsi ini dimulai sejak proposal diajukan yaitu pada tanggal 11 Januari 2013 sampai skripsi ini selesai ditulis yaitu pada tanggal 19 Agustus 2013.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Menurut Lexy J. Moleong metode ini dimaksudkan “untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.”1

Dalam penelitian ini peneliti tidak memberikan perlakuan apapun kepada siswa sebagai sumber data.

C. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI.1, penelitian ini diperoleh melalui teknik purposive sampling. Maksud dari “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu.”2

Setiap individu dalam populasinya mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan subjek penelitian.

1

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 6, cet. Ke-29

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 300, cet. Ke-11


(40)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan untuk mencatat data berupa kalimat yang terdapat dalam karangan narasi dengan menggunakan kata ganti orang yang tepat atau tidak tepat dalam penerapan dan penggunaannya, seperti contoh:

No Nama Siswa Kata Ganti Orang Analisis

1 2 3 4 5 6

Jumlah

Tabel . I

Penerapan Kata Ganti Orang Keterangan:

1. Penerapan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal 2. Penerapan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak 3. Penerapan kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal 4. Penerapan kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna jamak 5. Penerapan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal 6. Penerapan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna jamak

E. Teknik Analisis Data

Data diperoleh dengan cara memberikan siswa sebuah pilihan dengan tema yang berbeda yaitu Liburan, Pengalaman Pribadi dan Kebiasaan Sehari-hari. Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memberi penomoran pada setiap data.

2. Mencari kata ganti yang tepat maupun tidak tepat dalam penerapannya. 3. Menganalisis kata ganti orang yang tepat maupun tidak tepat dan

memberikan alternatif perbaikan. 4. Menginterpretasi dan kesimpulan.


(41)

28

1. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Sawangan Depok

SMA Muhammadiyah Sawangan didirikan sejak tahun 1981. Tahun dioprasikannya dimulai sejak tahun 1981 dengan status tanah wakaf dan memiliki luas 3000 M2. Nama yayasannya adalah Muhammadiyah, dengan alamat Jl. Abdul Wahab No. 19 Sawangan Depok. Jenjang akreditasi yang dimiliki SMA Muhammadiyah adalah B. Seiring berjalannya waktu, SMA Muhammadiyah Sawangan berkembang pesat dari tahun ke tahun dengan jumlah siswa yang semakin meningkat, fasilitasnya semakin memadai, dan sumber daya manusia pun semakin profesional.

Adapun visi SMA Muhammadiyah Sawangan adalah “Menjadikan siswa dan siswi yang berilmu, berakhlak mulia, bertakwa, dan bertanggung jawab sebagai pribadi dan anggota masyarakat, sedangkan misi SMA Muhammadiyah Sawangan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kegiatan belajar mengajar;

2. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik; 3. Meningkatkan disiplin;

4. Meningkatkan pendidikan dan moral siswa.

2. Keadaan Tenaga Pengajar

Guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam dunia pendidikan. Tugas utama menjadi seorang guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik agar menjadi manusia yang cerdas secara intelektual, emosional dan spritual. Peranan guru sebagai pendidik sangatlah dibutuhkan, untuk itu setiap lembaga pendidikan berupaya memiliki tenaga pengajar yang mempunyai kemampuan sesuai bidangnya masing-masing dengan pengembangan pelajaran yang ada di sekolah SMA Muhammadiyah Sawangan. Jumlah tenaga pengajar yang ada sebanyak delapan belas orang terdiri dari tiga orang guru tetap yayasan (PNS) dan empat belas


(42)

orang guru tidak tetap, dengan dibantu oleh dua orang yang staf tata usaha, satu orang satpam, dan satu orang penjaga sekolah. Adapun data tersebut terlampir.

3. Keadaan Siswa

SMA Muhammadiyah Sawangan setiap tahunnya menerima siswa yang mendaftar untuk masuk di sekolah ini dengan ketetapan nilai yang ditentukan. Setiap tahunnya jumlah siswa yang masuk tidak menentu, kadang meningkat kadang menurun. Data siswa empat tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 2

Data Siswa SMA Muhammadiyah empat tahun terakhir. Tahun

Pelajaran

Jumlah Pendaftar

Kelas X Kelas XI Kelas XII

Jumlah (Kls. X+XI+XII) Jumlah

Siswa

Jumlah Rombel

Jumlah Siswa

Jumlah Rombel

Jumlah Siswa

Jumlah Rombel

2010/2011 54 54 2 42 2 36 1 132 5 Rbl

2011/2012 58 58 2 52 2 41 2 151 6 Rbl

2012/2013 58 54 2 54 2 50 2 158 6 Rbl

2013/2014 36 36 1 52 2 54 2 142 5 Rbl

Sumber: Tata Usaha

B. Deskripsi Data

Pada bagian ini, penulis akan menguraikan tentang penerapan kata ganti pada karangan siswa. Data diperoleh dari siswa kelas XI.1 SMA Muhammadiyah Sawangan sebanyak dua puluh enam karangan. Dari dua puluh enam karangan tersebut hanya dua puluh lima karangan yang dianalisis, karena ada satu karangan yang tidak termasuk karangan narasi melainkan karangan deskripsi. Dalam karangan siswa ini, penulis mengkhususkan penelitian pada penggunaan kata ganti orang pada karangan narasi. Berikut ini deskripsi data mengenai penggunaan kata ganti orang pada setiap karangan siswa yang diuraikan satu persatu.


(43)

C. Tabel Analisis Karangan Narasi Siswa

Tabel 3

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Aidha Radyana

No Kalimat Kata Ganti Orang Analisis

1 2 3 4 5 6 1 kami bersepakat

bahwa yang pergi adalah aku, om ku, dan tanteku.

 Penggunaan kata ganti orang

pertama kami tepat karena menunjukkan makna jamak.

2 Setelah

mempersiapkan bekal yang cukup,

kami pun berangkat menuju tempat yang akan kami tuju.

 Penggunaan kata ganti orang

pertama kami tepat karena menunjukkan makna jamak.

3 Ketika saya berjalan menuju kolam renang, saya pun terpeleset dan akhirnya terjatuh.

 Penggunaan kata ganti orang

pertama saya tepat karena menunjukkan makna tunggal.

Jumlah 1 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pergi ke Kolam Renang (Jungle)” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat satu kata ganti orang, pada paragraf kedua terdapat satu kata ganti orang, dan pada paragraf ketiga juga terdapat satu kata ganti orang.

Pada paragraf pertama dan kedua kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami. Penggunaaan kata ganti orang tersebut tepat dalam penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.


(44)

Pada kalimat (1) dan (2) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (1) dan (2) mengantikan aku, om ku, dan tanteku atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (1) dan (2) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada kalimat (3) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama tunggal saya. Penggunaan kata ganti saya menggantikan kata Aidha Radyana, si pembicara atau orang pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Aidha Radyana.

Tabel 4

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Anisa Wahidah

No Kalimat Kata Ganti Orang Analisis

1 2 3 4 5 6 4 Saya dan

teman-teman berencana liburan ke

Pandeglang untuk sparing volly dan jalan-jalan ke pantai.

Kami bersepakat untuk pergi hari sabtu malam minggu tepatnya pukul 20.00 WIB.

 Penggunaan kata ganti orang

pertama Kami tepat karena menunjukkan makna jamak.

5 Keesokan harinya saya dan teman-teman pergi ke pantai untuk menikmati

 Penggunaan kata ganti orang

pertama kami tepat karena menunjukkan makna jamak.


(45)

pemandangan disana. Setelah dari pantai kami segera pergi kelapangan volly untuk sparing melawan club pandeglang.

6 Saya merasa senang berlibur kesana. Selain liburan saya

juga mempunyai pengalaman baru.

 Penggunaan kata ganti orang

pertama saya tepat karena menunjukkan makna tunggal.

Jumlah 1 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Sparing Volly dan Jalan-jalan ke Pantai Pandeglang” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat satu kata ganti orang, pada paragraf kedua terdapat satu kata ganti orang, dan pada paragraf ketiga juga terdapat satu kata ganti orang.

Pada paragraf pertama dan kedua kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami. Penggunaaan kata ganti orang tersebut tepat dalam penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.

Pada kalimat (4) dan (5) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (4) dan (5) mengantikan saya dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (4) dan (5) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada kalimat (6) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama tunggal saya.


(46)

Penggunaan kata ganti saya menggantikan kata Anisa Wahidah, si pembicara atau orang pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Anisa Wahidah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kata ganti yang digunakan pada karangan yang ditulis oleh Anisa Wahidah dan Aidha Radyana yaitu sama-sama menggunakan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami, dan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal saya.

Tabel 5

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ardiansyah

No Kalimat Kata Ganti Orang Analisis

1 2 3 4 5 6 7 Teman-teman hari

ini aku akan

menceritakan sebuah pengalaman yang cukup mengesankan dan tidak bisa aku lupakan sampai sekarang.

 Penggunaan kata ganti orang

pertama aku tepat karena menunjukkan makna tunggal.

8 “Ardi, Kamu

kenapa?” tanya Bima sambil tertawa-tawa.

 Penggunaan kata ganti orang

kedua Kamu tepat karena menunjukkan makna tunggal.

9 “Tuh, lihat bajumu!”

jawab Bima masih tertawa.

 Penggunaan kata ganti orang kedua -mu tepat karena menunjukkan makna tunggal. 10 Tidak lama

kemudian datanglah guru Matematika,

dia adalah Pak Agus.

 Penggunaan kata ganti orang ketiga dia tepat karena

menunjukkan makna tunggal.


(47)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Bajuku Terbalik” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat satu kata ganti orang. Pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti orang, dan pada paragraf ketiga terdapat satu kata ganti orang.

Pada paragraf pertama kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

aku. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf kedua kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kamu dan -mu. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Dan pada paragraf ketiga kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang dia. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.

Pada kalimat (7) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama aku. Penggunaan kata ganti aku menunjukkan makna tunggal. Pada kalimat (7) Aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Ardiansyah si pembicara dan berfungsi sebagai subjek. Pada kalimat (8) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal

kamu. Penggunaan kata ganti kamu pada kalimat (8) menggantikan kata Ardi dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan kalimat (9) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang -mu. Penggunaan kata ganti orang kedua -mu

menunjukkan makna tunggal. Kata ganti -mu pada kalimat (9) menggantikan Ardi

yang berfungsi sebagai penjelas yang menyatakan kepemilikan. Dan pada kalimat (10) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal dia. Penggunaan kata ganti dia untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan. Pada kalimat (10) kata ganti dia menggantikan kedudukan kata PakAgus atau guru Matematika.

Tabel 6

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ariyani Hidayati

No Kalimat Kata Ganti Orang Analisis

1 2 3 4 5 6 11 Pada bulan Maret

kemarin, saya dan

 Penggunaan kata ganti orang


(48)

teman-teman pergi kebulungan, tujuan

kami kesana untuk mengikuti turnamen volly liga remaja di Bulungan Jakarta Selatan.

menunjukkan makna jamak.

12 Hari pertama itu

saya pergi dengan anak-anak pelita yang berencana untuk naik motor bareng.

 Penggunaan kata ganti orang

pertama saya tepat karena menunjukkan makna tunggal.

13 Saya dan teman-teman kesana naik bus transjakarta, dan di bus itu sudah padat penumpang. sesampainya di sana

kami langsung cepat masuk ke stadion volly Bulungan.

 Penggunaan kata ganti orang

pertama kami tepat karena menunjukkan makna jamak.

Jumlah 1 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Turnamen di Bulungan” terdiri dari enam paragraf. Karangan yang menggunakan kata ganti orang terdapat pada paragraf satu, dua, dan tiga. Pada paragraf pertama dan ketiga kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

kami. Kalimat yang menggunakan kata ganti orang kami terdapat pada kalimat (11 dan 13). Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Sedangkan


(49)

pada paragraf kedua terdapat satu kata ganti yakni kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.

Pada kalimat (11) dan (13) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (11) dan (13) mengantikan saya dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (11) dan (13) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada kalimat (12) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal saya. Penggunaan kata ganti saya menggantikan kata Ariyani Hidayati, si pembicara atau orang pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Ariyani Hidayati.

Tabel 7

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Averous Karim Panji

No Kalimat Kata Ganti Orang Analisis

1 2 3 4 5 6 14 Ketika liburan sekolah

tiba, saya dan keluarga pergi ke daerah Merak, Banten. perginya kami kesana bertujuan untuk mengisi liburan dengan cara memancing.

 Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat karena menunjukkan makna jamak.

15 Tiba di sana kami

langsung menyiapkan pancingan yang diperlukan untuk memancing. Ketika

 Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat karena menunjukkan makna jamak.


(50)

alatnya sudah siap, kami langsung bergegas

melemparkan umpan ke dasar laut.

orang ketiga -nya tepat karena menunjukkan makna tunggal.

16 Ketika hari mulai sore, dan tidak ada satu ikan pun yang kami dapat, kami pun memutuskan untuk kembali ke

penginapan.

 Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat karena menunjukkan makna jamak.

Jumlah 3 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Memancing” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama dan ketiga kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami. Sedangkan pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti orang yang digunakan, yakni kami dan -nya. Kata ganti kami menunjukkan makna orang pertama jamak dan kata ganti -nya menunjukkan makna orang ketiga tunggal.

Pada kalimat (14, 15, dan 16) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang menunjukkan makan jamak kami. Penggunaan kata ganti

kami pada kalimat (14, 15, dan 16) mengantikan saya dan keluarga atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami

bersifat eksklusif. Artinya, kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Selain kata ganti kami pada kalimat (15), kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal -nya. Pada kalimat (15) kata ganti -nya mengacu ke pancingan yang berfungsi sebagai objek atau penunjuk kepemilikan.


(51)

Tabel 8

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Awal Prasetio

No Kalimat Kata Ganti Orang Analisis

1 2 3 4 5 6 17 Waktu itu masih

berumur 5 tahun (masih TK), aku

mengalami pengalaman yang sangat mengesankan. Ketika itu seperti biasa, setiap jam istirahat aku pasti akan makan makanan yang kubawa dari rumah.

 Penggunaan kata ganti

orang pertama aku tepat karena menunjukkan makna tunggal.

18 Akan tetapi, saat aku membawa makanan itu ke kantin, tiba-tiba ada Budi yang berlari ke arahku. Makananku tersenggol lalu

terjatuh karenanya.

 Penggunaan kata ganti orang ketiga -nya tepat karena menunjukkan makna tunggal.

19 Kemudian datanglah Tuti, sahabatku. Dia

memintaku agar jangan menangis.

 Penggunaan kata ganti orang ketiga Dia tepat karena menunjukkan makna tunggal.

20 Setelah itu Tuti mengajakku makan makanan yang

 Penggunaan kata ganti orang ketiga -nya tepat karena menunjukkan makna


(52)

dibawanya tunggal.

Jumlah 1 3

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pengalaman Waktu Kecilku” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf kesatu kata ganti orang yang digunakan adalah kata ganti orang aku. Pada paragraf kedua kata ganti orang yang digunakan adalah kata ganti orang -nya. Sedangkan pada paragraf ketiga ada dua kata ganti orang yang digunakan yakni Dia dan -nya.

Pada kalimat (17) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama aku. Penggunaan kata ganti aku menunjukkan makna tunggal. Pada kalimat (17) Aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Awal Prasetio si pembicara dan berfungsi sebagai subjek. Penggunaan kata ganti orang ketiga -nya

yang menunjukkan makna tunggal terdapat dalam kalimat (18 dan 20). Pada kalimat (18) kata ganti -nya menggantikan Budi. Sedangkan pada kalimat (20) kata ganti -nya menggantikan Tuti. Sedangkan pada kalimat (19) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal Dia. Pada kalimat (19) kata ganti Dia menggantikan kedudukan kata Tuti yang disebutkan pada kalimat pertama dan berfungsi sebagai subjek.

Tabel 9

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Bagas Prasetyo

No Kalimat Kata Ganti Orang Analisis

1 2 3 4 5 6 21 Pada saat liburan

kemarin aku diajak pamanku ke Taman Mini Indonesia Indah.

Kami pergi dengan naik mobil.

Penggunaan kata ganti orang pertama -ku tepat karena menunjukkan makna tunggal. Penggunaan kata ganti orang pertama Kami

tepat karena menunjukkan makna jamak.


(53)

menghentikan mobilnya di depan sebuah bangunan.

orang ketiga -nya tepat karena menunjukkan makna tunggal.

23 Setelah aku dan paman merasa puas,

kami pun sepakat untuk pulang ke rumah pukul 17.00.

 Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat karena menunjukkan makna jamak.

Jumlah 1 2 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pergi ke Taman Mini” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat dua kata ganti orang yakni -ku dan kami. Pada paragraf kedua kata ganti yang digunakan adalah -nya. Pada paragraf ketiga terdapat satu kata ganti orang yakni

kami.

Penggunaan kata ganti kami terdapat dalam kalimat (21 dan 23). Kata ganti orang kami untuk menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk serta. Pada kalimat (21 dan 23) kata ganti kami

menggantikan kedudukan kata aku (Bagas Prasetyo) dan paman atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Penggunaan kata ganti orang

-nya terdapat dalam kalimat (22) untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan. Pada kalimat (22) kata ganti -nya menggantikan kedudukan kata paman yang berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan. Sedangkan penggunaan kata ganti orang -ku terdapat dalam kalimat (21) untuk menyatakan diri pertama digunakan dalam konstruksi yang menyatakan kepunyaan atau kepemilikan. Pada kalimat (21) kata ganti -ku menggantikan kedudukan kata aku (Bagas Prasetyo) yang bertindak sebagai si pembicara dan berfungsi sebagai atribut yang menyatakan kepunyaan atau kepemilikan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT PENULIS

ETY FITRIYAH dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 Oktober 1991. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara, buah pernikahan bapak Entju dan ibu Maryam. Penulis menempuh pendidikan pertama di SD Muhammadiyah 38 Sawangan, tamat pada tahun 2003. Kemudian penulis menjajaki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Muhammadiyah 19 Sawangan, tamat pada tahun 2006 dan meneruskan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Muhammadiyah Sawangan, tamat pada tahun 2009. Selanjutnya penulis tercatat sebagai mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2009 dan tamat pada tahun 2013. Untuk mengantarkan gelar kesarjanaan putri ketiga kelahiran Bogor ini menulis

skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI.I Semester Ganjil SMA Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.” Di kampus penulis pernah aktif dalam sebuah organisasi FORSA dan menggeluti bidang olah raga volly. Motto hidup penulis adalah “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah


Dokumen yang terkait

Analisis Kesalahan Siswa Berdasarkan Kategori Kesalahan Menurut Watson Dalam Menyelesaikan Permasalahan Pengolahan Data Siswa Kelas VI SDN Baletbaru 02 Sukowono Jember Tahun Pelajaran 2014/2015

1 59 5

Hiperkorek dalam Karangan Narasi Ekspositori Siswa Kelas II SMP Negeri 2 Tanggul.

0 5 13

Penggunaan Kalimat Efektif Dalam Karangan Argumentasi Pada Siswa Kelas X AP 1 SMK Cyber Media Tahun Pelajaran 2010-2011

1 51 75

Kesalahan Penggunaan Prefiks dalam Karangan Deskripsi Siswa kelas XI Semester Genap Madrasah Aliyah. Annida Al-Islamy Cengkareng Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012

0 11 90

Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang Dalam Karangan Narasi Siswa Kelas Xi.1 Semester Ganjil Sma Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014

1 11 96

Analisis Kesalahan Penggunaan Kosakata Pada Karangan Narasi Siswa Yang Berlatar Belakang Bahasa Betawi Kelas Vii Mts Negeri Parung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013

0 8 114

Pengaruh Metode Menulis Berantai terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2013/2014

4 14 159

Analisis Kesalahan Penentuan Ide Pokok dalam Karangan Eksposisi Siswa Kelas X Semester I di MA Annajah Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014

0 6 180

Analisis Kesalahan Penggunaan Preposisi pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah 8 Ciputat Tahun Pelajaran 2014/2015

1 5 85

Keefektifan Kalimat pada Naskah Soal Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas X SMAN di Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014

0 11 70